I Trust Him

46 5 2
                                    

⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please Support Follow, Comment, and Vote

.

.

.

Senandung kecil terdengar dari bibir mungil wanita yang tengah berbadan dua ini. Sejak belasan menit yang lalu, bibirnya asik menggumamkan nyanyian yang telah ia hafal. Tiga hari telah berlalu dari percakapannya dengan Juna sore itu. Selepas itu, Juna benar-benar mengabaikannya, bahkan malam itu Juna tidak pulang ke apartemen mereka. Mira tidak tahu kemana perginya sang Suami, dan ia juga memilih untuk tidak ingin tahu tentang hal tersebut. Bukan apa-apa, hanya saja ia tidak ingin hati yang telah membiru ini semakin hancur jika harus mencari tahu itu semua.

Selain mendapati sang Suami yang tidak pulang, Mira juga terpaksa harus pergi ke dokter seorang diri keesokan harinya. Dokter Dina mengatakan jika kehamilan Mira kali ini cukup rentan dan lagi-lagi wanita itu menyarankan Mira untuk menghindari stres dan jangan sampai kelelahan.

Mira tentu hanya mengiyakan saran dokter tersebut. Agaknya, sulit bagi dirinya untuk menghindari stres sementara ia harus menjalani kehidupan pernikahan yang seperti ini.

Sampai sekarang, masih ada perang dingin di antara sepasang Suami Isteri ini. Juna memang sudah kembali pulang ke rumah, namun mereka masih enggan bertegur sapa. Mira rindu. Rindu sikap manis Juna. Rindu perhatian-perhatian kecil yang diberikan pria itu. Rindu diperlakukan layaknya ratu oleh Suaminya.

Siang ini, wanita itu tengah berada di dalam kamarnya. Duduk di kursi meja rias dengan tangan sibuk memilah alat-alat rias yang sekiranya sudah tidak layak digunakan. Ah, biasa orang menyebutnya decluttering.

Mira beranjak, membawa sekotak kecil berisi barang-barang yang akan ia buang. Mulai dari bedak, cat kuku, sampai perona bibir ikut ia singkirkan. Sejenak, netranya beralih ke arah lemari putih tempat menyimpan tas dan sepatu sang Suami. Melalui pintu kaca lemari tersebut, kedua bola mata Mira dapat melihat isi di dalamnya yang sangat berantakan. Nalurinya sebagai ibu rumah tangga mulai bekerja. Tak bisa melihat yang berantakan seperti itu, Mira lantas menuju lemari besar tersebut, hendak merapikannya.

Beginilah salah satu kebiasaan Juna yang baru diketahui Mira semenjak mereka tinggal bersama–selain sering meletakkan baju kotor atau handuk secara asal. Mengambil barang sesukanya dan dibiarkan berantakan seperti ini.

Mira membereskan barang-barang milik Suaminya itu. Bermacam-macam sepatu berlambang brand ternama ia susun ulang dan dikembalikan ke tempatnya semula, pun dengan beberapa tas yang kerap kali digunakan oleh sang Suami. Mira mengambil salah satu tas ransel yang biasa digunakan suaminya untuk ke kantor. Ia mengerutkan kening saat menyadari jika Juna tidak menggunakan tas itu hari ini.

"Tumben banget Juna nggak pakai tas ini. Ini, 'kan tas kesukaannya dia," monolognya sembari sibuk mengeluarkan isi-isi dari dalam tas tersebut.

Berbagai kertas-kertas kecil Mira keluarkan dari dalam tas tersebut. Beberapa karcis parkr, bill restoran, serta yang paling menyita perhatian Mira adalah bukti pembayaran sebuah hotel. Bukan. Bukan nominal yang ia permasalahkan di sini, melainkan tanggal yang tertera di selembar kertas tersebut. Tanggal yang sama dengan perdebatan mereka dan berakhir dengan Juna tidak pulang ke rumah.

DANDELION || JJK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang