He Knows Everything

50 8 1
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please Support Follow, Comment, and Vote

.

.

.

Kendaraan mewah beroda empat melaju membelah jalanan padat Ibu Kota. Mentari masih bersinar saat sang pengemudi mengendarai roda empat itu. Bagi sebagian orang, mereka akan mengemudi ketika tahu arah dan tujuan hendak kemana. Namun, tidak untuk pria bergigi kelinci ini. Tidak ada jam perkuliahan membuat Juna memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Tanpa ada tujuan, pria itu hanya mengikuti kemana kaki dan tangan membawanya.

Dua hari berlalu sejak pertengkarannya dengan Mira, Juna masih enggan untuk menemui kekasihnya itu. Ia masih betah menghindar sembari kepalanya dipusingkan dengan berbagai cara untuk lepas dari masalah yang saat ini menjeratnya. Pria itu sadar jika dirinya memang bersalah, namun ia benar-benar tidak mau kebebasan masa mudanya terenggut akibat permasalahan ini.

Sejurus kemudian, pria itu memutuskan untuk memutar arah kemudinya. Ia berniat menyambangi cafe milik Jhony. Cafe yang letaknya masih menyatu dengan kelab yang sering ia kunjungi. Jika kelab baru akan buka di jam malam, berbeda dengan cafe-nya yang memang buka selama dua puluh empat jam.

Juna memarkirkan kuda besinya di pelataran gedung yang biasa ia kunjungi. Kakinya bergegas melangkah memasuki cafe. Ia membalas sekilas sapaan para pelayaan cafe yang memang sudah mengenal Juna sebagai teman atasannya. Suasana cafe tampak sepi seiring dengan jam makan siang yang telah lama berlalu.

"Max! Apa kabar, Bro?" sapa Juna tatkala netranya melihat seorang pria yang tengah sibuk meracik kopi di balik meja bar.

Maxim, pria yang berprofesi sebagai barista di cafe itu memang sudah kenal akrab dengan Juna. Terlebih, pria itu kerap kali diminta menjadi bartender jika kelab di gedung ini tengah ramai pengunjung. Bukan tanpa alasan Jhony memperkejakan Max di kedua tempat usahanya, melainkan ketampanan pria blasteran itu yang diyakini Jhony akan menjadi daya tarik para pelanggannya.

"I'm good. Lo gimana? Udah lama, deh, lo nggak ke sini," sapa balik Max.

"Ya.. seperti yang lo lihat," Juna tersenyum menampilkan gigi kelincinya, "Bos besar lo sibuk nggak, ya?" imbuhnya dengan sedikit gurauan.

"Jhony? Ada tuh di ruangan atas kayaknya. Mau gue panggilin?"

"Boleh kalau dia nggak sibuk. Sekalian gue mau kopi kayak biasanya ya, Bro."

"Siap! Nanti gue suruh anak-anak anter. Di tempat biasa, 'kan?"

Juna mengangguk lalu berlalu dari hadapan pria tampan itu. Ia segera melangkah menuju tempat yang biasa ia duduki jika tengah berkunjung ke cafe ini. Tempat di sisi kanan paling ujung yang nyaris tidak terlihat dari pintu masuk cafe dan tidak banyak di lalui pengunjung.

DANDELION || JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang