Bandung, 03 Februari 2029
Pandangan hampa dilemparkan oleh Darren saat melewati kaca-kaca jendela ruangan tempat seseorang yang dicintainya terbaring tak berdaya dengan berbagai alat medis yang terpasang. Seolah riuh-ricuhnya lorong rumah sakit itu benar-benar meredam, tak dipedulikan, tatapannya hanya tertuju pada sosok perempuan itu. Sesaat, dia menghela napas panjang untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ruangan itu.
Dadanya sesak, seperti ada batu besar yang mengganjal dadanya. Dia duduk di dekat ranjang rumah sakit itu, diraihnya tangan perempuan itu yang terasa dingin. Diusapnya berkali-kali. Darren memandangi wajah sang pujaan hatinya, wajahnya pucat. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh sang istri. Detik itu juga, Darren yang semula menahan sesak di dadanya kini tidak bisa menahannya lagi. Bulir itu membasahi pipinya.
Ada perasaan bersalah yang terus menghantuinya. Dia mencium tangan sang istri, kemudian menggenggamnya seolah takut kehilangan. Tangannya masih terasa dingin. Seandainya dia lebih perhatian kepada istrinya, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Sayang," panggil Darren, meski mata sang istri masih setia terpejam. Atau bahkan tidak bisa mendengarnya.
"Kamu harus kuat, ya sayang?" lirih Darren, bibirnya gemetar.
"Maafkan saya yang belum bisa menjadi suami yang baik untuk kamu. Namun satu hal yang harus kamu tahu, saya sangat mencintai kamu. Saya menyadari, semua ini terjadi karena kesalahan saya sendiri. Saya benar-benar sangat menyesal," tutur Darren. Dadanya naik turun menahan isakan. Dia tertunduk, seolah penyesalan itu terus menguasainya sehingga dia tak mampu mengangkat kepalanya.
Darren mengeluarkan kalung liontin perak yang terukir nama dirinya dan sang istri dari saku celananya. Dia memandangi liontin itu sejenak.
"Seandainya bisa, saya ingin kembali ke masa lalu untuk bertemu denganmu dan menebus semua kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan padamu. Saya ingin kamu menyadari, bahwa saya benar-benar mencintaimu, Flora." Darren menitihkan air matanya. Sampai bulir bening itu terjatuh dan menyentuh liontin itu. Detik itu juga, muncul kilauan cahaya dari liontin itu.
Sejenak, Darren terperanjat. Bahkan isakannya pun berhenti. Hingga cahaya itu kian membesar sampai mengganggu pandangan matanya, pun tetap menyilaukan meski kedua tangannya berusaha menghalau cahaya itu. Dia tidak bisa melihat apapun kecuali cahaya menyilaukan berwarna putih. Tiba-tiba, seolah ada tarikan kuat yang membuat tubuhnya menarik ke dalam cahaya itu, bahkan dia tak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Ketika membuka mata, Darren sudah berada di suatu tempat yang terasa asing baginya.
***
Kira-kira, Darren terlempar ke dunia mana ya?
Temukan jawabannya hanya di chapter-chapter yang akan datang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Masa Depan [End]
Ficção AdolescenteFantasy, romance, time travel Bagaimana jadinya jika ada seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dan mengaku bahwa dia adalah jodohmu dari masa depan? Flo, seorang siswi SMA biasa yang tengah dilanda kasmaran seperti remaja-remaja pada umumnya. Dia ju...