"Lacur club mana yang kebobolan sampai lo bikin hamil, bajingan????"
Suara menajam tinggi milik Sigit Wibawa Mukti langsung menghilang diam kala tatap polos Yudhistira menyapa netra. Tak hanya menyesal sudah berteriak, takut Eyang di luar mendengar, pun ia takut gambaran pemuda baik-baik yang sedang ia bangun di depan sang Angger harus luruh akan kata kasar untuk kebejatan seorang Mahendra, sahabat baiknya.
Hening mengisi kamar dimana tiga persona saling pandang canggung kebingungan. Sang Arfian Putra jadi yang pertama ambil tindakan, memastikan pintu kamar tertutup sempurna dengan anak kunci diputar ke kanan. Tak mau ambil resiko lebih banyak orang mendengar tentang aib pribadinya.
Kembali ke arah Yudhis yang semakin merapatkan tubuh ke sisi Sigit di tepi ranjang, Hendra memilih berdiri bersandar pada kusen jendela tua yang ia buka tirainya hingga nampak sisa senja yang hampir habis dilahap petang yang menunjukkan kuasa.
"Bisa-bisanya lo langsung ngira gue hamilin orang padahal gue cuma bilang gue mau jadi Bapak." Ujar bak setengah peduli sang detektif hendak meraih rokok di saku sebelum tangannya ditepis Sigit, tak mau Yudhis jadi perokok pasif karena ulahnya. "Kenapa nggak ngira gue pengen punya anak? Atau ngira gue mau adopt bayi?"
Sigit mendengus dengan senyum miring. Melirik ke arah Yudhis di samping, menyaji senyum sebagai kode jika ia meminta maaf untuk hal yang tak seharusnya si mania dengar. "Tapi perkiraan gue kan yang bener?"
Hela nafas berat milik Hendra terdengar menyakitkan. Ia mengangguk, membuka kaca jendela. Membiarkan angin malam menerpa wajah kacaunya.
"Siapa? Janitra ya? Atau yang cewek itu? Siapa namanya gue lupa..."
"Bagus."
"Hah?? Cewek kok namanya Bagus?"
"Bagus Dwi Rakasiwi."
Deg.
"Yang gue hamilin, Bagus Dwi Rakasiwi, Git. Adek-adekan lo." Isi kalimat bak main-main tak sinkron dengan tatap ketakutan serta pundak naik turun si lelaki yang kini menatap Sigit dengan raut penyesalan.
Suasana antah berantah dalam kamar makin mencekam setelah Sigit hanya diam, mencengkram kepal tangannya sendiri dengan sengal nafas berat. Sedang Yudhis di sisinya masih kaget juga atas berita tak disangka terkait pemuda mantan majikannya.
Dalam jarak ingatan Yudhis tentang si tunggal Rakasiwi, Bagus memang si manja angkuh yang semua keinginannya harus terpenuhi tanpa tapi. Meski demikian di mata Yudhis pergaulan si pemuda selama ini tak pernah sampai sejauh itu hingga membuatnya hamil di luar nikah. Paling banter Bagus hanya pergi dengan teman-temannya dimana jam sepuluh malam ia sudah harus pulang karena Ayahnya yang membuat peraturan. Lalu kenapa dengan Hendra sampai begini?
Apa Mas Sigit juga aslinya seperti Mas Hendra yang kelewat bebas?
Meragu di dasar hati jelas tak bisa ia pungkiri. Meski demikian melihat Sigit yang hampir meledak menerjang Hendra dengan bogeman, ia tak bisa tinggal diam.
"Mas, jangan. Bukan seperti ini penyelesaian masalahnya Mas." Ujar ketakutan, namun Yudhis berusaha menahan tubuh Sigit yang bersiap memukuli Hendra yang sialnya hanya pasrah saja dan malah menyodorkan wajahnya.
"Enggak, Yudhistira. Dia udah ngerusak adik saya. Bajingan ini dengan kurang ajar udah bikin masa depan adik saya berantakan!!!"
"Tapi nggak dengan kekerasan, Mas. Jangan begini, nanti Nenek Kinasih dengar."
"Biar, biarin saya hajar dia!! Kamu minggir! Ini bukan urusan kamu!!"
Deg.
"Ah, begitu?" Remas di pergelangan Sigit berangsur dilepas, perih. Yudhistira menatap sendu dengan lubang menganga di rongga dada. "Jadi ini aslinya Mas Sigit? Keras." Kata terakhir diucap pelan tapi setiap telinga masih sanggup mendengar.
![](https://img.wattpad.com/cover/363149812-288-k148110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RESPONSIBILITY (Boys Love, Mpreg)
RomanceNiat awal Sigit hanya mengunjungi kediaman Eyang Putrinya yang tinggal seorang saja. Namun benang takdir membawanya pada kisah rumit bersama Yudhis, Bagus dan Hendra. Pada Yudhis cintanya bertaut. Namun tanggungjawab yang diembankan Hendra di pundak...