14. "Yes or yes?"

275 33 11
                                        

Srek srek srek

"Tangannya udah diobatin, Mas?"

Penjaga rumah yang lagi nyapu pecahan cermin dilantai ruang pribadinya itu nanya. Cermin yang semua terpasang hampir disemua sisi dinding itu dalam semalam cuma tersisa tiga per empat aja. Sisanya pecah berhamburan dilantai.

"Udah."

"Lain kali hati-hati Mas. Tadi Nyonya bilang begitu di telepon, sama besok baru bisa diganti yang baru cerminnya."

"Iya, makasih pak."

Cowok dengan kaos oblong polos warna hitam itu ngeliatin tangan kanannya yang tertutup perban. Bercak merah ada disana meski sudah dilapis kain kasa banyak banget.

Rasanya ngilu, tapi pikirannya lebih rumit dari itu. Seonghwa yang kini nutup wajahnya sendiri pakai tangannya reflek ngumpatin dirinya sendiri.

"Bangsat, gue ngapain anak orang semalam?"

Pikirannya bener-bener rumit. Dia sama sekali gak bisa lupa sedikitpun sama kejadian semalam yang bikin dia hampir gila rasanya.

"Ibu tadi bilang katanya udah ijin sama Mas kalo hari ini datang agak siang karena sakit. Ada yang sampeyan butuhin lagi, Mas? Biar saya bantu siapin."

Tanpa ngeliat, Seonghwa menggeleng. "Gak ada Pak, makasih."

Sepuluh menit kemudian penjaga rumah itu keluar. Kembali duduk di tempatnya biasa yaitu pos depan rumah. Sementara pemilik rumah kini jalan ke arah dapur sambil sesekali ngebalas sapaan beberapa maid yang mulai berberes rumah.

Saat dia duduk di kursi meja makan sambil ngaduk teh di cangkir, matanya nangkap satu orang berdiri didepan kamarnya. Mau masuk kedalamnya.

"Kamar saya gausah," katanya tiba-tiba. "Menjauh dari situ."

Sontak aja bikin perempuan muda itu tersentak kaget dan beberapa maid jadi ngeliat dia juga.

Mata Seonghwa natap sosok itu datar. "Orang baru?" tanyanya kemudian.

"E-eh iya, Mas. Saya baru mulai kerja hari ini."

Cowok itu lantas ngangguk. "Bersihin kamar saya bukan pekerjaan kamu, lain kali tanya dulu."

Agak kaget karena di hari pertama dia kerja sudah dapet teguran, perempuan itu segera ngangguk dan pergi buat bersihin bagian lain.

Seonghwa menghela nafas.

Kalo lengah sedikit, mungkin tadi orang itu bakal masuk dan bakal ada kehebohan.

Ada cewek dikamar anak bungsu keluarga pemilik rumah yang gak pernah kedengeran punya tunangan atau apapun semacamnya.

Belum lima menit dia duduk santai, pikirannya mendadak kembali ke Umji yang belum ada dia liat lagi kondisinya sejak kejadian semalam.

Ya, apapun yang terjadi dia harus nemuin cewek itu kan?

Jadilah dia kembali naik ke kamarnya dengan  penyesalan yang semakin menggebu saat tangannya udah megang knop pintu kamarnya sendiri.

Cklek

Baru aja pintu dibuka, cowok itu reflek mengulas senyum sewaktu diliatnya Umji sudah bangun dan nguap kecil.

"Seonghwa-"

Tepat saat si rambut kecokelatan itu juga ngeliat dia, Seonghwa mendadak terdiam.

Jejak kemerahan itu keliatan jelas di bahu dan leher cewek yang kini ngeliat dia dengan bingung. Padahal bajunya juga terpakai sempurna, cuma karena bahannya agak nerawang jadi masih keliatan dimata Seonghwa yang bikin dia ngebuang pandangannya kearah lain.

L O V E A D E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang