⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Mentari kembali bersinar. Memancarkan cahaya dan menemani setiap insan menjalani aktivitasnya. Bagi sebagian orang, awal pekan adalah hari yang sibuk, Mira salah satunya. Setelah melepas penat sejenak di akhir pekan kemarin, saat ini Mira telah memulai rutinitasnya kembali.
Gadis itu kembali disibukkan dengan segudang aktivitasnya di kampus dan jangan lupakan setumpuk buku yang harus ia pelajari. Namun sepertinya, kali ini ia bisa bersantai sejenak, sebab khusus hari ini kampusnya meniadakan pembelajaran. Para mahasiswa hanya diminta untuk datang dan mengikuti kegiatan seminar yang diadakan oleh Yayasan Universitas. Seminar mengenai Career Development itu, disambut antusias oleh seluruh mahasiswa.
Mira melangkahkan kakinya keluar ruangan aula. Aula yang letaknya di salah satu gedung universitasnya itu, memang kerap kali digunakan untuk berbagai kegiatan indoor. Setelah mengikuti seminar yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam, gadis itu menghela napasnya lega sebab dirinya bisa segera mengisi perutnya yang mulai lapar.
"Ternyata banyak juga mahasiswa di kampus kita ya, Mir," celetuk Dinda saat mereka berdua baru saja melangkah keluar aula.
"Iyalah! Lo hitung aja di sini ada berapa fakultas."
Dinda hanya terkekeh dan menarik Mira untuk berjalan lebih cepat. Suasana kampus yang ramai berimbas pada kantin yang saat ini dipadati para mahasiwa. Tidak ada perkuliahan hari ini menyebabkan banyak mahasiswa yang memilih singgah di kantin sebelum mereka pulang atau melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Terlebih, saat ini sudah mulai memasuki jam makan siang.
"Astaga rame banget!" seru Mira seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin, "Gue cari tempat duduk deh. Lo pesen makan. Apa mau sebaliknya?" imbuhnya.
"Nggak. Gue pesen makan aja. Lo mau pesen ap--"
Suara dering ponsel terdengar saat Dinda belum sempat menyelesaikan ucapannya. Gadis berkacamata itu lantas bergegas melihat siapa gerangan sang pemanggil. Dahinya berkerut bingung tatkala ia membaca sebaris nama di sana.
"Mama? Ngapain ya?" gumamnya.
"Coba angkat aja," sahut Mira.
"Ya, Ma?" sapaan pertama yang diberikan oleh Dinda untuk sang Ibu di seberang telepon.
Sementara Mira hanya diam menunggu sahabatnya itu menyelesaikan teleponnya sembari melihat lalu lalang orang-orang di sekitarnya. Saat ini mereka masih berdiri didekat pintu masuk kantin.
"Astaga! Aku lupa, Ma!" seru Dinda dengan menepuk pelan dahinya, "Oke, aku langsung ke sana sekarang deh,"
Mira refleks menoleh ke arah Dinda dengan alis tertaut bingung, serta jangan lupakan rasa penasaran yang menghinggapinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION || JJK ✔️
FanfictionDemi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna dan Mira terpaksa menikah demi menjaga nama baik keluarga. D...