Kepada hati itu aku berdoa
Dimana ia berada agar selalu memilihku
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Shani duduk termenung dibalkon kamarnya. Tidak peduli angin malam menusuk kulitnya.
Meresapi rasa dingin sedingin perasaan hatinya yang hampa.
Dalam hati ia bertanya-tanya, mengapa semua terasa kurang.
Ia sudah memiliki kekasih yang sangat perhatian penuh kasih sayang dan humoris seperti impiannya dulu.
Namun ia justru tak merasa begitu bahagia.
Tak sebahagia saat menghabiskan hari bersama Gracia dulu.
Sejak pertunangan itu mereka tak saling bertemu lagi.
Gracia juga sudah keluar dari JKT48 dan menghilang setelahnya.
Ia berusaha menghubungi namun tak pernah tersambung.
Teman-temannya pun bungkam tentang keberadaannya.
Ia rindu.
Rindu pada bayi besarnya yang sudah menjadi sahabatnya selama 15 tahun itu.
Sejak ia memiliki kekasih, Gracia tak pernah lagi berada disisinya.
Dan entah mengapa ada rasa kehilangan menyiksanya.
"Ge...kamu kemana??" Gumamnya lirih.
.
.
.
"Anin"
Samar-samar Anin mendengar suara Shani ditengah keramaian kafe.
Anin pun menoleh ke asal suara dan benar yang dikiranya orang yang memanggil memang Shani."Hai ci..sini duduk." Anin mempersilahkan Shani duduk di bangku kosong didepannya.
Shani pun mengambil tempat duduk dihadapan Anin.
"Maaf ya ci..aku ajak janjian tiba-tiba." Ucap Anin.
"Iya gapapa Nin..ada apa??" Tanya Shani langsung.
Ia sudah sangat penasaran dengan hal yang ingin Anin sampaikan mengenai Gracia kepadanya.
"Cici udah berapa lama gak ketemu Gracia?" Tanya Anin.
Shani mengerutkan keningnya sejenak, mencoba mengingat lagi.
"Seingatku, ya waktu acara pertunangan itu Nin." Jawab Shani yakin.
Anin mengangguk mendengar jawabannya.
"Dia kemana Nin? Kenapa ponselnya gak aktif? Rumahnya selalu kosong. Aku kangen dia Anin.." tanya Shani dengan nada sedih dan Anin percaya ucapan Shani.
Tubuh Shani terlihat lebih kurus sepertinya karena banyak pikiran.
"Tolong tenang ya ci..jangan kaget saat Cici dapet jawabannya nanti ya." Anin memegang tangan Shani untuk meyakinkan Shani.
Tak lama kemudian, ia mengeluarkan buku bersampul coklat mirip scrapbook.
Ia berikan buku itu pada Shani.
"Ini punya Gracia. Tertinggal di loker theater. Feni yang temuin. Kata Feni..Cici harus baca isi didalamnya." Ucapnya menjelaskan.
"Kenapa??" Tanya Shani bingung.
Anin tersenyum simpul menatap dalam mata Shani.
Ia tak memberi Shani jawaban pasti.
"Dibaca aja ci..maka hati Cici sendiri yang akan menemukan jawabannya "
.
.
.
Ada orang yang bersyukur
Dan orang yang meminta maaf
Satu nama aku sematkan pada dua keadaan ini, Shani Indira Natio
Aku bersyukur untuk mencintaimu
Aku meminta maaf sudah mencintaimu
Pada pertemuan hari ini, dikesempatan yang berbeda
Semoga semua luka ini pulih
Meski cinta ini tak tersampaikan
Dan terhapuskan
Disebuah ruangan serba putih suasana hanya penuh keheningan.
Deru suara pemacu jantung saja yang berbunyi teratur.
Dan disana Shani berada.
Duduk terdiam menangis tanpa suara menggenggam tangan sahabatnya yang hanya terbaring dengan mata terpejam.
Kenyataan dan kebenaran yang baru saja ia terima membuat jiwanya benar-benar terguncang.
Gracia mengalami kecelakaan saat pulang dari acara pertunangan Shani.
Kondisi luka yang parah, membuatnya koma.
Dan Shani baru menyadari, setidak rela itu ia akan kepergian Gracia dari hidupnya.
Shani tak pernah menyadari bahwa ia mencintai gadis itu.
Sampai ia merasakan sesak dan takut saat membaca kalimat terakhir Gracia dibukunya.
"Ge...kenapa kamu pendam semua perasaan itu?" Lirihnya.
"Jangan pergi seperti ini.. kalau kamu mau menjauh silahkan menjauh asal aku tetep bisa lihat kamu Ge.."
"Kalau kamu cinta aku kenapa gak berterus terang Ge... kenapa gak berusaha menggapainya?? Ge jawab Cici Ge.."
Tangisan Shani yang semula tanpa suara berubah jadi racauan keras diruangan itu.
"Teriakin aku Ge!!! Teriakin kamu cinta aku!! Seperti saat kamu teriakin aku untuk makan waktu aku!"
Tbc