Talk To My Mom

67 9 5
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please Support Follow, Comment, and Vote

.

.

.

Matahari perlahan mulai beranjak ke arah Barat, sinarnya sedikit tertutup awan kelabu. Hari menjelang petang ditemani dengan angin yang berhembus menyejukkan. Jam telah menunjukkan pukul tiga sore saat seorang gadis dengan tubuh rampingnya tengah fokus mendengarkan penjelasan sang dosen di depan kelas.

Dosen Pengkajian Kebudayaan Inggris bertubuh tambun itu, memiliki tatapan tajam seolah mampu menghipnotis seluruh penjuru kelas untuk tunduk dan mendengarkan apa yang tengah ia terangkan. Terkenal sebagai dosen killer membuat siapapun tak ada yang berani membuka suara saat pria bernama Fahri itu tengah mengambil alih kelas.

Setelah beberapa jam berada di situasi mencekam, akhirnya waktu yang ditunggu para mahasiswa pun tiba. Apalagi jika bukan waktu berakhirnya materi perkuliahan. Hembusan napas lega saling bersahutan dan mendominasi ruang kelas itu. Namun, siapa sangka kelegaan yang tengah mereka rasakan harus terhapus dengan tugas yang diberikan sang dosen killer tersebut. Tugas project yang mengharuskan para mahasiswa untuk membuat laporan mengenai kajian kebudayaan Inggris serta mempresentasikan laporan tersebut berhasil membuat kelegaan di hati para mahasiswa hilang seketika.

Mira menyugar rambutnya yang terurai, bibirnya berdecak setelah mendengar tugas yang menurutnya cukup sulit itu. Ia menoleh ke arah Dinda lalu mereka mencoba untuk berbicara melalui sorot mata seolah tengah mengeluhkan tugas yang baru saja diberikan.

Mira segera merapikan buku-bukunya setelah presensi dosen berkumis itu hilang di balik pintu kelas. Gadis itu lalu menghampiri Dinda yang juga telah siap untuk keluar kelas.

"Kantin nggak, Din?" tanya Mira sembari melangkah di koridor kampus.

"Kayaknya gue langsung pulang aja, deh, Mir. Lo tahu, 'kan sepupu gue datang. Jadi, dia minta temenin jalan-jalan mumpung lagi ada di sini."

"Oh, oke!" Mira mengacungkan salah satu ibu jarinya ke arah Dinda, "Hati-hati lo! Jangan ngebut!"

"Lo langsung balik apa gimana? Mau bareng?"

"Gue bareng Juna aja, Din. Dia udah di kantin nunggu gue," tolak Mira halus.

"Ya udah, gue duluan, ya, Mir. Dadah," pamit Dinda seraya melambaikan tangannya.

Dinda berlalu meninggalkan Mira yang kembali melanjutkan perjalanannya. Tujuan Mira kali ini adalah kantin sembari menunggu sang kekasih yang seperti biasa akan mengantarnya pulang. Namun, langkahnya harus terhenti saat ia mengingat sesuatu yang terlupakan sejak tadi.

"Astaga! Gue, 'kan harus ke tempat kursusnya Om Bambang!" pekik Mira dengan netra yang membola sempurna, "Gue minta anter Juna aja, deh!" gumamnya lagi.

DANDELION || JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang