BAB XVII

8.4K 407 40
                                    

Happ

"Eh eh apa nih tiba-tiba?" Salma benar-benar kebingungan, tiba-tiba saja Rony muncul dan memeluknya dari samping saat ia tengah berbaring dikasur sembari mengotak-atik ponselnya.

"Kenapa kak? Ada masalah? Mau cerita?" Rony hanya diam sambil semakin mengeratkan pelukannya.

"Kenapa hmm? Ada sesuatu?" Salma terus menanyakan hal itu karena Rony sedari tadi hanya bungkam. Salma menyugar rambut Rony agar wajahnya terlihat dengan jelas dari pandangan Salma.

"Sal, aku sayang banget sama kamu Sal, jangan tinggalin aku ya?" ucap Rony tanpa sedikitpun melonggarkan pelukannya.

"Kak, aku ga bakal ninggalin kamu. Aku bakal pergi ketika kamu sendiri yang minta itu." jawab Salma.

"Aku ga akan minta hal itu Sal, sedikitpun ga pernah terbesit dipikiran aku." ucap Rony.

"Iya kak, kita jadiin pernikahan ini hanya terjadi sekali seumur hidup buat kita berdua. Mulai hari pertama pernikahan kita sampe sekarang aku selalu ngerasa bahagia sama kamu kak, aku harap kita bisa begini selamanya." ucap Salma sembari memangkup kedua pipi Rony dan mengelusnya pelan dengan ibu jarinya.

"Pasti Sal, kita pasti bisa wujudin itu. Aku juga ngerasain apa yang kamu rasain Sal, aku harap rasa yang kita punya ga akan habis sampai kapanpun." ucap Rony.

"Semoga ya kak. Eh kamu darimana tadi kak? Tumben ga ngasih tau mau kemana?" tanya Salma.

"Tadi aku, Nayl, sama Diman baru operasi penertiban sampah masyarakat Sal." Rony sedikit tertawa dengan pernyataannya sendiri.

"Hah? Penertiban sampah masyarakat? Program apa itu? Perasaan aku ga pernah denger deh." Salma tampak berpikir keras tentang itu.

"Gitu lah Sal intinya aku, Nayl, Diman baru aja ngasih pembelajaran buat sampah masyarakat yang udah membandel. Tapi hari ini cuma pemanasan aja sih, kalo sampah itu ga ilang-ilang aku bakal kosek sampe ilang." ucap Rony yang kini sudah beradap-hadapan dengan Salma.

"Ih ga jelas, ga paham aku. Terserah kamu sih kak yang terpenting jangan sampe ngerugiin diri sendiri sama orang lain." ucap Salma.

"Ga lah, malah ngasih berkah aku mah." ucap Rony tengil.

"Gi lih, milih ngisih birkih iki mih." ucap Salma menirukan ucapan Rony namun juga mengejeknya.

Cup

"Ihhhh, ga sopan tauk!" ucap Salma karena tiba-tiba saja Rony mengecup bibirnya sekilas.

"Dihh. Sama istri sah-sah aja kali. Lagian menye-menye ngikutin kalimat aku." bela Rony.

"Tetep aja ga sopan tauk, bikin jantung aku ga aman." omel Salma sembari mencebikkan bibirnya.

Cup

"Iiiihhhhhh kakkk Roonyyyyyy!" lagi-lagi Rony mengecup bibir Salma singkat.

"Kenapa? Manyun-manyun bukannya minta dicium ya?" tanya Rony dengan wajah seriusnya.

"Enak aja siapa juga yang minta dicium." ucap Salma sembari manangkup muka Rony dengan telapak tangannya.

"Yang benerrr. Nagih kan? Ngaku aja deh. Sama suami ga perlu malu kali Sal." ucap Rony sembari senyum-senyum tidak jelas.

"Dihhh pd abis. Nagih darimana orang bau rokok." ucap Salma.

"Ihhh kecup sekilas aja bisa kecium ya baunya? Se-mendalami itu sih, padahal cuma sekilas loh. Gimana kalo dua kilas tiga kilas." Rony tertawa melihat wajah Salma yang sudah memerah seperti tomat.

"Ya-ya kan, bau rokok tuh nyengat banget, wajar lah aku nyium aromanya." ucap Salma sedikit terbata.

"Padahal seharian ini aku belum nyebat sama sekali." ucap Rony pura-pura serius padahal ia tahu jika Salma hanya menutupi kesaltingannya. Aroma rokok tidak benar-benar ada dimulutnya.

SERALIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang