ketujuh

6.6K 496 28
                                    

Pagi yang cerah pun tiba, matahari bersinar menyinari bumi. Orang orang bangun dari tidur mereka dan memulai aktivitas mereka seperti biasanya. Tak terkecuali Jeno.

Jeno melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu bekerja.

"Sayang, aku berangkat dulu ya" pamit Jeno mengacak gemas rambut jaemin kemudian mencium kening jaemin dengan lembut.

Jaemin tersenyum, dia mengangguk pelan sembari menerima semua perlakuan suaminya padanya.

"Aku nggak sempet pamitan sama jisung, jadi kamu nanti bilangin kalo ayahnya ini pamit kerja" sambung Jeno membuat senyum jaemin seketika menghilang.

Jaemin menatap sendu Jeno.

Jeno yang tersadar akan ucapannya hanya tersenyum sendu.

"Maaf" gumam Jeno pelan merasa bersalah. dirinya benar benar lupa jika jagoan kecilnya menghilang.

Biasanya jeno akan pamit terlebih dahulu kepada jisung sebelum bekerja. Jika si kecil itu tidak ada atau masih tertidur pulas maka dia akan pamit kepada jaemin agar menyampaikannya pada jisung. Tapi biasanya jisung langsung marah dan berakhir ngambek karena Jeno berpamitan seperti itu.

"Nggak papa, ayo sekarang kamu berangkat kerja" balas jaemin berusaha menunjukkan senyum terbaiknya, jangan lupakan juga tangannya mengelus pipi Jeno agar tak sedih.

Jeno yang melihat jaemin tersenyum walau dipaksakan akhirnya ikut tersenyum.

"Aku pergi, pokoknya selama aku pergi kamu jangan nangis. Kita nanti cari putra kita sama sama" jaemin hanya mengangguk meyakinkan Jeno.

Setelah itu, Jeno mulai masuk ke dalam mobil. mesin mobil menyala dan perlahan mobil itu bergerak menjauh keluar dari rumah mereka.

Jaemin memandang mobil itu dengan nanar, semoga saja putra mereka cepat di temukan. Jika tidak, maka akan sehancur apa mereka kedepannya?

Jaemin menghela nafas panjang.

Sepertinya nanti dia akan menenangkan diri di taman sembari terus mencari keberadaan putranya dan keponakannya.

ʕ´•ᴥ•'ʔ

Sesuai apa yang jaemin pikirkan tadi jaemin benar benar jaemin lakukan. Yaitu pergi ke taman.

Jaemin pergi ke taman untuk menenangkan dirinya sendiri, akhirnya akhirnya ini banyak sekali masalah yang menimpanya. Itu membuat dirinya lelah.

Apalagi hilangnya putranya adalah salah satu penyebab jaemin menjadi seperti ini.

Dirinya rindu...

Apakah putranya baik baik saja??

Dia sudah makan??

Atau jangan jangan berada dalam keadaan tersekap tanpa makan minum dan setiap harinya harus mendapatkan siksaan??

Jaemin menggelengkan kepalanya.

Pikiran buruk benar benar membuatnya gila.

Kaki jaemin terus melangkah tanpa arah, niat hati hanya sekedar berjalan jalan sembari mencari sang putra jaemin malah sampai ke pusat taman yang di hiasi air mancur di tengah tengahnya.

Jaemin berhenti sejenak lalu menghela nafas panjang. Dia menongak menatap langit biru yang tampak cerah.

"Jisung, kamu dimana nak??" Lirih jaemin dengan perasaan rindu.

Di tengah kerinduan itu tiba tiba seorang pria asing menyenggol bahu Jaemin dengan keras membuat jaemin seketika sadar dan menoleh ke arah pria itu yang juga berbalik ke arah jaemin dengan raut wajah panik sekaligus bersalah.

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang