Bab 38 : Sampai Jumpa

90 8 1
                                    

"Aku nggak siap kalo harus kehilangan kamu sekarang, Ren." Flo bersuara parau sembari menahan isakan yang terasa menyesakkan dadanya. Sementara kepalanya senantiasa bersandar di dada bidang Darren di tengah-tengah dekapan yang terasa semakin mengerat itu. Gadis itu dapat merasakan Darren benar-benar mengeratkan pelukannya, menciptakan kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Darren lantas membelai lembut gadis itu. Mengecup dalam puncak kepala istri masa depannya, seolah tengah meluapkan segala rasa cintanya pada gadis itu. "Kita bukan berpisah untuk selama-lamanya, kita hanya berpisah untuk sementara waktu. Beberapa tahun ke depan, kita akan bertemu lagi."

Darren meregangkan pelukannya. Gadis itu mendongak menatap Darren tanpa melepas kedua tangannya yang masih melingkar di pinggang Darren. Flo bahkan bisa melihat dengan jelas luka di dahi sebelah kanan lelaki itu yang sudah agak mengering.

"Tetep aja rasanya aku belum siap. Rasanya berat untuk kehilangan kamu, Ren. Aku nggak tahu gimana nanti kehidupan aku kalo seandainya kamu benar-benar pergi."

Kenangan bersama Darren kembali berputar dalam kepala Flo. Merekam jelas setiap hal yang dilakukan bersama dengan lelaki itu. Kehidupan Flo jauh lebih baik saat kehadiran Darren. Di tengah-tengah Flo yang merasa patah hati karena dikhianati oleh Bimo, Darren lah yang telah mengobati rasa nyeri di relung hatinya yang terkikis kian hilang. Terganti menjadi rasa bahagia.

Tangan Darren meraih kedua pipi gadis yang lebih pendek darinya itu, sembari jempolnya yang tergerak menghapus jejak air mata Flo. Darren mengulas senyum, sangat terpaksa karena sejujurnya dia juga merasa berat harus berpisah dengan Flo hari ini. "Bukannya hidup kamu baik-baik saja sebelum saya datang ke sini, Flo? Itu berarti, hidup kamu setelah saya pergi juga tetap akan baik-baik saja. Tidak ada yang harus kamu takuti."

Darren melepaskan rengkuhan itu. Lantas mengambil sesuatu dari kantung belakang celananya dengan agak kesusahan. Lelaki itu mengeluarkan sekuntum mawar merah yang sudah tidak begitu segar dengan sebuah surat di amplop berwarna coklat. Flo bahkan tidak begitu memperhatikan lelaki itu ternyata menyimpan bunga dan amplop itu di belakang celananya. Flo menduga, bunga mawar itu sudah tak segar lagi lantaran terhimpit di kantung celananya.

"Flo, kamu lihat mawar merah ini." Darren memperlihatkan mawar itu di hadapan Flo. Membuat gadis itu mengamati dengan seksama bunga itu.

"Kamu itu cantik seperti kelopak bunga mawar yang mekar di pagi hari. Namun bedanya dengan kamu, bunga bisa layu dan kering, bahkan aroma wanginya bisa hilang. Sedangkan kamu abadi dengan kecantikan kamu meski sampai rambut kamu memutih dan wajahmu keriput sekali pun."

Flo menerima bunga mawar dan amplop itu dengan air mata yang masih berderai membasahi pipi.

"Baca suratnya nanti ya? Kalau saya udah nggak ada di sini."

Flo mengangguk kecil.

Flo meraih rambut lelaki itu, mengusapnya pelan. Darren sedikit terkejut dengan sentuhan yang tiba-tiba itu. Flo mengamati setiap jengkal wajah lelaki itu. Wajah yang sebentar lagi mungkin tak akan dia lihat lagi sedekat ini untuk beberapa tahun. Namun akan selalu dia ingat sampai kapanpun, begitu pun juga dengan memorinya.

Darren tidak menampilkan wajah sedih sedikit pun, tetapi Flo tahu lelaki itu menyimpan luka di balik senyum manis yang merekah. Darren menatap dalam gadis di hadapannya, kemudian mengecup pipi gadis itu.

Sontak saja Flo diam seribu bahasa dengan kondisi pipi yang menampilkan semburat merah. Dirinya bagaikan terbang di langit bebas saat ini. Perasaan ini sulit untuk dia jabarkan. Yang jelas, dia merasakan rasa bahagia dan sedih dalam satu waktu. Melihat ekspresi lucu Flo, membuat Darren terkekeh.

Jodoh Masa Depan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang