Tak terasa hari sudah sore dan keluarga Senja dan Hearlin kembali ngumpul lagi.
"Gimana? Apakah kalian menerima perjodohan ini?"
Hearlin dan Senja saling tatap, lalu Hearlin lebih dulu memutuskan tatapan mereka.
"Kita, bisa," jawab Hearlin dan Senja ogah-ogahan. Dalam hati mereka yang paling dalam. Mereka menyumpahi perjodohan konyol ini.
Orang tua Hearlin dan Senja senang bukan main. Orang tua mana yang tidak senang ketika anaknya menerima perjodohan ini.
"Ok, kita langsung tentukan aja tanggal pernikahannya," ujar Lintang.
Degh!
Hearlin dan Senja tidak menyangka akan seperti ini. Huf, mereka kira hanya perjodohan konyol, tetapi malah serius. Hingga di bawa ke pelaminan.
"Pa, ma ini terlalu cepat," bantah Senja. Ia tidak mau sampai ini terjadi, Senja tidak munafik jika selama bersama Hearlin ia sangat nyaman, tetapi Senja tetap enggan untuk mengungkapkan perasaannya, baginya ini hanya perasaan nyaman yang paling bentar lagi bakal hilang.
"Yaudah, kalo bagi kalian terlalu cepat. Kita bakal menunggu dan kalian atur saja waktu yang kalian inginkan," ucap Gavin menengahi keributan mereka. Gavin sebagai orang tua hanya ingin yang terbaik untuk putrinya.
"Kita yang di jodohin, kalian yang ribut," kesel Hearlin.
Semuanya sontak kaget, kecuali Senja,ok, mereka paham jika Senja dan Hearlin akan ngebatalkan perjodohan ini gimanapun caranya. Mereka sudah bisa membaca apa yang mereka rencanakan.
"Emang bukan kita yang nikah, dan kita gak bakal pernah ngebatalin perjodohan ini gimanapun cara yang kalian lakukan," peringat Lintang. Ia tidak akan membiarkan hal buruk ini terjadi.
"Hm."
Capek sudah mereka, ingin membuat cara apapun sepertinya tidak akan berhasil.
"Mulai besok Senja harus jemput Hearlin dan anterin dia pulang juga," ucap Lintang.
Kejutan apa lagi ini? Tidak habis-habisnya mereka mengejutkan Hearlin dan Senja.
"Pa, kenapa harus Asy? Kita beda pa, dia sekolah sedangkan aku kampus."
"Bedanya apa Asy? Kalian sama-sama cari ilmu," tutur Lintang.
Kalo seperti ini tidak mungkin ngebantah lagi.
Sekarang semuanya sedang ngumpul di meja makan. Mereka akan sarapan malam bareng.
Senja tidak nafsu untuk makan.
Drtt... Drtt...
Antensi Senja teralih, ia menatap handphone-nya, tertera nama Ray di sana. Senja pamit untuk mengangkat panggilan.
"Kenapa?" tanyanya setelah panggilan tersambung.
"Ja, lo ada di mana?"
"Gue lagi ngumpul, kenapa?"
"Ja, ke sini bentar, Khai di keroyok sama geng sebelah," ucap Ray bergetar.
"Shit! Oke, gue kesana sekarang! Tetap hati-hati!" Senja mengepalkan tangannya.
"Oke."
Panggilan terputus, Senja lalu berjalan menuju meja makan, ia menghela napas, dan mengembuskannya.
"Ma, pa, tante, om, Lin, Asy pamit mau pergi ada keperluan," ucapnya menyalimi tangan Gavin dan Zavira, terakhir menyalimi tangan kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
goodbye my beloved (Hiatus)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA 🤗 CERITA BELUM DI REVISI Hiatus untuk sementara waktu. CERITA INI BENAR-BENAR PEMIKIRAN KU BUKAN PLAGIAT. JIKA ADA YANG MEM PLAGIAT DIA DOSA!!! KALO SAMPAI KETAHUAN PLAGIAT SEMOGA PANTATNYA KELAP KELIP 😁😁 Baca ceritanya y...