⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Mira tersenyum tepat setelah ia meletakkan pakaian kantor di atas tempat tidurnya. Pakaian yang akan digunakan Juna hari ini. Wanita itu, baru saja tiba di rumah kemarin sore selepas ia memaksa untuk pulang dan bersikeras jika kondisinya sudah baik-baik saja.
Juna yang awalnya menolak keinginannya tersebut, mendadak tak bisa berbuat apa-apa setelah Mira merajuk dan memaksa akan nekat pulang sendiri. Alhasil, pria itu terpaksa mencoba meminta izin pada dokter. Mira diizinkan pulang dengan berbagai mandat dari sang dokter. Terlebih, ia harus benar-benar menjaga kondisinya.
"Juna, baju kamu udah aku siapin, ya!" seru Mira di depan pintu kamar mandi. Terdengar suara gemercik air yang dimatikan dari dalam.
"Iya, Sayang," ucap Juna yang masih sibuk dengan urusannya di dalam sana.
Pagi ini, Juna memutuskan untuk pergi ke kantor, sebab tidak ada jadwal bimbingan tugas akhirnya di kampus. Jika saja ia tidak harus menghadiri meeting, rasanya ia hanya ingin berdiam diri di apartemen dan menjaga Istrinya itu. Juna tentu saja telah memiliki alasan yang akan ia gunakan untuk mangkir dari kewajiban tersebut, namun lagi-lagi sang Istri mamaksanya untuk tetap pergi.
Mira meletakkan secangkir kopi di atas meja makan, bersamaan dengan Juna yang baru saja keluar dari kamar mereka sembari mengancingkan lengan kemejanya.
"Kamu jangan kemana-mana, ya, Mir. Diam di sini tunggu aku pulang! Istirahat. Nggak usah kerjain kerjaan rumah, ya! " celoteh Juna seraya mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan.
Entah sudah berapa kali ucapan Juna itu terdengar di telinga Mira. Berkali-kali pula wanita itu mengiayakan perintah tersebut, namun kali ini agaknya ia terlalu malas untuk menjawab pernyataan yang kembali keluar dari mulut Suaminya itu.
"Mira, kamu denger nggak aku ngomong apa?" tanya Juna saat Mira tidak memberikan respon apapun dari ucapannya tadi.
"Kamu udah berapa kali ngomong kayak gitu, Juna?" bukannya mengiyakan apa yang diucapkan oleh sang Suami, Mira lebih memilih untuk memberikan pertanyaan bernada sindiran kepada Suaminya itu.
"Aku, 'kan cuma ka-"
"Cuma apa? Khawatir?" sela Mira tepat setelah ia meletakkan dua piring sarapan untuk mereka, "Kamu udah berkali-kali ngomong kayak gitu, lho, Jun. Aku juga udah denger dan jawab juga, 'kan tadi," sambungnya lalu mengambil duduk di hadapan sang pria.
Juna menghela napasnya panjang, "Iya, oke. Maaf ya, Sayang. Mungkin kamu risih, tapi aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa lagi."
"Kamu boleh khawatir, Juna, aku juga malah seneng kalau kamu kayak gitu, tapi nggak perlu kamu ulang-ulang juga omongan kamu itu," dengus Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION || JJK ✔️
Fiksi PenggemarDemi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna dan Mira terpaksa menikah demi menjaga nama baik keluarga. D...