Slight fever on his birthday.
Sudah biasa untuk Andela membuat kue saat satu hari sebelum Azul ulang tahun. Atau, menuju pagi sebelum matahari terbit. Pada beberapa hari lalu, Azul minta dibuatkan red velvet saat usianya berkurang dan mempercepat kematian—kata Idia yang langsung dijewer Russet kala itu—namun, apa yang dibilang Idia tidak sepenuhnya salah.
Kecenderungan Azul memakan apa pun yang Andela buatkan padanya hanya akan menambahkan antusiasme wanitanya untuk mengolah sesuatu di dapur mereka. Namun, role itu pun tak jarang bisa berganti. Seringkali, Azul bertanya pada kasihnya, "mau makan apa?" Lalu, Andela menjawab apa pun yang terlintas dalam kepala hitamnya tanpa pikir panjang; walau pada akhirnya, hal tersebut menjadi tantangan untuk Azul sekali pun. Pernah Andela meminta ramen, dan Azul harus mulai dari nol untuk membuat mi dengan kaldu dan toppingnya. Saat Andela meminta nasi beriani, Azul harus memasak bumbunya dengan tepat, ia sampai harus bertanya pada Jamil melalui panggilan jarak jauh.
Sudah sewajarnya Azul memiliki time-management yang bagus. Pria kapitalis ambisius seperti dirinya terkesan tak akan melewatkan satu peluang—bahkan jika peluang itu tak lebih dari sekedar satu butir beras sekali pun. Namun, akhir-akhir ini, Azul memaksakan dirinya. Berlindung di balik 'aku tidak bekerja sepanjang waktu' yang hanya membuat tubuhnya makin lelah, Azul menganggap bahwa itu lebih efektif ketimbang mengorbankan waktunya untuk istirahat.
Hingga pada suatu pagi, Azul terbangun lebih awal ketimbang biasanya. Menyadari bahwa Andela tiada di sisi, Azul berjalan lambat menuju dapur dengan tangan yang meraba tembok sebagai bantuan. Semua lampu hunian dinyalakan, Andela tampak baru menyusun bahan-bahan kue yang hendak ia olah dan matangkan. Melihat siluet yang datang dari arah serong sisi kiri, Andela masih belum menaruh kecurigaan apa pun dengan pasangannya.
"Oh. Kamu bangun lebih cepat dari biasanya."
Setelah itu, Azul bisa melihat bagaimana wajah Andela menunjukkan perubahan. Napas wanita itu juga nyaris terhenti beberapa saat kala menyoroti Azul dengan seksama. Hingga tiada jarak yang memisah di antara lantai marmer ungu yang dijadikan pijakan, Andela mengerutkan dahi. Telapak tangan sejuknya berada di ceruk leher; ke pipi; dan dahi, lalu kembali ke pipi sampai Azul menemukan dirinya bersandar pada sentuhan yang ada.
"Ayo kembali ke kamar."
"Aku ingin minum."
"Nanti aku bawakan." Andela bilang, setelah memastikan bahwa Azul kembali berbaring setengah merintih tipis. "Jangan sentuh kerjaanmu dulu. Fokus untuk istirahat saja."
Azul menghargai setiap perhatian yang Andela curahkan padanya. Mendengar bunyi langkah kaki yang surut, Azul mengintip sedikit di balik poni panjangnya saat ia kembali sendirian dalam kamar. Kelelahan luar biasa, kepala yang berputar, diikuti dengan bulir keringat yang terbentuk di dahinya.
Jemarinya bergetar lantaran demam. Dirasakannya buaian Andela, sepasang mata biru langit yang sayu memandang untuk sesaat. "Sakit sekali jika kamu meninggalkanku sendirian..."
"Aku hanya mengambil air hangat dan kompres. Ayo minum dulu."
Azul mengangkat kedua alisnya. Kondisi ia yang menyedihkan itu tidak memungkinkannya untuk mengelak. Ia hanya mengikuti apa yang diatur oleh Andela, yang mana, Azul sendiri tahu bahwa itu juga untuk kebaikan dirinya.
"Ada terasa nyeri di otot atau bagian lain?" Andela mengajukan pertanyaan.
Meski pucat, Andela menangkap semburat merah jambu menyebar di pipinya. Dalam hati, Azul sebenarnya tertawa. Entah sejak kapan hidupnya mulai bergantung pada Andela. Mungkin, itu sebagian dari nalurinya untuk senantiasa terbuka dan mengeluhkan hal-hal yang ada pada pemilik hatinya. "Ya..." Ia meringis kecil. Kecemasan Andela memenuhi batin Azul dengan perasaan kurang nyaman, hal yang ia inginkan setelahnya adalah stres karena istrinya memandang ia penuh kesayuan. Namun, suara yang selalu rendah itu tanpa diduga membawa kenyamanan untuk Azul. Akan selalu begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
ФанфикNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...