𝐎𝐧𝐞𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐎𝐧𝐥𝐲!!
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠!!!!
"Ciciiiii... Ciciiiiiii... Ci Shaniiiiiiiiii"
Pria sipit berkacamata baru saja memasuki kediamannya dan setengah berlari meneriaki seluruh penjuru rumah untuk menemukan keberadaan kakaknya.
Sementara itu, Shani -sang kakak- tengaj sibuk diruang kerjanya bersama asistennya mendiskusikan beberapa proposal kerjasama yang harus ia tangani.
Mendengar adiknya terus berteriak, tentu saja membuat Shani sedikit terganggu.
Pria yang lebih muda itu pun akhirnya masuk keruangan Shani.
"Ciciiiii... "
"Astaga Hans.. Bisa tidak jangan berteriak seperti itu?!. "
Tatapan tajam Shani meski menegur dengan nada lembut sukses membuat Hans -adik Shani- terdiam kikuk.
Ia menggaruk kepalanya dan tersenyum kecil.
"Maaf kak.. Aku terlalu bersemangat. " ucapnya sambil menangkup kedua tangannya di depan dada.
Ia sangat menghormati kakaknya itu.
"Jinan.. Kau boleh pulang sekarang. Kita bisa bicarakan lagi nanti saat rapat bulanan perusahaan. "
Sang asisten tersenyum dan mengangguk. Dengan sopan ia pergi dari ruangan Shani.
Shani dan Hans pun duduk di sofa yang ada diruang kerja Shani untuk berbincang.
"Jadi, apa yang membuat adik tampanku ini sangat antusias memanggil kakaknya ini? " tanya Shani.
Hans tersenyum cerah dan gembira.
Satu kakinya ia naikkan pada pahanya sambil menatap wajah kakaknya."Ci.. Setelah sekian lama seseorang yang kutaksir bersedia untuk pergi makan malam bersama denganku. Tapi.. Aku punya masalah. " ucapnya dengan wajah sedikit lesu.
"Wah itu bagus. Lalu apa masalahnya? Kau tidak punya outfit yang cocok untuk kencan? Aku akan meminta Zee melakukan make over padamu. Atau kau kehabisan uang?? Memangnya kau pakai apa uang yang aku berikan seminggu lalu? Kau main judi online ya?? " Shani memicingkan matanya mengintimidasi adiknya.
Shani bersumpah akan memukul kepala adiknya dengan teflon kalau sampai tuduhannya benar. Ia tahu adiknya itu tidak bisa berbohong dengannya.
"Heeeiii cici... Ibuku dewi fortuna, ayahku dewa ketampanan dan kakak ku bidadari langit, untuk apa aku berjudi online dan menodai kesempurnaan itu? "
Shani mengernyitkan keningnya menghadapi betapa hiperbolanya adiknya itu.
"Bisa-bisa ayah bunda menangis di khayangan sana. "
"Hei sudah! Cici pusing mendengar majas berlebihanmu itu. Cepat katakan apa maumu atau cici pergi ke kamar dan tidur. " pungkas Shani.
Hans menghela nafasnya sejenak.
"Cici tahu aku aktif dikampus, tampan dan berwibawa... Tapi meski begitu aku punya sisi tidak sempurna. Aku belum pernah jatuh cinta dan menjalin kasih dengan gadis manapun. Jadi.. Aku harap cici mau memberiku bantuan dengan ikut bersamaku ke gala dinner kampus malam besok. Untuk mengarahkan aku apa yang harus aku lakukan. Karena kau wanita yang tahu apa yang seorang wanita rasakan dan butuhkan." tutur Hans menjelaskan.
Shani terperangah menatap adiknya tak percaya.
"Orang gila mana yang mau menjadi obat nyamuk pada kencan seseorang Hans???! Dasar tidak waras kau ini. " ucap Shani.