11 - Misteri

11 2 0
                                    


Di sudut kota, terlihat dua wanita muda melangkah anggun, diikuti oleh seorang pelayan tak jauh di belakang. Baru saja mereka menyusuri toko milik keluarga Loren, meskipun tidak banyak, namun perjalanan itu cukup meninggalkan jejak keletihan di wajah mereka.

"Apa ibumu tidak memarahimu karena selalu menghabiskan waktu bersamaku?" tanya Riana, merasa gelisah. Ia tahu betapa Vilda selalu datang mengunjunginya, sementara dirinya hanya berani melangkah ke kediaman Varhadt dua kali semata.

Vilda menggeleng. "Sepertinya ibuku tidak akan marah karena aku bersamamu. Tapi, ia akan marah padaku tentang hal lain," jawab Vilda.

"Apa yang telah terjadi padamu?" tanya Riana cepat, sangat khawatir.

"Bukan masalah yang besar, hanya saja..." Vilda menghela napas sejenak, "Ini tentang per—" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Vilda buru-buru menoleh ke belakang. "Asha, bisakah kau meninggalkan kami berdua, sebentar saja," pintanya.

Asha mengangguk, segera melangkah menjauh.

"Apakah ini sangat rahasia?" tanya Riana berbisik.

Vilda menggeleng. "Aku tidak ingin membicarakan pernikahan di depannya. Ia belum menikah, dan orang-orang menjulukinya perawan tua." Riana mengangguk, tanda mengerti.

"Kau tahu, semenjak Victor pergi dari rumah, ibuku selalu mengatur pertemuan dengan seorang pria yang tidak kukenal. Ia bersikeras ingin aku cepat menikah," ucap Vilda, raut wajahnya menunjukkan keengganan yang mendalam. "Aku benar-benar tidak tahan dengan desakan ibuku, jadi lebih baik aku melarikan diri ke rumahmu," lanjutnya.

Riana terdiam, menyadari bahwa mereka sudah memasuki usia dewasa, di mana perempuan seusianya sudah menjalin ikatan pernikahan. Bagaimana bisa ia melupakan kenyataan itu?

"Sebentar lagi kau akan tahu bagaimana sikap menyebalkan ibuku, karena dia akan mengajarimu juga," ucap Vilda.

Riana terbelalak. "Mengajariku? Tentang hal apa? tanya Riana tidak percaya.

"Tentang hal-hal yang harus kau ketahui dalam kehidupan pernikahan," jawab Vilda.

"Mengapa viscountess?"

"Aku belum menikah, bagaimana bisa mengajarimu tentang hal itu. Lagi pula, jika ada dirimu, aku yakin ibuku tidak akan menyebalkan seperti biasanya."

"Baiklah." Riana pasrah. Jika sudah mengenai Viscountess Varhadt, ia tidak bisa mengelak.

"Apakah ada pria yang kau sukai?" tanya Vilda tiba-tiba.

Riana menggeleng. "Aku tidak tahu."

"Apa kau menginginkan Victor? Tapi aku tidak menyarankannya, dia sangat menyebalkan," ucap Vilda, nada suaranya mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam.

"Bagaimana kabar Victor? Aku sudah lama tidak melihatnya." Victor adalah kembaran Vilda, mereka benar-benar sama serupa, yang membedakan hanyalah panjang rambut dan cara berpakaian. Meskipun mereka kembar, Riana jarang melihat Vilda dan Victor bersama.

"Dia juga menyebalkan," jawab Vilda, raut wajahnya jelas menunjukkan rasa kesal terhadap kembarannya. "Oh, aku lupa menceritakan ini padamu. Kau tahu Nona Montena?" tanyanya, langsung disambut dengan gelengan kepala dari Riana.

"Baiklah, aku akan memberitahumu, jadi dengarkan baik-baik," ucap Vilda sungguh-sungguh, menarik napas sejenak sebelum mulai bercerita. "Count Montena memiliki seorang putri yang dikenal sebagai sosok perempuan cantik, kulitnya putih bening, matanya merah menyala, dan rambut peraknya sangat halus jika kau sentuh," jelasnya, manik biru itu berbinar-binar saat membayangkan sosok Belinda Montena, putri Count Montena.

Waiting For Lover (Menanti Kekasih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang