Bab 44 : Flora Florist

109 12 1
                                    

Toko bunga dengan papan nama yang bertuliskan Flora Florist itu nampaknya sedang kebanjiran pesanan bunga. Sejak pagi, Flo bahkan kewalahan untuk mengurus orderan yang masuk. Untungnya, Dini membantunya di toko bunga. Setidaknya, Flo tidak begitu lelah dan pekerjaannya menjadi lebih ringan daripada sebelumnya. Sorot cahaya sore menembus melewati kaca lebar toko bunganya, cahayanya menerpa bunga-bunga miliknya yang berjejer di dekat kaca lebar itu.

Flo membawa pesanan terakhir buket bunga pesanan customer. Dia akan mengantarkannya sendiri apabila alamat pemesan tak jauh dari toko bunganya.

"Din, aku anterin buket ini dulu, ya?" pamit Flo seraya menunjukkan buket bunga matahari yang dibawanya.

Mendapat anggukan dari Dini, Flo lantas mengambil Sling bag-nya dan segera menuju sepeda kayuhnya yang terparkir di halaman toko bunga. Lamat-lamat, Flo melihat Pras yang ternyata sejak tadi memandanginya lewat kaca lebar Coffee Shop-nya. Toko bunganya dengan Coffee Shop milik lelaki itu memang tepat berhadapan. Sehingga, Pras dapat melihat dengan jelas Flo yang tengah berdiri di depan toko bunganya. Lelaki itu lantas bertalah menghampiri Flo. Bahkan topi dan apron yang dikenakannya pun tak sempat dilepas. Kendati demikian itu membuat Flo mengerutkan kening lantaran bingung. Untuk apa Pras malah mendekatinya di tengah-tengah dia tengah bekerja melayani pelanggannya?

"Mau ke mana?" tanya Pras dengan napas tersenggal saat sudah berdiri di hadapan Flo.

Flo menaruh buket itu di keranjangnya. "Mau nganterin bunga."

"Aku anterin aja, ya?"

Flo menggeleng, dia sungkan untuk menerima tawaran lelaki itu apalagi sampai menganggu jam kerjanya.

"Enggak, enggak. Aku nggak mau ngerepotin kamu lagi."

"Enggak ngerepotin, Flo. Aku anterin kamu naik motor biar lebih cepat, ya?" Lelaki itu meraih tangan Flo yang tengah memegang stir sepeda. Wajahnya memelas, Pras selalu saja datang di saat dia tengah kesusahan.

Namun, tiba-tiba Flo teringat sesuatu. "Bukannya motor kamu lagi di bengkel?" Kedua alis Flo nyaris bertaut. Pertanyaan itu mampu sejenak membungkam Pras.

Pras menurunkan tangannya yang semula meraih punggung tangan Flo di stir sepeda. Lelaki itu mendadak terdiam dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Flo tahu, Pras hanya berpura-pura mengatakan bahwa sepeda motornya di bengkel agar tadi pagi dia bisa berangkat bersama Flo. Melihat wajah panik Pras, Flo tak tahan untuk tidak tertawa.

"Udah, deh. Aku mau berangkat, kasihan customer aku pasti nungguin." Flo melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan sebelah kirinya. "Takut kesorean. Lagian kamu juga harus ngurus pelanggan kamu 'kan, Pras?"

Pras terlihat kikuk. Lelaki itu pada akhirnya mengangguk mengiyakan meski rasanya berat membiarkan Flo mengantarkan pesanan bunga itu sendirian. Namun setelah dipikir-pikir, benar juga perkataan Flo, dia juga harus menjaga Coffee Shop-nya.

"Ya udah, hati-hati di jalan, ya? Kalo ada apa-apa kabarin, kalo nan--"

Ucapakan lelaki itu terpotong tatkala Flo sudah melajukan sepeda kayuhnya kian menjauh darinya. Dari kejauhan, Flo menoleh sekilas dan melambaikan tangannya ke arahnya. Pras tersenyum kecil dari kejauhan. Lantas, dia memilih untuk masuk kembali ke dalam Coffee Shop-nya.

Sementara Flo, dirinya tengah mengayuh cepat sepedanya di tengah-tengah jalanan yang lengang sore itu. Tidak begitu jauh, sepuluh menit Flo sudah mencapai tujuan untuk mengantarkan pesanan bunga itu. Namun saat menuju kembali ke toko bunganya, di tengah jalan tiba-tiba kilatan cahaya menyambar disusul oleh petir yang menggelegar. Saat itu pula, gerimis mengguyurnya.

Jodoh Masa Depan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang