Udah siap baca part ini?
***
Hubungan Flo dan Darren kian dekat. Flo juga perlahan mulai mengenal sosok Darren di masa ini. Mereka memiliki gaya berpacaran sendiri. Biasanya di tengah-tengah kesibukannya di klinik, Darren akan berkunjung ke toko bunga Flo. Dan begitupun juga sebaliknya. Di usia yang bukan anak remaja lagi, Flo tak ingin berpacaran yang muluk-muluk, hanya bisa bertemu Darren dan menikmati senyum manis lelaki itu pun sudah cukup. Pun sembari mengobrol banyak hal untuk merakit masa depan bersama.
Betapa bahagianya Flo bisa bersatu dengan Darren setelah lima tahun menanti lelaki itu. Lelaki yang sudah ia cintai sejak SMA. Tiba-tiba muncul di kamarnya bak hantu saat itu.
Kalau sebelumnya Flo yang berkunjung ke rumah Darren untuk dikenalkan pada ibunya. Beberapa saat kemudian, kini kebalikannya, Darren yang berkunjung ke rumahnya. Hari itu Darren datang membawa martabak manis--terlihat klasik sih, seperti cowok-cowok pada umumnya ketika bertemu calon mertua--tetapi hal itu sukses membuat Mama Flo senang bukan main. Mungkin karena setelah sekian lama, akhirnya Flo membawa seorang lelaki ke rumah.
Darren bergabung bersama dengan Mama dan yang lainnya untuk makan malam yang hangat. Kehadirannya benar-benar disambut baik oleh Mama. Obrolan di meja makan itu mengalir begitu saja sampai kemudian di hari-hari berikutnya, Darren juga sering berkunjung ke rumahnya. Terlihat semakin akrab dengan Mama.
Dua bulan telah berlalu. Seperti yang direncanakan sebelumnya, pernikahan Flo dan Darren akhirnya berlangsung dengan lancar. Mereka hanya mengadakan intimate wedding yang tak dihadiri oleh banyak orang. Hanya mengundang kerabat dekat dan sahabat saja. Baik Flo dan Darren sendiri, memang menyukai konsep wedding seperti ini. Tak mau kelewat mewah juga.
Hari ini tepat setelah pernikahan, keduanya mantap untuk pindah rumah. Flo bahkan tidak tahu bahwa ternyata Darren sudah membeli rumah jauh-jauh hari sebelum pernikahan ini berlangsung.
"Barang-barangnya biar saya aja yang bawa. Kamu istirahat aja di dalem, pasti capek 'kan?"
Flo menggeleng sebagai jawaban. Tak mengindahkan kata-kata Darren. Dirinya tetap membawa beberapa barang dari bagasi menuju ke dalam rumah.
"Aku bisa kok. Aku juga nggak mau kamu kecapean," elak Flo saat Darren mendekat.
Darren menghela napas. Wanita itu bahkan tetap menjadi orang yang tak enakan meski sudah menjadi istrinya. "Jangan keras kepala. Saya sama sekali nggak ngerasa capek."
Darren dengan sigap memindahkan kardus yang dibawa Flo ke tangannya. Kardus ini lumayan berat bahkan untuk dirinya yang memiliki badan yang besar sekalipun. Apalagi Flo yang tubuhnya kurus. Darren tidak ingin membuat istrinya kewalahan sedikitpun, sebagai seorang suami dia harus mampu memindahkan semua barang-barang ini sendirian.
Flo tertegun, sejenak mematung di tempat. Darren bahkan tetap mengelak meski dari tampangnya saja sudah kelihatan bahwa lelaki itu tengah kewalahan. Kemarin lusa, Darren datang kemari untuk berbenah sebelum rumah ini dihuni nantinya. Sementara kemarin, lelaki itu juga sibuk packing barang-barang yang akan dibawa dan membeli perabotan rumah yang dibutuhkan. Saat ini, Flo melihat lelaki itu bahkan membawa semua barang-barang sendirian.
Peluh yang membasahi pelipis serta leher lelaki itu menandakan bahwa dia tengah dilanda rasa lelah. Flo merasa tak tega, tetapi juga tak bisa berbuat banyak jika Darren sudah melarangnya seperti itu.
"Udah selesai?" tanya Flo saat Darren baru saja menaruh satu kardus besar di ruang tamu.
Lelaki itu mengangguk. "Udah. Mau langsung lihat kamarnya? Kalau kamar udah saya dekor dan bersihkan jauh-jauh hari. Ayo masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Masa Depan [End]
Teen FictionFantasy, romance, time travel Bagaimana jadinya jika ada seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dan mengaku bahwa dia adalah jodohmu dari masa depan? Flo, seorang siswi SMA biasa yang tengah dilanda kasmaran seperti remaja-remaja pada umumnya. Dia ju...