16 - Berdansa

19 2 0
                                    


Gaun berwarna biru cerah dengan sentuhan warna emas sebagai pemanis terlihat sangat memukau, seolah menggambarkan langit yang cerah. Surai kuning keemasan yang disanggul rapi membingkai wajahnya, menambahkan pesona yang tak tertandingi. Manik biru cerah itu menatap dirinya di cermin, memantulkan cahaya seolah membalas tatapannya dengan anggun. Vilda tersenyum manis, sebelum suara familiar terdengar, memudarkan senyumannya.

"Senyum manismu itu, akan segera memikat hati seorang pria tampan, anakku. Aku akan menantikannya, bangsawan muda yang datang melamarmu setelah pesta ini." Suara Viscountess Varhadt terdengar dari balik pintu kamar.

Vilda menoleh, enggan. "Ibu, satu hari saja, aku mohon, jangan bicara tentang pernikahan atau pria-pria itu." Suara Vilda penuh ketidakpuasan, membuat garis lengkungan di sudut bibirnya.

"Kau harus segera mendapatkannya, Vilda. Waktu tidak akan menunggu, dan seorang bangsawan tampan mungkin akan menghilang seiring bertambahnya usiamu."

Dengan napas dalam, Vilda bersiap untuk meninggalkan kamarnya. "Aku mengerti, Ibu. Tetapi saat ini, aku hanya ingin menikmati pesta." Ia membungkukkan badan, meninggalkan bayangan harapan yang didambakan ibunya.

"Apakah kau akan pergi sekarang? Ini terlalu cepat, Vilda," Viscountess mencegah langkah putrinya.

"Aku akan pergi bersama Riana, Ibu. Jangan katakan padaku bahwa Ibu lupa." Vilda mencebikkan bibirnya, menahan rasa kesal yang meluap.

"Ah, benar, maafkan, Ibu. Sampaikan salam pada Nona Loren." Vilda hanya mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya cepat sebelum mendengar ocehan ibunya lagi mengenai pernikahan.

Vilda tidak melupakan janjinya. Dengan hati-hati, ia membawa tiga orang penjaga setia milik keluarganya ke kediaman sahabatnya, berusaha menghindari perhatian ibunya yang akan marah jika mengetahui niatnya. Para penjaga itu hanya akan berjaga selama satu minggu di sana, Vilda tidak ingin mengambil amukan yang mungkin terjadi jika ibunya menyadari penjaga kediamannya berkurang.

Kereta kuda dengan lambang keluarga Varhadt melaju melewati jalanan yang sedikit ramai, di mana sorak-sorai meramaikan suasana menyambut kelahiran cucu pertama Duke Walterz, penerus keluarga yang terhormat. Namun, saat suasana ceria itu melingkupi dirinya, ingatan akan kata-kata Viscountess Varhadt kembali menghantui pikiran Vilda.

"Waktu tidak akan menunggu, dan seorang bangsawan tampan mungkin akan menghilang seiring bertambahnya usiamu," suara ibunya bergema di benaknya. Apakah ia harus menyerah dan menerima pria-pria pilihan keluarganya?

****

Membujuk Riana untuk menerima tiga penjaga baru yang hanya akan bekerja untuknya selama seminggu ternyata ternyata lebih sulit dari yang diperkirakan. Ketegangan hampir membuat mereka terlambat menghadiri pesta megah itu.

"Jika kita benar-benar terlambat, aku akan menyalahkanmu dan tidak akan berbicara padamu selama satu musim," ancam Vilda, suaranya penuh gurauan meski sedikit tegas, mengingat sikap Riana yang keras kepala.

"Baiklah, aku minta maaf." Riana hanya bisa berpasrah saja menerima tiga orang penjaga baru dari Vilda.

"Ayo, kita harus cepat masuk!" seru Vilda, menarik lengan Riana saat mereka baru saja menuruni kereta kuda. Dengan langkah cepat, mereka melangkah menuju pesta yang meriah, seolah-olah malam hari itu adalah awal dari segala pertemuan yang dinanti.

Pintu aula kediaman Walterz terbuka lebar, menampakkan kerumunan para bangsawan yang bersolek dalam gaun mewah dan setelan jas yang rapi. Cahaya lilin bergetar, menciptakan suasana anggun di dalam ruangan. Manik biru milik Vilda membulat sempurna, penuh rasa kekaguman akan pesta ini, berbeda dengan Riana yang tampak gelisah.

Waiting For Lover (Menanti Kekasih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang