Bab 36

2.2K 97 21
                                    

"Wooey, Dit. Bengong aja. Lihat apaan sih?" ucap Ahmad seraya menepuk bahu Adit, lantas menoleh mengikuti arah pandangan pemuda itu yang sedang menatap sosok Pak Hendi yang berdiri tak jauh dari posisi mereka. "Pak Hendi pulang bareng siapa tuh?"

"Tauk ah. Lagian nggak penting juga kenal sama selingkuhan baru Pak Hendi," sahut Adit spontan melengos begitu kepala Pak Hendi tiba-tiba menoleh ke arah pemuda itu. "Lagian aku udah janji ke papa nggak bakalan mau balikan sama cowok brengsek yang cuman datang kalo lagi ada maunya doang."

"Jadi papa kamu udah tahu kalo selama ini kamu ... belok?"

"Ya dan beliau kasih dukungan penuh dengan pilihan hidup aku selama itu bisa bikin aku bahagia," sahut Adit membuat Ahmad tersenyum senang begitu mendengar kabar baik itu.

"Trus mama kamu?" tanya Ahmad membuat Adit refleks mengedik bahu.

"Mungkin nanti atau bisa jadi mama nggak bakalan tahu sampai aku mati," sahut Adit membuat Ahmad sontak mengangguk paham dengan keputusan pemuda itu karena kadang kala, emang lebih mudah meminta maaf ketimbang meminta izin ketika kita memilih jalan hidup yang bertentangan dengan norma sosial maupun dalam ajaran agama.

"Jadi sekarang," ucap Ahmad seraya menoleh ke sekitar parkiran motor sebelum kembali menatap Adit yang masih berdiri di sebelah cowok itu yang sudah duduk di jok motor dengan posisi siap melaju. "Status kamu apa?"

"Status?"

"Ma-maksud aku, apa sekarang kamu udah punya hubungan dengan seseorang atau masih cari ... pasangan?" jelas Ahmad dengan pipi sedikit merona membuat Adit berusaha menggulum senyum melihat tampang cowok itu yang kelihatan lucu ketika sedang malu.

Jujur saja, banyak siswi di kelas Adit maupun dari kelas sebelah yang sering meminta nomor kontak Ahmad ke Adit sewaktu masih jadi peserta didik baru di sekolahan itu.

Namun mau seganteng dan sebaik apa pun Ahmad, Adit tetap tidak ada rasa apa pun ke cowok itu selain sebagai sahabat karena emang sejak puber, Adit sama sekali tidak dan tak akan pernah suka dengan cowok berondong.

"Untuk sementara ini, aku masih pengin sendiri. Jadi maaf, belom buka lowongan sekarang," sahut Adit penuh rasa bersalah kala melihat segurat raut kecewa di muka Ahmad yang berusaha tetap kelihatan tegar di depan Adit.

"Kalo begitu segera kabari aku kalo udah buka lowongan nanti. Aku bakalan jadi cowok pertama yang datang melamar kamu," balas Ahmad seraya mengulurkan tangan, lantas mengelus pipi Adit. "Pak Hendi pasti butuh kacamata karena lebih milih cowok bulukan itu ketimbang cowok semanis kamu."

"Dih, apaan sih? Nggak jelas kamu," ucap Adit belagak bego seraya menepis tangan Ahmad dari pipi pemuda itu.

"Jadi apa kamu mau mampir ke rumah aku sore ini?" tanya Ahmad segera mengganti topik obrolan mereka. "Ada koleksi video bokep baru di laptop bapak aku yang banyak aku unduh sebulan lalu."

"Emang kamu unduh video bokep apaan?"

"Tentu aja video bokep belok sebagai bahan referensi sebelom praktek langsung sama kamu kalo kita udah resmi jadian nanti," sahut Ahmad sambil tertawa lantas mengaduh pelan ketika satu pentil di dada cowok itu kena cubit tangan Adit.

"Oke, jadi kamu mau pergi ke mana sore ini?" tanya Ahmad setelah minta maaf ketika melihat Adit mulai merajuk dan motor mereka pun segera melaju begitu pemuda itu kasih tahu alamat rumah kedua Pak Asman.

Dua puluh menit kemudian, mereka pun tiba di rumah kedua Pak Asman yang masih membuat hati Adit terasa perih karena penuh dengan kenangan indah sekaligus pahit sewaktu masih bersama dengan Pak Hendi dulu.

"Rumah siapa ini, Dit?" tanya Ahmad sembari mengikuti Adit yang sudah duluan jalan ke beranda depan rumah sederhana itu.

"Rumah kedua Pak Asman," sahut Adit seraya mengetuk pintu dan tak lama kemudian, tampak lah sosok Pak Asman dengan muka belepotan bubuk tepung begitu pintu depan rumah itu terbuka.

Ayahku Pejantanku [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang