Bab 4

11.4K 152 6
                                    

"Jadi kamu mau nonton video yang mana dulu, Dit?" tanya Ahmad setelah menggeser laptop ke sebelah paha kiri Adit dan setengah bagiannya lagi masih tetap berada di paha kanannya.

"Banyak betul koleksi video bokep bapak kamu, Mad," kata Adit antara takjub dan risih begitu melihat ada ribuan video bokep di layar laptop milik ayahnya Ahmad. Kebanyakan video bokep itu berasal dari negeri sakura daripada video bokep lokal dan paling sedikit berasal dari negara barat.

"Tentu aja karena bapak aku gampang bosan kalo cuman nonton video yang itu-itu aja. Meski kebanyakan dari video bokep itu cuman beliau tonton sekali doang sehabis di download," sahut Ahmad sambil pencet tombol panah arah ke bawah membuat tampilan thumbnail video bokep di layar laptop itu bergulir ke bawah seiring jari telunjuk cowok itu memencet tombol arah ke bawah.

"Jadi video mana yang mau kamu tonton sekarang?" tanya Ahmad ketika deretan video bokep pada layar laptop itu sudah sampai di deretan paling bawah.

Sayang sekali tidak ada video bokep belok di laptop itu, jadi Adit main asal tunjuk saja salah satu video bokep jepang dengan thumbnail yang menampilkan sosok gadun yang cukup menarik perhatiannya.

"Kamu yakin pengin nonton video yang ini?" tanya Ahmad sambil menatap video bokep yang ditunjuk Adit.

"Emang video yang ini kenapa, Mad?"

"Semua cowok pasti tahu lah kalo kebanyakan video bokep jepang tuh sering pake sensor. Mana mungkin bikin sange kalo nonton bokep tapi nggak bisa lihat lobang memek," sahut Ahmad frontal membuat Adit spontan berjengit mundur begitu mendengar kata terakhir cowok itu. Lagipula, siapa juga yang mau melihat lobang memek?

"Nggak apa, Mad. Lagian aku udah sering lihat lobang begituan pada gambar ilustrasi dalam buku paket kelas lima di bab materi pelajaran soal alat reproduksi pada manusia," sahut Adit seraya mengeklik video bokep itu dan tampilan layar laptop itu segera memutar video bokep itu.

Betul kata Ahmad, video bokep itu memang memakai sensor buram pada bagian selangkangan membuat kontol si gadun hanya kelihatan dalam bentuk kotak-kotak kecil buram di layar laptop itu.

Apalagi sudut pengambilan rekaman lebih sering menyorot wajah si pemain wanita daripada muka sange si gadun membuat Adit langsung merasa bosan, padahal video bokep itu baru berjalan sekitar lima menitan.

Terserang rasa jenuh dan bosan membuat Adit tiba-tiba ketiduran dan baru terbangun begitu merasakan ada telapak tangan yang menepuk-nepuk pelan pipi kanannya.

"Oalah ... nonton bokep bukannya sange malah ketiduran kamu, Dit," kata Ahmad ketika melihat teman nobarnya sedang menggosok-gosok mata dengan punggung tangan sembari menggerutu pelan. "Pantesan dari tadi diem bae."

"Ma-maaf, Mad. Badan aku beneran capek banget sehabis lari tiga putaran keliling lapangan tadi," bual Adit padahal dia ketiduran karena bosan nonton video bokep penuh sensoran itu.

"Yaudah tidur aja lagi kalo masih ngantuk," saran Ahmad sambil menepuk sebelah pundaknya membuat Adit seketika tersadar kalau dia sudah tidur sambil bersandar ke pundak cowok itu. "Tenang aja. Kepala kamu nggak bakalan bikin pundak aku pegal karena aku udah sering jadi kuli panggul dadakan kalo lagi bantu emak jualan beras karungan di pasar."

"A-aku udah nggak ngantuk kok," tolak Adit secara tidak langsung sembari menggeser bokong agar duduk rada jauhan dengan Ahmad. Semoga dia tidak ngiler ketika lagi tidur di pundak cowok itu tadi.

"Atau kita mandi bareng aja biar badan kamu jadi rada segeran," usul Ahmad yang langsung dibalas gelengan cepat kepala Adit. "Ayolah, jangan belagak malu begitu. Padahal dulu waktu masih kecil, kita sering mandi bareng sehabis main ujan-ujanan di luar."

Ayahku Pejantanku [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang