📍Info pemesanan kunjungi Instagram author. Link ada di Bio.
Demi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Mentari mulai menampakkan diri. Segaris cahaya jingga yang dipancarkan perlahan berubah menjadi terang. Kicauan burung terdengar bersahutan seolah mereka turut menyambut pagi hari yang indah. Akhir pekan yang sejuk diselimuti dengan embun yang membasahi dedaunan.
Seorang gadis tengah memaku dirinya di depan cermin. Memastikan penampilannya kali ini sudah sesuai dengan kegiatan yang akan ia lakukan. Sang gadis mengenakan celana training abu-abu dengan cropped tee putih senada dengan sepatunya saat ini. Mira berniat untuk melakukan lari pagi. Kegiatan yang terkadang ia lakukan jika tengah libur kuliah seperti hari ini.
Sang gadis mulai melangkahkan kakinya keluar rumah. Menghirup aroma patrichor yang masih ditinggalkan oleh hujan semalam. Ia berjalan santai menuju running track di taman perumahannya.
Mira mulai melakukan peregangan kecil. Setelah dirasa cukup, ia memulai kegiatan olahraganya itu. Berlari santai mengikuti track yang ada. Suasana taman cukup ramai. Banyak muda-mudi yang melakukan hal yang sama seperti dirinya. Ada juga beberapa keluarga kecil yang terlihat tengah bersantai menikmati akhir pekan mereka.
Beberapa menit telah berlalu dan saat ini gadis cantik itu tengah duduk di salah satu bangku taman. Mira berniat untuk beristirahat sejenak sembari meluruskan kakinya yang terasa pegal.
Mira merotasikan pandangannya ke sekeliling ketika ia merasa taman ini semain ramai pengunjung, bahkan ada segerombolan ibu-ibu berseragam yang akan melakukan senam kebugaran.
"Eh, Neng Mira, sendirian aja, Neng?"
Mira tersentak saat ada seseorang yang memanggilnya. Ia menoleh dan saat ini di hadapannya terdapat dua orang wanita paruh baya. Mira mengenalinya, sebab rumah mereka hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya. Jika Mira tidak salah ingat, mereka biasa di sapa Bu Dewi dan Bu Ade.
"Ah, iya, Bu,"
"Duh, Neng Mirageulis pisan euy. Udah punya pacar belum? Kalau belum jadi menantu Ibu, ya?" ucap wanita paruh baya yang bernama Dewi itu. Jangan lupakan logat Sundanya yang sangat kental.
"Eiyy, Ceu Dewi, kumaha, sih? Neng Mira, 'kan, udah punya pacar. Itu yang tiap hari ngejemput di depan rumahnya," sahut ibu satunya.
"Bener itu, Neng? Duhh sayang banget nggak bisa Ibu jodohin sama si Indra anak Ibu."
Mira terkekeh samar, rasanya pagi ini sedikit mendapat hiburan dari ibu-ibu ini, "Ibu berdua ini mau ikut senam, ya?" jawab Mira setelah melihat pakaian yang mereka pakai sama seperti gerombolan ibu-ibu senam itu. Mira hanya ingin pembahasan mengenai pacarnya tidak berlanjut. Alhasil, ia berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya.