"Jangan bercanda, Seonghwa, gue gapapa."
"Itu ponselnya Mama yang lama. Lo pake dulu biar gak ilang lagi."
"Gausah gapapa. Makasih, tapi-"
"Umji-"
"Seonghwa." Umji memijit pelipisnya sendiri. "Gue gak mau. Oke? Gapapa, nanti pasti bisa bener kok ponsel gue."
Seonghwa menghela nafas. Semenjak kenal sama cewek ini, rasa-rasanya kebiasaan dia tambah satu. Yaitu menghela nafas panjang buat meredam emosi. Dia yang sering gampang meledak, jadi harus nahan-nahan kalo berhadapan sama cewek ini.
"Gue nyuruh lo make bukan karena apa, ini biar gue gak harus nyari lo lagi. Buang-buang waktu tau gak? Lo kira lagi hidup di jaman surat suratan pake merpati? Jalanan gak aman, lo keluar dari rumah tanpa ngasih info apapun ke gue, terus sekarang bicara seolah gak terjadi apa-apa? Begitu mikirnya, hah?"
"Y-ya gue tau, Hwa. Tapi-"
"Jangan dibantah. Gue gak suka pembangkang."
Oke. Umji diem.
Sempat diam sebentar, lalu Seonghwa kembali bicara.
"Ada dua pilihan. Lo balik ke rumah, atau terima tawaran ini."
Tiga meter dari mereka, pintu unit kesehatan yang tertutup kurang rapat itu ternyata nyembunyiin orang-orang yang sedari tadi berdiri di baliknya. Telinga mereka sudah berada di fase paling tajam sensornya. Keliatan dari wajah-wajah tengil yang ekspresinya bermacam-macam.
Ada yang seolah bilang,'Hah?'
Ada yang cengo.
Ada yang udah senyam-senyum sendiri.
Ada yang natap temen-temennya dengan tatapan miris.
"Agak gila-gila kalian ternyata," ucap Hongjoong yang diangguki Vernon.
"Kalian kaget? Waduh ketinggalan info banget lu pada. Cupu!" ledek Donghan sambil ketawa mengejek.
"Bacot, diem cok."
"Tau nih, orang lagi dengerin juga."
Kan, pada akhirnya tetep Donghan selalu disalahkan.
Sementara itu, Umji masih aja bimbang. Dia rasa tawaran pake ponsel Mama Seonghwa yang katanya lama-padahal keluaran tahun lalu-itu terlalu berlebihan. Kalo misalkan keduanya memang welcome ke dia sebagaimana perlakuan ke tunangan-tunangan kakaknya, kan Umji bukan tunangan Seonghwa? Umur mereka masih muda, dan dia yakin entah antara dirinya atau cowok itu, bisa jadi bakal punya pandangan atau perasaan berbeda kedepannya.
Betul kata Seonghwa malam itu, Umji ragu dan gak percaya.
Cewek itu yakin kalo orang kaya yang punya segalanya macam Seonghwa, bakal mudah berpaling dari dia. Diluar sana banyak cewek-cewek yang lebih berbakat, cantik dan lebih sepadan sama Seonghwa ketimbang Umji.
Apalagi dengan permasalahan keluarganya yang gak kunjung usai, keluarga golongan atas tentu gak suka sama masalah begitu. Ngurus keluarga sendiri saja belum bener, kok berani-beraninya masuk ke keluarga orang lain.
"Lo bilang gak pernah dipukul Ayah, terus kenapa takut ketemuan?"
Suara Seonghwa melunak. Tau benar usahanya bakal sia-sia kalo pake emosi bicara sama cewek ini. Umji itu keras kepala, tapi gampang nangis. Tipe yang susah dihadapi kalo lagi marah.
"Bukan Ayah," sahut Umji pelan. "Tapi Ibu ..."
Seonghwa diam aja, nunggu cewek itu ngelanjutin sendiri ucapannya. Meski begitu, tangannya kembali menggenggam tangan kanan Umji.
KAMU SEDANG MEMBACA
L O V E A D E
Fanfic[AU lokal, on going] "yang minum loveade ini, bakal fall in love sama gue, hehe." Umaira Jian disclaimer « ateez×viviz, seonghwa × umji « theboyz×viviz, juyeon × umji « harsh word ° 22 Dec, 2022 publish: 11 Aug, 2023 -