part 23

18K 977 16
                                    

Hai guysss
Happy reading ya

Kantin terlihat ramai dengan anak-anak yang berlalu lalang dengan mangkok makanan pada tangan mereka, suara dentingan sendok terdengar berbunyi saling beradu.

Mereka saling bercanda ria dengan teman sebangku tempat mereka makan, begitu juga yang dialami dengan meja panjang yang berisikan empat laki-laki dan empat perempuan, mereka saling bercerita oh tidak lebih tepatnya hanya bagas dan bastian yang meramaikan meja itu.

"Eh lena udah lama kita enggak ketemu ya, kemana aja?" Cengeges bagas

Lena tersenyum malu-malu dengan menundukkan kepala ia menjawab
"Kak bagas bisa aja, aku nemenin nenek yang lagi sakit Minggu kemarin jadi izin kak." balasnya dengan suara mendayu.

"Ck ck buset len, suara Lo lembut bener, beruntung banget bos dapetin lo" ucap bastian sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Makasih kak" balas lena dengan pipih yang bersemu merah.

Sedangkan ketiga perempuan yang menyaksikan itu memutar bola matanya malas, terutama fale yang sangat ingin memuntahkan isi perutnya melihat itu.

"Sayang lihat deh, pacar papah kamu alay banget, mamah eneg liatnya" batin faleri, seolah-olah mengadu pada janinnya.

"Kak bagas bisa nggak ya belahin bakso aku, aku enggak bisa" ucap lena dengan penuh harap.

"Oh bisa bisa" balas bagas bersemangat.

Tifa dan tania melirik julid pada bagas yang bersemangat membelahnya satu bulatan bakso milik lena, keduanya beralih melirik bara yang tak mengeluarkan ekspresi apapun namun keduanya bisa melihat mata tajam itu sesekali melirik kearah fale yang memakan nasi gorengnya dengan anteng.

Namun tidak menutup kemungkinan keduanya kesal dengan bara yang berstatus suami dari sahabat tercinta mereka, ada keinginan untuk menendang wajah tampan itu, saat pertama kali fale memberikan berita tentang masalah kehamilan dan ayah dari anaknya rasanya saat itu juga mereka ingin meraup wajah tampan milik bara, namun tentu saja tak terjadi semudah itu.

"Buset, mau makan bakso aje payahnya udah kaya mau nyebrang sungai amazon" ujar tania sinis

"Maaf ya kak, tapi aku emang nggak bisa, nggak papa kan kak bara?" balas lena lesu dan menatap bara di sebelah nya.

Posisinya bara ada di antara lena dan fale, di hadapannya ada gara yang tak perduli dengan situasi yang terjadi, mata laki-laki itu hanya fokus menatap pintu kantin menanti kedatangan seseorang.

"Ya sayang." balas bara setia dengan raut datar yang terpatri disana.

Fale yang mendengar itu menoleh kesamping dan mengeluarkan ekspresi ingin muntah mendengar nya, jika tahu begini tadi ia tak mengizinkan orang-orang alay ini duduk pada meja nya, namun meja lain sudah penuh, mau tak mau ia mengizinkan mereka.

"Loh kak fale kenapa, kok mual lagi sakit ya?" Tanya lena, wajah khawatir terpatri disana.

Seketika itu semua mata tertuju pada dirinya yang berada di ujung meja, apalagi tania dan tifa yang memeringkan badan mereka untuk melihat kondisi fale.

"Fal lo oke?" Tanya tifa khawatir, apalagi beberapa hari ini fale sering curhat pada mereka tentang mual-mual yang sering dialami nya.

gefa figuran novel (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang