⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Mira tidak pernah menduga akan semua fakta yang telah ia dengar dari Sagara–teman suaminya sendiri. Ah, apa itu semua sudah bisa dibilang fakta, bahkan hingga sekarang Mira belum bisa benar-benar mempercayai semua itu.
Mira memutuskan pergi dari hadapan Sagara tanpa menunggu pria itu memberikan semua bukti untuknya. Tidak tahan rasanya mendengar lebih jauh mengenai keburukan-keburukan yang Suaminya lakukan selama ini. Mendengar sang Suami yang ternyata memiliki kebiasaan buruk dari mulut orang lain, tidak serta merta membuat Mira percaya begitu saja. Entah ini semua hanya sanggahan demi membahagiakan perasaannya sendiri atau memang dirinya benar-benar percaya jika sang Suami tidak mungkin melakukan itu semua. Apalagi, beberapa bukti yang diberikan Sagara sebelumnya, seolah membenarkan semua itu. Lantas, apa Mira hanya terlalu takut jika itu semua memang sebuah kenyataan yang harus ia terima.
Peperangan batin seketika muncul dalam diri Mira setelah mendengar penjelasan dari pria sipit itu. Otaknya meminta wanita itu untuk melanjutkan penyelidikannya tentang Juna, namun hatinya menolak keras akan hal itu. Sebagian besar sisi hatinya masih berharap jika ini semua hanyalah bualan semata, namun wanita itu juga tidak menampik jika masih ada setitik rasa gelisah serta takut jika itu semua merupakan fakta yang harus ia terima.
Segala permasalahan yang bertubi-tubi jelas membuat batin serta fisik Mira lelah. Wanita itu sama sekali tidak pernah membayangkan akan kehidupan pernikahan yang cukup berat seperti ini. Apa ini merupakan salah satu cobaan pernikahan yang diberikan Tuhan untuknya? Atau ini semua merupakan balasan untuknya atas pernikahan yang diawali dengan sebuah kesalahan?
Mira menyeka air mata yang sejak tadi tak berhenti menetes. Menangis dalam diam di dalam taksi yang akan mengantarkannya pulang. Masa bodoh dengan supir taksi yang akan menganggapnya aneh. Ia tidak peduli. Mira hanya ingin meluapkan segala kesedihan atas beban hidup yang menggelayuti pundaknya.
Mira tiba di apartemen saat matahari hampir tenggelam. Menangis sepanjang perjalanan ternyata membuatnya lelah. Belum lagi, perutnya yang mulai menjerit meminta jatah. Wanita itu baru ingat ia hanya memakan setengah cheese cake-nya dan merelakan sisanya begitu saja. Terlebih pagi tadi hanya sepotong roti dan susu kehamilan yang mampir di lambungnya.
Mira memilih tenggelam di dalam kamar dari pada harus menjejali perutnya dengan makanan. Bergelung di bawah selimut, berusaha mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang amat lelah.
"Awwwhhsss.."
Wanita itu sontak meringis, tatkala merasakan keram di perut buncitnya. Ia sadar, berbagai masalah serta beban pikirannya saat ini tentu mempengaruhi kandungannya yang rentan dan bermasalah ini. Pun dari awal dokter telah memperingatinya untuk tidak membiarkan pikirannya bekerja ekstra. Namun, mau bagaimana lagi jika kehidupan yang ia jalani harus membuatnya memikul beban berat di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION || JJK ✔️
Fiksi PenggemarDemi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna dan Mira terpaksa menikah demi menjaga nama baik keluarga. D...