Heart by Heart

820 74 2
                                        

Praha, Ceko

Gracia benar-benar menepati ucapannya pada Shani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gracia benar-benar menepati ucapannya pada Shani.

Mereka mendatangi ibukota terindah di Eropa itu dengan pesawat pribadi milik keluarga Gracia.
Beberapa anak buah Gracia pun turut serta mendampingi mereka untuk berjaga-jaga pada pesawat yang berbeda dengan Shani dan Gracia.

Shani diberi gelang khusus untuk memantau keberadaannya agar jika Shani mengkhianati Gracia, akan mudah baginya menangkap gadis itu.

Menempuh perjalanan hampir 17 jam sukses membuat Gracia merasakan jetlag yang parah.

Sejak sampai di penginapan wanita mungil itu terlelap hingga ia terbangun dipagi harinya keesokan hari.

Kamar dua wanita itu terpisah tentunya.

Saat terbangun, Gracia mendapati secangkir teh jahe hangat di mejanya.

Gracia tanpa berpikir segera menyeruput teh panas itu perlahan-lahan.

Rasanya sangat menenangkan menghirup paduan aroma teh dan jahe dipagi hari yang cukup dingin di Vltava.

Gracia kemudian mendengar bunyi kasak-kusuk diluar kamarnya.

Segera saja ia bergegas pergi keluar kamar dan disambut 2 bodyguardnya didepan pintu kamarnya.

"Siapa didapur?" Tanya Gracia.

"Shani, nona." Jawab salah seorang penjaga.

Gracia pun bergegas menuju dapur.

Dilihatnya Shani yang sedang sibuk didapur dengan beberapa peralatan memasak.

Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, namun wanita itu sudah sangat sibuk di dapur.

"Apa dia tidak lelah?" Pikir Gracia.

Tanpa sadar Gracia sendiri menatap Shani dalam lamunan.

Hingga kedua mata mereka bertemu barulah Gracia berhenti menatapnya.

"Selamat pagi nona Gracia." Sapa Shani dengan senyuman.

Gracia mengernyitkan keningnya mendengar sapaan Shani.

"Bisa tidak menyematkan kata 'nona' padaku? "Ucapnya.

"Huh?" Shani bingung dengan ucapan Gracia.

"Kau bukan pelayanku. Dan rasanya sangat aneh mengingat kau dan aku sama-sama wanita." Jelas Gracia menjawab kebingungan Shani.

Shani diam mendengarkan sambil mengaduk sup yang dibuatnya.

Lalu tak lama tiba-tiba senyumannya mengembang.

"Baik..umm Gracia."ucapnya ragu-ragu.

"Begitu lebih baik."komentar Gracia lalu duduk dimeja makan yang tak jauh dari dapur.

"Sepagi ini kau sibuk didapur. Apa kau tidak lelah Shani?" Tanya Gracia.

Shani tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Namun tak lama ia mengerutkan keningnya seakan tersadar pada sesuatu.

"Apa kamu terbangun karena kegaduhan ku didapur?"tanyanya tidak enak.

Gracia menggelengkan kepalanya.

"Aku lapar. Jadi aku bangun sebelum waktunya aku bangun." Jawabnya.

Shani mengulum bibirnya sesaat.

Lalu kemudian menyajikan makanan yang dibuatnya untuk Gracia.

"Aku membuat sup Krim jamur. Pengawal bilang kau tidak suka makanan berat saat sarapan. Jadi aku pikir ini cocok untukmu." Ucap Shani.

"Emm." Gracia tak merespon banyak.

Seperti biasa ia selalu memasang sikap yang datar.

Shani menyiapkan peralatan makan disisinya.

Saat menyodorkan sebuah piring untuk Gracia kedua mata mereka kembali bertemu.

Gracia terpaku sesaat menatap mata coklat wanita disampingnya itu.

Dan Shani hanya tersenyum kecil melihat Gracia yang termangu menatapnya.

"Krruuukkk"

Suara perut Gracia membuat aksi tatapan mereka akhirnya berakhir.

Mereka pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

"Apa rasanya ada yang salah?" Tanya Shani saat ia melihat wanita dihadapannya mengunyah perlahan-lahan.

"Tidak. Aku..rasanya enak."ucap Gracia.

"Aah syukurlah.melegakan."ucap Shani bersyukur.

Shani melanjutkan makannya sementara Gracia mencuri-curi pandang kearahnya dengan lamunan sesaat.

Rasanya enak. Seperti  saat mama pernah membuatnya untukku.



.


.



.

Gracia duduk tanpa ekspresi dan pandangan yang kosong memandangi sungai Vltava.

Tidak banyak orang berlalu lalang karena masih pagi dan udaranya lumayan dingin. Gracia sendiri merasa kedinginan namun sialnya ia merasa malas untuk memakai mantelnya.

Tiba-tiba seseorang menyampirkan sebuah Syal ke lehernya.

Gracia menoleh dan itu adalah Shani.

Ia diam saja saat Shani memasangkan syal itu padanya.

"Udara dingin bisa membuat kesehatan memburuk sewaktu-waktu." Ucap Shani dengan senyuman.

Gracia hanya diam tak menjawab apapun.

Jujur saja detak jantungnya tidak karuan mendapatkan perlakuan seperti itu dari Shani.

Seseorang yang seharusnya menakuti dirinya , mengingat hari kematian wanita itu semakin dekat digenggamnya.

"Gracia.."

Gracia tak menyahut namun menoleh pada Shani yang berdiri dihadapannya.

Memberi tatapan dingin pada wanita itu.

"Ada festival di Old Town Square. Bisa kita pergi kesana?"

Gracia diam menatap lurus kedepannya.

Kedua tangannya terlipat di depan dadanya.

Shani menggigit bibirnya merasa resah Karena takut Gracia menolak.

"Kau pergilah. Alex akan mengikuti mu dari jauh. Aku lebih tertarik berendam di bir daripada menikmati festival itu." Gracia bangun dari duduknya lalu melenggang pergi meninggalkan Shani.

Shani hanya merengut sedih karena Gracia tak mau pergi bersamanya.

Tbc














Hai..

Tipis-tipis dulu aja

Sedikit-sedikit yang penting lanjut yaaa

Terimakasih

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang