Our First Meet

146 12 18
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please Support Follow, Comment, and Vote

.

.

.

Flashback on

Cuaca yang cukup terik tak mematahkan semangat barisan mahasiswa yang saat ini tengah berkumpul di lapangan universitas. Mahasiswa baru yang akan menggantung cita-citanya dan mempercayakan universitas ini sebagai wadah untuk mereka belajar. Sekumpulan anak-anak muda itu selaras mengenakan pakaian putih hitam.

Seorang gadis bertubuh ramping tengah berdiri di barisan bagian tengah. Surai panjangnya terikat satu persis seperti buntut kuda. Netranya menatap tajam ke depan pun dengan telinga yang fokus mendengarkan. Bulir-bulir keringat terlihat membasahi pelipis akibat dari panasnya cuaca siang ini.

Setelah mendapatkan pengarahan di lapangan, sesuai dengan perintah, seluruh mahasiswa baru itu segera membubarkan diri dan masuk ke dalam aula universitas untuk mendapatkan sosialisasi lebih lanjut.

Mira menyeka pelipisnya, baju bagian belakangnya sudah sedikit basah akibat keringat yang membanjiri punggungnya. Belum lagi, bulir asin itu membuat poni bagian sampingnya lepek, menempel kulit. Musim panas di Ibu Kota memang terkadang sangat menyengat, menusuk hingga ke tulang.

"Din, pasti gue kebingungan banget di sini kalau lo nggak ada," celetuk Mira pada sahabat karibnya. Mereka masih dalam perjalanan menuju aula.

"Kenapa begitu?"

"Ya nggak ada yang gue kenal disini selain lo."

"Makanya kenalan, Mira! Jangan terlalu pendiam. Nggak punya temen aja tahu rasa!"

Mira terkekeh, "Hehe.. lo kan ada."

Dinda tidak menanggapi, ia hanya merotasikan bola matanya malas. Gadis berkacamata itu sudah tahu betul tabiat Mira. Tidak mudah berbaur dan pendiam merupakan hal yang melekat pada diri Mira. Ah, jangan lupakan dengan sifatnya yang pemalu. Namun, bukan berarti Mira lemah. Mira sama seperti gadis pada umumnya yang akan melawan jika ada yang mengusiknya.

Kedua sahabat dekat ini memilih duduk di barisan kedua dari depan. Bersiap dengan mengambil buku catatan dan sebuah alat tulis dari dalam tas. Netranya mengedar ke sekeliling, takjub dengan banyaknya mahasiswa yang memenuhi ruangan yang sama dengannya.

Atensi Mira kembali fokus menatap ke depan. Kali ini sesi perkenalan mahasiswa angkatan atas yang akan bertanggung jawab selama masa orientasi ini. Sekumpulan mahasiswa tersebut mengenakan pakaian santai lengkap dengan almamater kebanggaan kampusnya.

"Mir, coba deh lo lihat ke arah kiri!" bisik Dinda yang saat ini tengah duduk di samping kanannya.

"Kenapa?" Mira menoleh mengikuti perintah Dinda, "Nggak ada apa-apa, Din," imbuhnya.

DANDELION || JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang