Bab 5

10.9K 135 4
                                    

Malam itu, Adit terbangun begitu mendengar bunyi alarm ponsel yang sudah dia atur agar berdering kalau sudah lewat tengah malam. Sejak duduk di kelas lima, Adit mulai tidur di kamar sendiri membuatnya tidak bisa lagi mengintip ketika kedua orang tuanya sedang asik bersenggama.

Sebagai gantinya, Adit selalu berusaha bangun pada tengah malam agar bisa menguping suara desahan maupun erangan yang berasal dari kamar kedua orang tuanya yang kebetulan hanya dipisahkan sebidang tembok dari kamar pemuda itu. Dengan bantuan gelas kosong yang diletakkan menempel ke tembok, Adit pun bisa mendengar dengan lebih jelas suara yang berasal dari balik tembok itu.

Setelah hampir sepuluh tahun mengamati rutinitas malam yang terjadi di kamar sebelah, Adit pun jadi tahu jadwal bercinta kedua orang tuanya sehingga dia tak perlu lagi begadang hanya untuk menunggu kapan kedua orang tuanya mulai bersenggama.

Sebelum memulai sesi menguping, Adit beranjak ke dapur lebih dulu untuk membasuh muka sekalian mengambil kemeja kotor dan kancut bekas pakai yang petang tadi dia pakai untuk asupan coli di kamar mandi.

Begitu matanya sudah lebih segeran, Adit segera balik ke kamar dan langsung rebahan di lantai dengan posisi telentang sambil menutup muka dengan kemeja serta kancut bekas pakai milik sang ayah.

Setelah menemukan posisi rebahan paling nyaman, Adit segera mengambil gelas kosong yang dia letakkan menempel ke tembok dengan posisi menelungkup sebelum menggeser kepala ke dekat pantat gelas kosong itu sementara tangan satunya mengenggam titidnya dalam posisi siap mengocok.

Adit mulai beronani begitu terdengar suara erangan sang ayah di antara suara desahan ibunya dari balik tembok itu dan gerakan tangannya semakin cepat seiring bunyi benturan pinggul dan bokong yang nyaris tenggelam dalam gelombang suara desahan dan erangan yang semakin keras.

Setengah putus asa, hidung Adit berusaha mengendus sisa-sisa aroma ketiak dan bau kontol yang masih tertinggal di serat kain kemeja serta kancut bekas pakai yang menutupi wajahnya.

Badan Adit seketika mengejang saat semburan pejuh segar keluar dari lobang kencing bersamaan dengan suara erangan panjang dan lantang dari kamar sebelah. Untuk kali pertama, pemuda itu merasa bangga karena bisa ejakulasi barengan dengan sang ayah meski dengan garis start yang berbeda.

Setelah mengelap lelehan pejuh pakai kancut bekas pakai milik sang ayah, Adit segera pergi ke dapur untuk mengembalikan kemeja kotor sekalian mencuci kancut bekas pakai sang ayah yang kini penuh dengan lelehan pejuhnya karena dia tidak mau membuat ibunya curiga kalau menemukan noda pejuh kering di kancut sang suami ketika hendak mencuci pakaian kotor mereka besok pagi.

Begitu sampai di dapur, Adit langsung masuk ke toilet setelah menaruh kemeja kotor ke keranjang cucian, lantas tertegun begitu mendapati sang ibu kini berdiri di depan pintu toilet ketika dia hendak keluar setelah mencuci bersih kancut bekas pakai milik sang ayah.

"Kamu ngapain cuci celana dalam dini hari begini?" tanya Bu Nurul begitu melihat sepotong kancut basah di tangan kanan anak lelakinya. "Emang nggak dingin cuci celana dalam dini hari begini?"

"Ng-nggak kok, Ma," sahut Adit tergagap sambil memaki dalam hati karena kurang sigap menyembunyikan kancut basah itu dari tatapan penuh selidik sang ibu.

"Trus kenapa kamu cuci celana dalam itu?" cecar Bu Nurul membuat anak lelakinya menjadi semakin gelagapan. "Jangan bilang kalo kamu baru aja ngompol di kamar."

"A-adit nggak ngompol kok, Ma."

"Trus kenapa kamu cuci celana dalam itu kalo nggak ngompol?" ulang Bu Nurul sambil pasang muka serius meski dalam hati wanita itu merasa geli melihat gelagat gugup sang anak lelaki yang malah kelihatan lucu di mata wanita itu.

Ayahku Pejantanku [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang