Bab 43 : Masa Depan

130 13 1
                                    

Bandung, 05 Oktober 2028

Berbagai macam bunga dalam vas yang diisi air tampak berjejer di dekat kaca lebar. Di antara bunga-bunga yang terpajang cantik di sana adalah bunga mawar, lily, anyelir, krisan, matahari, dan beberapa bunga-bunga lainnya. Membuat siapapun yang tak sengaja melewati tempat itu tanpa sengaja akan menoleh ke arah kaca lebar yang menampilkan pemandangan bunga-bunga dengan bentuk dan warna yang juga cantik-cantik. Tempat yang paling mencolok sendiri pemandangannya di pinggir jalan, siapa yang tak tahan akan pemandangan bunga-bunga indah seperti ini?

Ruangan itu tak begitu luas, tetapi cukup nyaman dan indah dengan nuansa putih yang mendominasi dan bunga-bunga yang nampak di setiap sudut ruangan. Sementara di bagian tengah ruangan, terdapat meja lebar yang digunakan untuk merangkai bunga. Seperti yang sedang Flo lakukan saat ini, wanita itu tengah merangkai bunga. Berjam-jam tampak sabar dan telaten dalam merangkai bunga pesanan customer. Dinginnya ruangan ber-AC itu bahkan tidak mengganggu prosesnya dalam merangkai bunga, dia sudah terbiasa kedinginan di ruangan itu.

Netra wanita itu tak lepas sedikitpun dari rangkaian bunga yang tengah dibuatnya. Saat ini, dia tengah membuat buket bunga mawar merah muda yang dia padukan dengan bunga baby's breath. Sebagai sentuhan akhir, dia akan membalut buket bunga itu menggunakan kertas cellophane berwarna pastel. Ah, selesai juga.

Flo meregangkan otot-ototnya sejenak, rasanya memang melelahkan tetapi dia begitu menikmati pekerjaan ini mengingat dia sangat menyukai bunga. Perlu waktu sekitar 20-30 menit untuk dirinya menyelesaikan buket bunga ukuran medium. Terkadang, Flo berpikir kapan dirinya akan mendapatkan buket bunga dari seorang lelaki? Selama ini dirinya hanya sibuk membuatkan banyak rangkaian bunga atau buket pada orang lain tanpa pernah merasakan menerima buket dari orang lain.

"Udah selesai buketnya, Flo?" Flo dikejutkan oleh suara Dini---sepupunya yang juga telah membantu bisnis toko bunga ini selama beberapa tahun silam. Wanita dengan pipi chubby dan rambut sebahu itu baru saja datang membawa beberapa bunga.

"Baru aja selesai." Flo menyahut.

Wanita itu manggut-manggut kemudian menaruh beberapa bunga di meja. "Kalau gitu, apa lagi yang harus aku kerjain?" tanyanya bingung, padahal wajah wanita itu sudah menyiratkan kelelahan.

Flo terkekeh. "Kamu pulang duluan aja, udah sore juga. Aku habis ini selesai, kok."

"Yaudah, aku duluan, ya? Sekalian anterin buket bunganya ke customer."

Mendapat anggukan dari Flo, lantas Dini membuka apronnya dan berlalu pergi. Dini telah membantunya membangun bisnis toko bunga ini hampir tiga tahun. Menjadi florist atau perangkai bunga adalah pekerjaan yang menyenangkan sekaligus melelahkan bagi Flo. Dulu, Flo sempat belajar merangkai bunga sampai akhirnya dirinya berhasil mendirikan toko bunga ini. Meski ini masih menjadi bisnis kecil, Flo bersyukur setidaknya dia bisa mendapat penghasilan dari usahanya.

"Udah mau gelap begini, kamu masih aja berkutat sama bunga."

Mendengar hal itu, membuat Flo menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu melengkungkan bibir membentuk sebuah senyuman saat melihat ada seorang lelaki yang tiba-tiba sudah berdiri bersandar di pintu toko bunganya dengan melipat tangan di depan dada. Dia adalah Prasetyo Adi Nugroho, atau biasa disapa Pras. Sahabat Flo sejak pertama kali datang ke Bandung. Itu berarti, sudah genap lima tahun keduanya bersahabat. Mama Flo kenal dekat dengan orang tua Pras, kendati demikian itu membuat Flo juga dekat dengan Pras. Tak terasa, sudah lima tahun mereka menjalin persahabatan ini.

"Udah selesai kok, Pras. Ini mau beres-beres dulu," timpal Flo.

Lelaki yang disebut-sebut bernama Pras itu manggut-manggut kemudian mendekati meja kerja Flo yang masih berantakan karena dipenuhi selotip, sisa rangkaian bunga yang tak terpakai, dan tangkai bunga.

Jodoh Masa Depan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang