"Kenapa kamu menangis?"
Flo mengangkat kepala, menyeka dengan kasar air matanya saat mendapati lelaki berkulit kuning langsat yang baru memarkirkan sepeda motornya itu tiba-tiba duduk di sampingnya tanpa permisi. Keakraban antara lelaki itu dan Darren membuat Flo menduga bahwa lelaki itu adalah teman dari Darren. Itu berarti, dia tahu banyak hal tentang Darren 'kan?
"Maaf, siapa ya?" Flo tetap memastikan.
"Saya Gema, dokter umum rumah sakit Kasih Ibu. Sekaligus teman Dokter Darren." Lelaki itu memberitahu.
"Oh." Flo manggut-manggut mengerti. Terselip rasa kagum pada Darren sebenarnya. Lelaki yang dikenal sebagai seorang dokter hewan itu jelas saja memiliki relasi sepadan dari kalangan dokter juga. Jelas berbeda dengannya yang bahkan bukan siapa-siapa.
"Nah sekarang giliran saya yang nanya, Mbak ini siapanya dokter Darren, ya?" Flo terperanjat saat dokter yang terbilang masih cukup muda itu tiba-tiba bertanya dengan nada mengintimidasi. Benar juga, siapa dirinya ini? Tiba-tiba saja menangis? Ah, sungguh memalukan. Lantas, bagaimana caranya dia menjelaskan pada dokter Gema?
"Mbak korban PDKT dokter Darren, ya?"
Flo sigap menoleh pada sang empu yang menanyakan pertanyaan konyol seperti itu. Sejenak Flo melempar pandang pada dokter Gema, kemudian membuang muka.
"Dokter ini bicara apaan, sih?" elak Flo.
"E-enggak lah. Aku cuman heran aja kenapa dokter Darren susah sekali diajak ngobrol. Apalagi, orangnya susah sekali buat tersenyum," tambah Flo.
Flo sedikit tersentak saat dokter muda yang duduk di sampingnya itu tiba-tiba tertawa. Memangnya ada yang lucu dari kata-katanya? Flo yakin, tidak ada.
"Tuh kan benar, Mbak suka sama dokter Darren," ujarnya selepas puas tertawa.
Flo terbelalak. "Apa hubungannya sama hal ini?"
"Sebagian besar wanita yang mendekati Darren selalu berakhir seperti kamu. Pasti patah hati, kemudian menyerah."
Flo berjengit kaget. Jadi, ada banyak wanita lain yang juga ingin merebut hati Darren? Ah, ya tentu saja. Lagi pula Darren adalah dokter hewan muda yang tampan, siapa wanita yang tidak jatuh hati pada pesonanya? Ya, setidaknya sebelum mereka tahu sifat asli Darren.
"Kamu termasuk wanita-wanita itu, kan?" Dokter Gema menoleh pada Flo. Namun Flo yang merasakan semburat kemerahan di pipinya hanya menoleh sekilas pada Dokter Gema, kemudian secepat kilat menyembunyikan wajahnya yang sudah berubah seperti kepiting rebus.
"Ya, gitu deh."
Dokter Gema menghela napas panjang. "Darren itu orang yang sulit untuk mengekspresikan perasaannya. Itulah sebabnya kami lebih sering melihat dia berwajah datar daripada senyum. Tapi percaya deh, dia itu orang yang baik sebenarnya. Kalo memang kamu suka sama dia, usaha lebih keras lagi saja. Maklum, hatinya memang sekeras batu."
Flo bergeming. Memorinya menjelajah beberapa tahun ke belakang saat bersama dengan Darren. Lelaki yang ceria dan selalu menggetarkan hatinya setiap kali tersenyum. Sangat berbanding terbalik dengan Darren di masa depan yang terkesan dingin dan sulit untuk mengembangkan senyumnya. Tunggu dulu, kenapa dokter Gema menyuruhnya untuk berusaha lebih keras lagi mengejar Darren? Bukankah sudah jelas-jelas Darren memiliki kekasih?
"Bukannya dokter Darren udah punya pacar ya?" tanya Flo ragu-ragu.
"Oh, Chintya maksud kamu?" koreksinya. Entah kenapa telinga Flo mendadak terasa memanas mendengar nama itu. "Dia memang pacar Darren."
Empat kata itu bagaikan belati tajam yang menusuk-nusuk hatinya. Membuat hatinya koyak dan terasa nyeri yang teramat dalam. Sejak pertemuan pertama dengan Darren, Flo memang sudah menduga lelaki itu sudah memiliki kekasih. Namun rasanya berkali-kali lipat lebih menyakitkan saat dikonfirmasi langsung oleh orang terdekat Darren sendiri. Entah sejak kapan juga, bulir bening sudah menetes membasahi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Masa Depan [End]
Novela JuvenilFantasy, romance, time travel Bagaimana jadinya jika ada seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dan mengaku bahwa dia adalah jodohmu dari masa depan? Flo, seorang siswi SMA biasa yang tengah dilanda kasmaran seperti remaja-remaja pada umumnya. Dia ju...