Dua pasang roda kembar scrambler bike melaju beriringan membelah jalan lintas provinsi di kala mentari muda baru menampakkan diri. Bertahta gagah di jok kemudi, dua orang sahabat lama yang sudah menjalin pertemanan sejak awal masa kuliahnya.
Sigit Wibawa Mukti membelokkan kuda besi bercorak hitam kelam tepat di lampu merah ke arah kanan. Disusul di belakangnya, Mahendra Arfian Putra dengan tunggangan sama berwarna biru metalicnya.
Semasa kuliah hukum di semester pertama, baik Sigit maupun Hendra pernah tergabung bersama di club motor jenis scrambler yang akhirnya menyatukan mereka dalam persahabatan yang lebih erat. Jurusan kuliah yang sama, hobi motor yang sama, serta sempat tinggal di satu kos yang sama membuat keduanya macam duo yang tak terpisahkan.
Berjalan di depan, Sigit melirik Hendra lewat kaca spion di sisi kanan. Memberikan kode dengan gerakan tangannya agar sang detektif mengikuti arah motor si pengacara berbelok ke kiri.
Berkendara semenjak pagi baru dimulai, jalanan perkotaan yang memvisualisasikan gedung-gedung tinggi dengan segala kemewahannya perlahan berganti wajah dengan kawasan hijau yang lebih asri. Pohon-pohon di kanan-kiri, rumah-rumah sederhana dengan pertokoan tak terlalu besar di tepi jalan. Sepertinya sepasang sahabat tersebut hampir mencapai tujuan perjalanan.
Sampai di sebuah jalanan sepi, mungkin dekat hutan karena hanya ada pepohonan di sepanjang penglihatan. Hendra memelankan laju si biru kesayangan lalu kemudian berhenti mengikuti gerak motor Sigit di depannya yang juga berhenti begitu saja.
Sang detektif mengerutkan dahi bingung, bahkan sampai melepas helm untuk memastikan penglihatan di mana di depannya Sigit sudah turun dari motornya dan tengah berbicara dengan seseorang yang entah siapa.
Menuruti rasa penasaran, Hendra ikut turun. Mendekat pada raga tinggi menjulang sang pengacara dan seorang pemuda lebih pendek yang ternyata begitu manis saat diperhatikan dari jarak sebegini dekat.
"Kenapa, Git?" Tanya Hendra menarik atensi dua entitas yang tengah beradu konversasi.
"Eh, ini gue tadi hampir nabrak Mas ini pas dia mau nyebrang. Bawaannya jadi pada jatuh makanya gue bantuin mungut." Jelas Sigit menyerahkan beberapa petik sayur pakis yang sepertinya milik si pemuda manis.
Hendra hanya menganggukkan kepala. Memperhatikan Sigit yang melanjutkan kata. "Maaf ya Mas, saya beneran nggak sengaja tadi. Mas-nya ada yang sakit? Mau saya antar ke dokter?"
Si lelaki manis yang tampak cantik dengan kulit putih dan bibir ranum kemerahan serta tahi lalat kecil di bawah mata kanan menggeleng cepat. "Eh, jangan. Saya nggak apa-apa kok. Saya juga yang tadi salah karena nyebrang sambil meleng Mas, maaf sekali."
"Memang Mas-nya ini dari mana dan mau kemana kalau boleh tau? Mau saya antar pulang sekalian aja gimana?" Sambung Sigit lagi. Tak memperhatikan Hendra yang sudah mengulum tawa sambil melipat tangan di dada memperhatikan drama yang dibuatnya. Macam sedang modus saja.
Si pemuda lugu berkedip lucu. Peluh di area wajah malah semakin membuat riaknya berkilau indah di pandangan mata. "Saya dari pinggir hutan Mas, mencari sayur pakis untuk dimasak. Maaf saya harus segera pulang karena Nyonya saya pasti sudah nunggu di rumah."
Si pemuda menunduk hormat. Bermaksud pergi sebelum tangannya dicekal oleh Sigit Wibawa Mukti. "Tunggu! Saya antar ya?"
Sang lelaki manis menggeleng, masih menunduk tak menatap Sigit. "Jangan Mas, ngerepotin. Maaf saya permisi." Lalu secepat kilat melepas cekalan dan berlari masuk ke area hutan. Menghilang di balik redup pepohonan.
"Eh, gue lupa tanya siapa namanya." Gumam Sigit yang masih memperhatikan tepat di titik dimana si manis menghilang.
Disusul dengus tawa tanpa suara serta tepukan di bahu kanannya oleh Hendra. Si pemuda yang lebih pendek dari Sigit menggelengkan kepala. "Naksir ya lo? Gila, bisa suka sama orang juga ternyata lo. Gue kirain masih betah menyandang status jomblo dari jaman kuliah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESPONSIBILITY (Boys Love, Mpreg)
RomanceNiat awal Sigit hanya mengunjungi kediaman Eyang Putrinya yang tinggal seorang saja. Namun benang takdir membawanya pada kisah rumit bersama Yudhis, Bagus dan Hendra. Pada Yudhis cintanya bertaut. Namun tanggungjawab yang diembankan Hendra di pundak...