Fever

72 9 2
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please Support Follow, Comment, and Vote

.

.

.

Mira mengerang. Susah payah ia membuka matanya sembari merasakan sakit di kepalanya. Flu berat yang dideritanya membuat kepalanya teramat pening disertai nyeri di seluruh persendiannya. Kemarin, ia terpaksa pulang kehujanan dari kampus. Sang kekasih, tidak bisa mengantar, sebab ada kelas tambahan untuk mahasiswa semester akhir. Juna sempat memaksa kekasihnya untuk menunggu, namun Mira menolak dengan alasan ingin cepat sampai di rumah.

Beberapa hari ini, kondisi Mira memang sedang tidak fit. Penyebabnya karena tugasnya yang menumpuk yang mengharuskan dirinya untuk begadang menyelesaikan tugas-tugas itu.

Sang gadis teringat akan satu hal. Ia tengah sendirian di rumah. Dua hari lalu, Ibu dan Ayahnya harus pergi ke Bandung mengunjungi Neneknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Nenek dari sang Ayah yang memang sudah lama menderita penyakit ginjal itu, belakangan ini kerap kali keluar masuk rumah sakit karena kondisinya yang tidak baik-baik saja.

"Ssshhhh..." Mira mendesis, mencoba bangkit dari tidurnya. Duduk bersandar dan menyamankan tubuhnya di kepala ranjang. Diliriknya penanda waktu yang menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh. Masih cukup pagi dan seharusnya ia ada perkuliahan hari ini. Namun, ia tidak mau nekat pergi ke kampus dan semakin memperparah kondisinya.

Drrrtt.. Drrttt

Mira tersentak, saat mendengar getaran di ponselnya. Diraihnya benda pipih itu dan segera melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini. Senyumnya terbit seraya tangannya menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel tersebut di telinganya.

"Ya, Jun?"

"Heum, gimana? Udah baikan?"

Semalam, Mira sempat memberitahu kondisinya pada sang kekasih. Sudah jelas Juna tampak kawatir dengan hal itu.

"Kepalaku masih pusing, hidungku mampet."

"Udah coba cek suhu?"

"Semalam udah aku cek. Pagi ini belum. Kayaknya masih sama. Aku masih ngerasa panas yang sama kaya semalam."

"Kamu istirahat dulu aja! Nggak usah nekat ke kampus."

"Iya, Juna."

"Lain kali tunggu aku pulang. Kamu sakit karena kehujanan kemarin itu, 'kan? Susah banget dibilangin."

Mira tersenyum. Dari nada bicara sang pria, ia dapat jelas mendengar aura dingin di sana. Namun, Mira juga mendengar nada kawatir secara tersirat di sana. Gadis itu sudah teramat paham dengan kekasihnya. Mira yakin, Juna tidak benar-benar marah padanya.

DANDELION || JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang