Bab 7

9.1K 141 4
                                    

Pak Hendi tidak menyangka kalau ternyata banyak cowok belok di sekolahan itu. Bahkan dalam satu kelas, ada sekitar lima sampai tujuh murid cowok yang terindikasi sebagai penyuka sesama jenis.

Betul kata Pak Mochtar, kebanyakan dari cowok belok itu lebih sering melirik ke arah jendolan kontolnya ketimbang menatap mata Pak Hendi ketika mereka sedang melakukan sesi pemanasan di lapangan sekolah. Ada yang melirik secara sembunyi-sembunyi, ada pula yang menatap jendolan kontol guru olahraga itu secara blak-blakan. Bahkan tidak memalingkan muka ketika Pak Hendi memergoki tatapan nakal mereka.

Apalagi pagi itu, Pak Hendi sedang sange berat membuat jendolan itu jadi kelihatan lebih besar karena kontolnya masih saja ereksi meski dia sudah sempat beronani di toilet sebelum mulai mengajar tadi.

Namun dari sekian belas cowok belok yang Pak Hendi pergoki pagi itu, tak ada satu pun yang menarik perhatiannya. Alih-alih membuat nafsu, guru olahraga itu malah merasa geli ketika membayangkan mulut mereka yang mulai ditumbuhi kumis tipis dengan wajah agak berminyak dan penuh bekas jerawat itu mengulum kontolnya.

Jadi Pak Hendi memilih untuk pura-pura tidak melihat lirikan mata mereka ketika sedang memimpin sesi pemanasan pagi itu. Meski merasa risih, akan tetapi Pak Hendi berusaha bersikap profesional sebagai guru olahraga di sekolahan itu.

Lagipula akan kedengaran konyol kalau Pak Hendi menegur beberapa murid cowok yang terindikasi belok itu agar berhenti menatap ke arah selangkangannya.

Setelah dua jam mengajar di bawah terik matahari yang mulai terasa panas karena sudah hampir menjelang tengah hari, kelas pertama yang masuk dalam jadwal mengajar Pak Hendi hari itu pun berakhir.

"Harap kembalikan bola voli dan jaring net ke gudang sekolah sebelom kalian pergi makan siang ke kantin. Kalo sampe ada bola voli yang hilang, kalian yang wajib mengganti," pesan Pak Hendi sebelum membubarkan barisan siswa dan siswi yang tampak kelelahan sehabis latihan tanding bola voli tadi.

Setelah itu, Pak Hendi bergegas pergi ke toilet yang kebetulan sedang sepi karena kebanyakan siswa maupun siswi sedang makan siang di kantin sekolah.

Begitu masuk toilet, Pak Hendi segera membuka salah satu pintu bilik kloset yang berada di urutan paling belakang dari pintu masuk agar bisa beronani dengan nyaman tanpa terganggu bunyi gedoran karena kelamaan di dalam kloset.

Begitu pintu bilik kloset paling belakang itu terbuka, Pak Hendi tertegun begitu mendapati seseorang yang berdiri membelakanginya sehingga guru olahraga itu bisa melihat lekukan bahu serta paha ramping orang itu karena hanya memakai kaos singlet dan celana dalam saja di dalam bilik kloset itu.

Sesaat Pak Hendi sempat mengira kalau orang yang hendak ganti baju di dalam bilik kloset itu adalah seorang gadis menilik dari kulitnya yang putih mulus, akan tetapi begitu orang itu berbalik karena mendengar deritan pintu kloset yang berayun ke sisi dalam, guru olahraga itu langsung mengenali kalau orang itu ternyata seorang pemuda yang dua pekan lalu mendapat hukuman lari keliling lapangan karena telat ikut sesi pemanasan.

"Dasar guru cabul. Main masuk aja ke bilik kloset tanpa ketuk pintu dulu," omel pemuda itu sambil berusaha menutupi dada dan area selangkangan dengan kedua lengan. Meski percuma saja karena Pak Hendi sempat melihat siluet samar sepasang pentil merah jambu yang tampak menerawang dari balik kaos singlet yang membungkus perut dan dada pemuda itu. Pun area selangkangan pemuda itu yang tampak rata tanpa ada sedikit pun jendolan membuat guru olahraga itu bertanya-tanya, apa betul kalau pemuda itu beneran anak laki-laki?

Namun, Pak Hendi segera menggeleng kepala berusaha membuang pemikiran konyol barusan karena jelas tidak mungkin ada seorang gadis yang mau ganti baju di toilet anak cowok.

"Mana bapak tahu kalo ada kamu lagi ganti baju di dalam. Orang pintunya aja kagak dikunci," bantah Pak Hendi tidak terima dengan tuduhan ngawur pemuda itu.

"Gimana mau kunci pintu orang kuncinya aja rusak begitu," timpal pemuda itu masih dengan nada kesal sambil mengedik ke arah lobang besi selot pintu yang sudah copot. Membuat pintu kloset itu tidak bisa dikunci dari dalam.

"Udah tahu kuncinya rusak, kenapa kamu malah ganti baju di dalam bilik kloset ini?" balas Pak Hendi tidak mau mengalah.

"Tentu aja karena masih ada orang di bilik sebelah waktu saya masuk ke toilet tadi dan yang kosong cuman bilik kloset ini," jawab pemuda itu spontan.

"Jangan bohong kamu. Orang toilet sepi kok waktu bapak masuk barusan," kata Pak Hendi tak percaya dengan omongan pemuda itu. "Ngaku aja. Kamu pasti sengaja ganti baju di dalam bilik kloset ini agar bisa pamer bodi, kan?"

"Dih, pamer bodi apaan. Asal bapak tahu, saya bukan cowok eksibisionis yang hobi pamer selangkangan di depan banyak orang," bantah pemuda itu sambil pasang raut ingin muntah.

Ada luapan rasa gembira dalam hati Pak Hendi begitu mendengar kata cowok dalam omongan pemuda itu. "Trus kenapa kamu ganti baju di dalam bilik kloset ini kalo bukan karena pengin pamer bodi? Toh masih banyak toilet lain di gedung sekolahan ini."

"Bodo amat. Mau saya ganti baju di toilet mana, itu bukan urusan bapak. Mending bapak segera keluar ketimbang ganggu saya ganti baju sekarang," usir pemuda itu sambil mendorong dada Pak Hendi dengan susah payah agar keluar dari bilik kloset itu.

Pak Hendi hendak protes, akan tetapi urung ketika pemuda itu membanting pintu kloset itu pesis di depan wajahnya.

"Jangan ngintip elah," seru pemuda itu ketika melihat bayangan kepala Pak Hendi yang masih berdiri di depan pintu kloset tiba-tiba bergerak ke arah celah sempit di sisi kanan pintu bilik kloset itu yang sedikit terbuka. "Atau saya bakal lapor ke kepala sekolah atas kelakuan mesum bapak siang ini."

Alih-alih takut, Pak Hendi malah merasa semakin tertantang dan saat itu lah dia baru sadar kalau kontolnya langsung konak waktu melihat bahu dan paha telanjang pemuda itu tadi.

Akhirnya ketemu juga sesosok pemuda yang bisa membuat kontolnya ereksi. Pak Hendi tak peduli, mau belok atau tidak, pemuda bawel itu harus jadi pemuas nafsunya sampai istrinya lahiran nanti.

Lamunan mesum yang sempat melintas di benak Pak Hendi seketika buyar begitu pintu kloset yang ada di depannya mendadak terbuka dan tampak lah sosok pemuda itu yang kini berdiri di hadapannya dalam setelan baju olahraga.

Pemuda itu langsung beranjak keluar begitu melihat cengiran bodoh di wajah Pak Hendi sambil menggerutu.

Setelah pemuda itu pergi, Pak Hendi segera masuk ke bilik kloset itu dan mulai beronani sambil menghirup aroma wangi dari tubuh pemuda itu yang masih mengambang di dalam bilik kloset itu.

Pak Hendi tak menyangka kalau bakalan bertemu dengan seorang pemuda yang bisa membuat kontolnya ereksi dan untuk kali pertama selama dua pekan yang terasa bagai di neraka itu, akhirnya dia bisa ejakulasi tanpa bantuan video bokep cewek yang sedang colmek.

Pak Hendi merasa sedikit menyesal karena tidak sempat meremas bokong pemuda itu ketika sedang lewat di depannya tadi. Pasti bakalan terasa selembut pantat bayi.

Puas beronani, Pak Hendi segera pergi ke kantin dengan senyum sumringah. Tak sabar bertemu kembali dengan pemuda itu setelah istirahat makan siang berakhir nanti.

Bersambung ...

Ayahku Pejantanku [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang