Bab 30

3.9K 117 13
                                    

"Oke, sebelom lanjut ke tahap tanda tangan kontrak, saya mesti cek dulu seberapa tangguh kontol Pak Bondan ketika lagi ngewe di atas ranjang agar saya bisa kasih tarif yang pantas untuk jasa pelayanan bapak," ucap Pak Asman seraya menarik turun ritsleting celana Pak Bondan.

"Apakah harus kita lakukan itu di sini?" tanya Pak Bondan sembari mencekal tangan Pak Asman yang hendak mencopot sabuk celananya. "Gimana kalau ada guru lain yang lihat nanti?"

"Pak Bondan tenang aja. Semua guru di sekolahan ini udah pada balik ke rumah," sahut Pak Asman yang kini beralih melepas kancing kemeja Pak Bondan mulai dari deretan kancing paling bawah. "Jadi nggak bakal ada yang lihat ketika saya lagi menguji kegagahan kontol bapak."

"Ta-tapi, masih ada—"

"Bisakah kamu tunggu di luar, Nak?" tukas Pak Asman sembari menoleh ke arah Adit yang spontan bangkit berdiri, lantas segera beranjak keluar tanpa pamitan dengan mereka. "Oke, sekarang hanya ada kita berdua di sini."

Meski agak geli, akan tetapi Pak Bondan tak kuasa menolak ketika tangan Pak Asman mulai berani mengocok batang kontolnya begitu terbebas dari selubung kain kancut. Pun cubitan di pentil kini berganti jadi pelintiran pelan yang membuat gairah Pak Bondan jadi semakin tak tertahankan.

"Enak nggak kocokan tangan saya, Pak?" tanya Pak Asman begitu melihat Pak Bondan spontan menggigit bibir mencoba menahan desahan yang hendak keluar dari mulutnya.

"Uh ... yah, saya pikir begitu," sahut Pak Bondan sembari melengos dengan pipi sedikit merona begitu melihat senyum jahil di bibir Pak Asman yang masih keasikan mengocok kontolnya.

"Tapi bakalan lebih enak kalau saya sepong kontol bapak," balas Pak Asman seraya berganti posisi jadi jongkok di depan selangkangan Pak Bondan yang kini duduk dengan kedua kaki rada mengangkang.

Spontan Pak Bondan mendesis ketika Pak Asman mulai menjilati kepala kontolnya, lantas meluncur turun menuju sepasang biji peler yang gelantungan di bawah selangkangan lelaki itu sebelum tenggelam dalam emutan mulut sang kepala sekolah.

Suara desisan Pak Bondan berangsur berubah jadi erangan pelan ketika emutan mulut Pak Asman berganti jadi sepongan lembut yang mengulum hampir separuh batang kontol sambil sesekali mengocok kontol lelaki itu ketika rahangnya mulai terasa pegal.

Sembari mengulum dan mengocok kontol Pak Bondan, tangan kiri Pak Asman pun ikut sibuk melumas bibir anus dengan baluran air liur. Begitu yakin sudah cukup becek dan licin, sang kepala sekolah segera naik ke atas kursi lantas berjongkok di atas selangkangan Pak Bondan.

Dengan cekatan, tangan kanan Pak Asman segera memegang batang kontol Pak Bondan lantas membimbing kepala kontol lelaki itu agar masuk ke lobang anusnya yang sudah siap melahap.

Tak berselang lama, kepala kontol Pak Bondan pun langsung melesak ke dalam lobang anus Pak Asman bagaikan tongkat kayu yang terisap dalam kubangan tanah berlumpur sampai mentok ke pangkal selangkangan.

Sensasi jepitan otot rektum Pak Asman membuat Pak Bondan sontak mendesah ketika kontolnya keluar-masuk ke lobang anus sang kepala sekolah yang kini bergerak naik-turun di atas pangkuan lelaki itu.

Sesaat hanya ada suara desahan dan erangan dengan selingan bunyi benturan kala bokong Pak Asman membentur paha Pak Bondan yang duduk bersandar ke punggung kursi dengan kepala menengadah.

"Boleh saya endus ketek bapak?" tanya Pak Asman membuat kening Pak Bondan spontan mengerut.

"Ketek ... saya?"

"Ya, saya suka banget kalau ngewe sambil endus ketek," sahut Pak Asman seraya mengangguk mantap. "Jadi, boleh nggak?"

"Boleh aja, tapi ketek saya pasti bau kecut karena belom sempat mandi waktu datang kemari tadi."

Ayahku Pejantanku [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang