📍Info pemesanan kunjungi Instagram author. Link ada di Bio.
Demi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Rembulan kembali muncul dari peraduan. Menggantikan tugas mentari yang mulai mengistirahatkan diri. Langit pekat kembali datang, dengan bintang sebagai pemanisnya. Kelap-kelip lampu dari gedung bertingkat mulai menyala, pun dengan lampu jalanan yang turut meramaikan seolah tak mau kalah. Malam belum terlalu larut, pun dengan kesibukan kota yang masih tampak di sana-sini.
Masih dihari yang sama di mana Mira bertemu dengan Sagara-teman Suaminya. Sebuah mobil mewah melaju membelah jalanan kota yang tampak ramai. Alunan musik rock terdengar mengalun dari dalam mobil itu. Jari-jari panjang sang pengemudi terlihat mengetuk-ngetuk mengikuti irama.
Juna semakin menekan kuat gas mobilnya. Berbagai pekerjaan yang menumpuk di kantor membuat dirinya penat dan ingin menjernihkan pikirannya sejenak. Namun, dibanding harus pulang dan melepas lelah bersama sang Isteri di rumah, Juna memilih untuk memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah kelab yang telah lama menjadi favoritnya.
Kaki panjangnya melangkah pasti. Sebelah tangannya ia simpan di saku celana. Kepalanya mengangguk, menyapa sekilas penjaga kelab yang telah ia kenal.
Hiruk pikuk keramaian menyapa Juna tatkala pria itu baru saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam kelab. Dentuman musik memekakkan telinga. Kelap-kelip lampu disko menambah gairah suasana. Netra sehitam arang itu sibuk menelisik segala penjuru kelab. Berharap menemukan presensi seseorang yang ia kenal.
Juna memutuskan melangkah menuju meja bartender. Tidak ada sosok yang ia kenal malam ini. Entah di mana teman-temannya yang biasanya jarang absen itu.
Bokongnya mendarat di salah satu kursi bartender yang kosong. Juna mengapit rokok di antara bilah bibirnya. Mematik api lalu mengepulkan asap tebal dari nikotin tersebut.
"Jun!" sapaan seorang bartender mengalihkan atensi Juna yang tengah memperhatikan lantai dansa itu, "Sendiran?"
"Iya, nih! Yang lain kayaknya nggak ke sini, ya?" ucap Juna pada bartender yang sudah sangat ia kenal itu.
"Kayaknya nggak. Gue belum liat, sih," bartender tersebut sibuk menyiapkan pesanan minuman. Bahkan, ia menjawab tanpa menoleh ke arah Juna.
"Gue mau kayak biasa, Bro," ucap Juna bermaksud meminta minuman seperti yang biasa ia minum.
"Siap!"
Juna kembali memperhatikan ke sekeliling. Kepalanya manggut-manggut mengikuti irama musik. Juna baru sadar, ia sudah lama tidak bermain-main dengan alat-alat controllerDJ-nya. Agaknya, semenjak ia menikah.
Juna tersenyum, saat netranya bersirobok dengan pria jangkung yang sangat ia kenal. Senyumnya semakin lebar tatkala mendapati pria tersebut berjalanan ke arahnya.