⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Awan kelabu menemani pria yang baru saja turun dari kuda besinya. Ia melangkah dengan pasti memasuki gedung huniannya. Senyuman tak pernah luntur dari wajahnya membayangkan reaksi sang Isteri ketika mendapati dirinya pulang lebih awal dari biasanya. Tak ketinggalan tangannya menggenggam sekantung plastik makanan favorit Isterinya.
Juna benar-benar merasa bahagia akan rumah tangganya yang kian membaik. Beberapa hari lalu setelah pria itu menyadari perasaannya, ia bertekad akan menebus segala kesalahannya pada Isterinya.
Selama ini, sosoknya memang tidak pernah lepas dari seorang wanita, namun tidak pernah sekalipun Juna merasakan perasaan seperti ini pada wanita-wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya. Bahkan, wanita yang pernah ia tiduri.
Juna benar-benar baru merasakan apa itu jatuh cinta. Hatinya berbunga, layaknya anak muda yang tengah dimabuk asmara. Perasaannya meletup-letup, saling bertalu, seperti ada euforia tersendiri di pusat tubuhnya.
Langkah lebar pria itu refleks terhenti tatkala netranya mendapati pintu apartemennya yang tebuka. Tidak biasanya, pikirnya. Juna kembali mempercepat langkahnya, dahinya berkerut dalam saat melihat ruang tamunya yang berantakan. Berbagai kertas berceceran di mana-mana, dan ada bercak darah yang membuat perasaannya semakin tidak karuan.
Yakin jika ada yang tidak beres, ia mencoba mencari-cari ponselnya, hendak menghubungi sang isteri.
"Sialan! Handphone gue mati!" umpatnya.
Juna menggulirkan netranya ke sekeliling ruangan. Ia memungut salah satu kertas yang berserakan itu. Sontak netranya membola saat melihat gambar yang tertera di sana.
"Sheina?"
Kerutan di dahi Juna semakin tercetak jelas bersamaan dengan saraf-saraf di otaknya yang mulai sibuk memikirkan apa yang telah terjadi di apartemennya.
Netra pria itu sontak membola saat dirinya mendapati sebuah bayangan buruk yang melintas di pikirannya. Cepat-cepat ia masuk ke dalam kamar dan membuka laptopnya dengan terburu-buru. Tak lupa ia juga menyambungkan ponselnya dengan pengisi daya.
Juna menggigit-gigit ibu jarinya. Kebiasaan yang kerap kali pria itu lakukan jika tengah dilanda ketakutan. Bayangan-bayangan buruk tentang Mira semakin liar menggerogoti seluruh pikirannya. Takut. Juna amat takut jika terjadi sesuatu dengan Isterinya.
Menit selanjutnya, jari-jari Juna telah bergerak, mengetikkan sesuatu, hendak melihat rekaman kamera pengintai yang ada di apartemennya. Netranya fokus menatap layar putih itu, memutar kembali rekaman dari dirinya pergi ke kantor hingga saat ini. Awal-awal tidak ada yang mencurigakan selain Mira yang hanya terlihat melakukan kegiatannya seperti biasa, sampai di mana pria itu mendapati sang Isteri menerima tamu seorang wanita. Juna jelas tahu siapa wanita itu. Sepertinya Sheina tidak main-main akan ucapannya tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION || JJK ✔️
FanfictionDemi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna dan Mira terpaksa menikah demi menjaga nama baik keluarga. D...