Monolog sebuah Surat

840 82 4
                                    


Suka itu bilang dan nyatakan
Ekspresikan isi hati gak berdosa
Yang dosa itu diam-diam dukun bertindak

================================

Shani terus berjalan dengan tiga sahabatnya di Koridor sekolah sambil memegangi surat bertinta biru ditangannya itu. Sesekali ia ikut dalam perbincangan teman-temannya soal nostalgia mereka.

"Huh Shan.. Sayang banget lu ikut akselerasi waktu kelas 12." Ucap Desy.

"Ada apa emangnya? " Tanya Shani.

"Pemilihan ketua OSIS setelah masa jabatan kita heboh bukan main Shan. " Jelas Cindy.

"Memangnya heboh kenapa? " Tanya Shani lagi.

"Satu, pertama dalam sejarah ketua OSIS berasal dari kelas IPA. Padahal biasanya mereka gak ada niat sama sekali sama organisasi. Kedua, dia punya banyak penggemar pas debat kandidat calon ketos. Orang-orang pada jatuh hati sama senyumnya. "Tutur Jinan menjelaskan.

"Kayak gimana senyumnya, kok bisa sampai segitunya? " Tanya Shani sambil menaikkan alisnya.

"Senyumnya manis Shan.. Ada gingsulnya. Lucu banget anaknya tapi kalo udah mode serius jadi cool banget. "Jawab Jinan diangguki Desy dan Cindy.

Shani tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mendengar penjelasan Jinan.

" T-tadi.. Diaa kelas apa? "Tanya Shani gugup.

" Kelas IPA, Shan.. Kenapa emang? "Tanya Desy heran melihat Shani yang langsung berubah ekspresi.

" Namanya? "Tanya Shani lagi.

" Shaniaaaa Graciaaaaa"

Tiba-tiba seorang gadis berpapasan dengan mereka dan berteriak ke arah gadis lain yang ada di Koridor kelas IPA.

Shani dan teman-temannya menoleh kearah pemilik nama dan terlihatlah dimata mereka bahwa gadis di Koridor itu adalah orang yang sedang mereka bicarakan.

"Nah itu.. Kehebohan nomor tiganya, namanya sekilas mirip sama elu Shan.. " Ucap Desy.

Sementara Shani terpaku menatap gadis bernama Gracia itu tanpa suara.

Itu dia..

Tapi apa surat ini juga miliknya???

.

.

.

"Gimana Sisca, Ketemu gak surat aku? " Gadis bergigi gingsul menatap teman dihadapannya itu penuh harap.

"Aduh Gre.. Gue udah mondar-mandir nanya pengurus magazine tapi gak ada yang liat kertas biru itu. Malah ada lagi katanya dibawa senior suratnya. "Jawab Sisca dengan wajah sedih.

Satu lagi sahabat gadis gingsul itu merangkulnya dan mengusap lembut punggungnya.

" Gapapalah Graciaa.. Kan nanti bisa bikin lagi suratnya. " Ucap gadis itu.

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang