Flirting

647 71 31
                                    

Kicau burung liar mengisi sahaja pagi di tengah perkampungan yang masih asri. Bersama terik mentari yang semakin naik, makin menguap habis pula embun-embun basah sisa gerimis singkat di penghujung fajar.

"Udah selesai nyuci motornya, Nak Hendra?" Pertanyaan Eyang Kinasih yang masuk ke dapur membawa seikat daun singkong membuat Hendra yang berdiri di depan kulkas menghentikan sejenak aktivitasnya untuk mengambil minum.

Si pria yang hanya mengenakan celana pendek dan kaus tanpa lengan tersenyum ke arah si perempuan. "Iya, Eyang. Tinggal mau mandi." Menyugar rambut ke belakang yang lembab karena keringat.

"Eyang, aku pamit dulu ya." Bukan Hendra, tapi satu entitas lagi tiba-tiba melongokkan kepala dari pintu dapur bermaksud pamit pada Eyang Putrinya.

"Lahh??? Mau kemana lo?? Kok udah rapi gitu???" Maju Hendra terheran dengan penampilan rapi Sigit yang mengenakan celana chino dipadu kemeja lengan pendek.

"Iya, mau kemana memangnya Git? Masih pagi begini." Tambah si wanita lanjut usia menepuk pundak kiri cucunya.

Yang ditanya cengar-cengir bodoh, mengundang rasa kesal sahabat karibnya. "Itu, ehee.. mau main ke rumah Pakdhe Tejo."

"Ke rumah Bagus????" Heboh Hendra.

Sigit Wibawa Mukti mengangguk dengan senyuman. Mengundang simpul di sudut bibir Eyangnya mengira hubungan Sigit dengan Bagus makin beranjak baik sesuai keinginan para orang tua.

"Gue ikut dong??!!??"

"Ah lo belum mandi. Lamaa!!"

"Nggak, nggak. Gue mandi bentar doang suerr!! Lo sekarang duduk dulu, tunggu gue lima menit doang. Ok???" Setelah memaksa Sigit duduk di kursi meja makan, Hendra langsung berlari ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban sang teman.

Sialan memang.

Tapi Sigit terlalu hafal kebiasaan si detektif tampan. Si pria flamboyan tak akan selesai bersiap hanya dalam waktu sekejap. Mandinya saja sudah lama, belum memilih baju, menata rambut, memilih parfum serta tetek bengek lainnya yang kata Hendra adalah hal wajib untuk menjaga ketampanan wajahnya.

Maka dari itu setelah sepuluh menit berlalu Sigit memutuskan menyusul ke kamar setelah ada Mbak Minah yang menemani Eyang di dapur. Dan benar saja, teman sejawatnya tersebut ternyata tengah menata rambutnya sedemikian rupa dengan bantuan pomade yang harumnya kemana-mana mengisi ruang kamar mereka.

Double sialan.

"Mau gebet siapa lagi lo gayanya sampai seribet itu?" Menyilangkan kedua lengan di dada, Sigit berdiri menyandar pada pintu yang tertutup di belakangnya.

"Siapa lagi...."

"Bagus?" Tebak Sigit.

Hendra yang sudah selesai bersiap kini menoleh ke arah Sigit dengan seringaian. "Yudhistira lah."

"Anjing!!"

Si playboy tertawa renyah puas tingkah jahilnya membuahkan hasil sesuai harapan. Sigit merengut kesal.

"Canda kali, Boss. Lagian kaya udah jadian aja pakai posesif segala?"

"Ck, ya proses goblok. Lo sendiri gimana? Udah jadian emang sama Bagus?"

"Di saat gue tau jelas-jelas yang orang tuanya mau itu elo??"

Makin tajam decakan tak suka yang Sigit keluarkan. "Pengecut!"

"Logis aja, Git." Hendra berucap lemas. Maju ke arah Sigit bermaksud membuka pintu di belakang si pengacara.

"Kalau lo serius tentang Bagus, maju perjuangin dia. Kalau niat lo cuma main-main kaya sama korban-korban lo yang lain, tinggal aja. Nggak rela gue adek gue lo mainin gitu aja."

RESPONSIBILITY (Boys Love, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang