Flo mengayuh sepeda di jalanan yang lumayan sepi sore ini. Dia hendak mengantarkan pesanan buket bunga mawar merah ukuran medium. Ya, tidak terlalu besar, tidak juga ukuran kecil. Kalau dilihat-lihat, buket bunga mawar merah ini cukup cantik dipadukan dengan bunga baby's breath. Namun seharusnya, buket ini diantarkan oleh Dini mengingat Flo juga sibuk untuk merangkai bunga dan hendak mengambil bunga dari supplier. Ah, tapi dia terpaksa mengantarkan buket ini karena permintaan dari customer itu sendiri. Flo juga tak mengerti, kenapa akhir-akhir ini customer banyak sekali permintaannya, sih? Bukannya diantarkan oleh siapa saja juga sama saja? Toh yang terpenting adalah bunganya sampai dengan aman pada customer.
Sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Dini, Flo akhirnya mendapati seorang lelaki yang berdiri di sisi jalan yang ternyata adalah customer yang sebelumnya sudah dia konfirmasi. Lelaki itu berdiri di bawah pohon tabebuya, berdiri membelakangi Flo. Pakaiannya cukup rapi dengan kemeja dan celana ankle.
"Lama banget. Perasaan jalanan nggak macet."
Flo terperanjat karena tiba-tiba lelaki itu berujar bahkan tanpa menoleh ke arahnya. Seolah sudah tahu akan kehadirannya. Kemudian, jantung Flo seolah berhenti sedetik saat mendapati lelaki itu berbalik dan menatapnya. Flo menangkap senyum lelaki itu yang terlihat manis dengan bunny teeth. Flo masih tak percaya kalau ternyata orang yang memesan buket ini adalah Darren. Atensinya beralih pada rambut Darren yang sedikit berbeda. Setahu Flo, itu adalah potongan rambut comma hair. Gaya rambut itu tampak cocok pada Darren.
"Kenapa malah ngelamun? Apa sebagai customer saya harus protes karena bunganya nggak sampe tepat waktu?" celetuk Darren yang sontak mendapat kekehan kecil dari Flo.
Sejak Darren ikut dengannya mengantarkan pesanan bunga hari itu, Flo menjadi semakin dekat dengan Darren. Sebenarnya, Darren itu adalah pribadi yang hangat. Entah mengapa Flo merasa Darren kian berubah menjadi orang yang mudah tersenyum, tak seperti dulu.
"Iya, iya, maaf. Lagian kamu 'kan biasanya beli di toko langsung. Nambah-nambahin kerjaan aku aja tau nggak sampe aku harus nyamperin kamu ke sini," sungut Flo yang disertai bumbu candaan.
"Cari suasana baru aja, sih. Bosen masa saya terus yang nyamperin kamu. Sekali-kali kamu yang nyamperin saya ke sini." Darren menimpali dengan kekehan lagi.
Flo mengulum senyum tipis. Tak menyangka kalau hubungannya dengan Darren akan menjadi sejauh ini. Padahal, saat itu Darren bahkan terlihat seperti ogah-ogahan untuk mengobrol dengannya. Jangankan untuk mengobrol, sekadar tersenyum padanya pun rasanya hampir tak pernah.
"Nih bunganya." Flo memberikan buket bunga mawar merah itu yang sontak diterima oleh Darren.
Melihat Darren tengah mencium aroma bunga itu dalam-dalam membuat Flo tak bisa menutupi rasa nyeri di relung hatinya. Selama ini dia selalu bertanya-tanya, untuk apa Darren setiap hari membeli bunga? Namun terkadang, Flo sungkan untuk menanyakan hal itu. Tapi kalau dibiarkan terus, rasa sakit di dadanya akan kian terasa karena mungkin esok dan seterusnya dia akan menyaksikan Darren selalu membeli bunga padanya. Apalagi kali ini bunga yang dibeli Darren tampak berbeda. Biasanya hanya setangkai mawar, tetapi kali ini berbentuk buket.
"Pacar kamu pasti seneng ya, soalnya hampir tiap hari kamu kasih bunga." Entah kenapa kata-kata itu lolos begitu saja dari bibir Flo tatkala tengah memperhatikan buket itu. Rasanya menyakitkan jikalau membayangkan Darren memberikan bunga itu pada wanita lain.
"Hm?" Darren berjengit. "Apa? Kamu ngomong apa tadi? Saya nggak dengar."
Flo gelagapan, menyadari kata-katanya memang seharusnya terucap dalam hati saja, bukan diucapkan di depan Darren. Dia malu kalau gerak-geriknya kentara sekali seperti orang yang sedang cemburu. "Eh? Nggak, bukan apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Masa Depan [End]
Teen FictionFantasy, romance, time travel Bagaimana jadinya jika ada seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dan mengaku bahwa dia adalah jodohmu dari masa depan? Flo, seorang siswi SMA biasa yang tengah dilanda kasmaran seperti remaja-remaja pada umumnya. Dia ju...