BAB XVI

13.2K 521 61
                                    

Nayl keluar selama beberapa menit kemudian kembali lagi dengan membawa segelas minuman beralkohol.

"Mau party dulu kita?" tanya Diman yang sedang duduk disalah satu sofa yang ada disana.

"Ga, gue bawain ini buat main character kita malam ini. Objek utama kita." ucap Nayl dengan senyuman tipisnya.

"Ini minuman favorit lo kan, honey?" tanya Nayl sembari mengangkat gelas yang berada ditangannya.

"Tau aja lo bangsat." ucap Nia dengan mata berbinar.

"Nih minum." ucap Nayl sembari membantu Nia untuk menghabiskan minuman itu.

"Buruan napa sih kita, gue udah kedinginan ni." ucap Nia yang sudah sangat kedinginan dan sedikit pegal.

"Yaudah sini lo gue iket tapi sambil duduk." ucap Nayl sembari melepas ikatan tangan Nia dan mendudukkannya, sebelum itu ia menyeret sofa tanpa sandaran agar bisa diduduki oleh Nia, kemudian kembali ia ikat tangan Nia.

"Bentar gue tambah suhunya biar anget ni ruangan." ucap Nayl lagi.

Setelah itu Nayl beranjak menuju pengatur suhu diujung ruangan. Sedangkan Diman masih mengotak-atik ponselnya untuk mengalihkan nafsunya kepada Nia. Selesai Nayl menambah suhu ruangan disana, ia melangkahkan kakinya menuju posisi dimana Diman duduk kemudian membisikkan sesuatu agar tidak terdengar oleh Nia. Hingga beberapa detik akhirnya Nayl menyelesaikan bisikannya, setelah itu mereka berdua melangkah menuju posisi Nia.

"Woi Nayl Man, buruan masukin gue sekarang, gue udah ga tahan." teriak Nia.

"Sabar, kita pemanasan dulu." ucap Nayl.

Perlahan Diman memulai aksinya, ia melihat gundukan Nia yang lumayan besar untuk ukuran badannya.

"Mik lo gede juga Nia." bisik Diman.

"Ayo Dim gue ga tahan." keluh Nia.

Diman duduk disofa yang sama tepat disamping Nia. Ia mulai meremas payudara Nia dengan perlahan.

"Ahhhh Diman, buat gue terbang malam ini Diman." desah Nia.

Tangan Diman memainkan puting Nia sembari sesekali mulutnya ikut bermain disana. Ia hisap puting itu dengan penuh sensualitas hingga meninggalkan jejak digundukan itu.

Disisi lain Nayl menyentuh perlahan klitoris Nia, ia hanya mengelusnya saja membuat Nia bergelinjang namun tidak merasa terpuaskan.

"Ahhh Nayl please gerakhin tangan lohh lebih kenceng, ahhh gue mau dimasukin sekarang please Nayl." mohon Nia yang sudah memejamkam matanya menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh keduanya.

Nayl dan Diman tidak mengindahkan permintaan Nia. Mereka justru berhenti setelah Nia meminta mereka untuk memuaskannya.

"Ahhhh eungghh, khenapah berhenti sihh kalhiann ahhh gue bener-bener tersiksa, gue gabisa kocok punya gue sendiri, tanghan guehh diikethh. Please siapapun kocokin sekharang jughahhh. Ahh shit." Nia benar-benar seperti cacing kepanasan sekarang.

"Nikmatin aja nafsu lo itu Nia." ucap Nayl.

"Nayl gue ga tahan." ucap Diman yang langsung melucuti celana yang ia kenakan.

"Kulum punya gue Nia." perintah Diman sembari naik kesofa dan menyodorkan miliknya kemulut Nia.

"Mmphhhh."

"Ahhhhhh lebih cepet lagi Nia ahhhh. Ini bener-bener nikmat, honey. Jangan lepasin milik gue, lo harus puasin gue malem ini."

Diman terus menekan kepala Nia agar lebih dalam lagi mengulum miliknya. Nia benar-benar pandai mengenai hal ini, ini sungguh keahlian seorang Anasera Flora Kurnia. Alias Nia.

SERALIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang