"Jangan!!"
"Lepaskan.."
"Pergi!"
"Aku tidak mau, lepaskan!!"
Gracia terusik tidurnya dan mengerjapkan kedua matanya yang terasa pekat karena masih mengantuk.
Dilihatnya arloji tangannya yang menunjukkan pukul 2 dini hari.
Karena kegaduhan igauan seseorang tidurnya jadi terusik.
Padahal biasanya kebisingan sekeras apapun ia tak pernah terganggu.
"Jangan..aku tidak mau..lepaskan!"
Shani kembali meracau dalam tidurnya.
Gracia bergegas mencoba untuk menenangkan wanita disampingnya itu.
"Hei..tenanglah..kau aman." Bisiknya sambil membelai rambut panjang Shani.
Namun bukannya mereda kegelisahan Shani, wanita itu jadi semakin histeris dan meronta sambil setengah menjerit.
"Hei-hei..Shanii ini aku!!" Gracia menggenggam kedua tangan Shani yang memberontak.
Shani terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu dan terkejut melihat wajah Gracia yang berjarak beberapa Senti saja dari wajahnya.
Gracia mencoba mengendalikan suasana agar mencair.
Wanita itu menyisiri rambut Shani yang berantakan karena mimpi buruknya.
"Tenangkan dirimu..lihat baik-baik kau disini hanya bersamaku. Tidak ada yang akan menyakitimu." Ucapnya dengan senyuman.
Gracia segera menjauhkan dirinya dari Shani setelah itu.
Shani hanya diam tak bicara. Ia masih gugup dan kelu karena terbangun dengan seorang wanita yang wajahnya sangat dekat didepannya.
Apa itu tadi belaian malaikat?
Shani mulai berpikir kacau dibuatnya karena sentuhan kecil Gracia.
"Minumlah dulu." Gracia menawarkan secangkir teh hangat padanya.
Ada teko elektrik yang disediakan di gerbong itu jadi Gracia membuat teh hijau hangat untuk mereka berdua.
"Maaf Gracia." Shani bercicit seperti bicara dengan dirinya sendiri.
Gracia terkekeh dibuatnya.
"Apa aku terlihat akan mencacimu sampai bicara saja kau menunduk sebegitu dalamnya. Tegakkan wajahmu nanti lehermu sakit." Ucap Gracia.
Shani hanya tersenyum simpul menanggapinya.
"Tidak perlu merasa bersalah. Aku bersedia membantu selagi itu berada dalam batas mampuku. Jangan sungkan."
"Hmm" Shani menganggukkan kepalanya.
"Shani kemudian kembali bersandar pada kursi.
Dilihatnya arloji tangannya yang menunjukkan waktu dini hari.
"Mari tidur lagi Gracia, ini masih larut."
"Heeiisshh tidak tidak tidak. Jangan tidur lagi!!" Gracia mencegah Shani yang akan menarik selimut untuk mereka berdua.
Shani keheranan dibuatnya.
"Kalau kau tidur lagi, kau bisa mimpi buruk lagi dan tidurku akan terusik lagi. Tidur dengan gangguan akan menyebabkan kepala pusing,mood swing dan-"
"Yaaa baiklah nona. Aku mengerti kau tidak bisa tidur lagi." Shani membekap mulut Gracia yang mengoceh sangat banyak itu.
Sadar bahwa ia terlalu dekat dengan Gracia, Shani pun melepaskan bekapannya.