Monolog sebuah surat

972 78 5
                                    

Bertemu lagi di lorong sekolah
Bertemu lagi untuk kenangan yang membentuk kasih

===============================











In 2019

Angin sepoi-sepoi menerjang diterik panasnya mentari siang hari.

Meski menyilaukan mata, tak mengurungkan niat seorang gadis jangkung berlesung diwajahnya untuk menenangkan diri dari padatnya kegiatan OSIS yang menyibukkannya.

Tanpa peduli bahwa jam pelajaran ke tiga sudah berlangsung saat ini.

Alih-alih memasuki kelasnya, ia memilih pergi ke rooftop sekolah dan merebahkan diri dibangku yang ada disana.

Namun ketenangannya terganggu saat seseorang terdengar sedang menaiki tangga menuju keberadaannya.

Namun gadis jangkung itu acuh dan memilih memejamkan mata dibalik lengannya.

"Eh.. Ada orang. " Gumam orang itu terdengar ditelinga si gadis jangkung.

"Hmm.. Apa aku cari tempat lain saja ya? " Gumam orang itu lagi.

Alhasil berhasil mengusik ketenangan si jangkung dan akhirnya ia pun bangkit dari tidurnya.

"Eh astaga kaget. "

"Kamu ngapain disini? Kelas berapa kamu? Kenapa keluyuran di jam pelajaran? " Tanya si jangkung pada gadis di hadapannya.

"Aku.. Aku lagi cari inspirasi. Disuruh guru buat karangan puisi. Kalo.. Kamu? " Jelas gadis itu lalu balik bertanya.

Si jangkung hanya menatap datar gadis di hadapannya membuat gadis itu tersenyum canggung.

"Ehehe gak harus tahu, ya.. Maaf. "Ucapnya.

" Saya lagi pusing sama tugas OSIS. Jadi saya kesini buat tenangin pikiran dulu. "Jawab si jangkung dengan tanpa ekspresi.

" Oooh jadi kamu OSIS.. Waah keren. "Ucap gadis dihadapan nya dengan heboh dan tepuk tangan.

Si jangkung hanya menggelengkan kepala.

Sesekali ia menatap gadis bergingsul itu.

Namun rasa pusing dikepala membuatnya malas bicara.

" Kamu capek banget ya? Keliatannya juga pucat? Sudah makan? " Tanya gadis gingsul itu.

Si jangkung tak membalas pertanyaannya.

Ia memilih merebahkan kembali tubuhnya di bangku tempatnya istirahat tadi.

Karena khawatir dengan kondisi si jangkung, gadis gingsul itu tanpa permisi memegang kening si jangkung itu.

"Ya ampun.. Ini panasnya mirip ayam goreng baru diangkat. " Gumamnya.

"Kamu nyamain saya sama ayam goreng? " Ucap si jangkung dengan nada sebal mengundang kekehan si gingsul.

Tak lama kemudian si gingsul mengeluarkan sesuatu dari dalam tas punggungnya.

Ia mengeluarkan sebuah plester penurun panas dan kemudian memakaikannya pada kening si jangkung.

"Hihi lucu, kayak bayi tapi besar. " Ucapnya setelah menempelkan plester itu.

"Hmmm" Si jangkung menggeram tak suka disebut bayi.

Dan si gingsul hanya menggeleng dengan senyuman.

Setelah itu mereka saling terdiam.

Si jangkung menutup kembali matanya dengan lengannya dan si gadis gingsul itu duduk bersandar di bangku yang ditempati si jangkung di bawahnya.

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang