Knowing you'll be fine.
Ada beberapa misteri yang belum terjawab dalam dunia cermin ini. Siapakah empat penyihir terkuat selain Malleus Draconia. Para peri yang mengunjungi institut setiap musim semi. Kehadiran-kehadiran rival tidak terduga seperti Rollo Flamme, atau Fellow Honest. Namun, itu bukanlah masalah yang harus kaupikirkan sepanjang hari. Karena kaujuga memiliki teka-teki sendiri.
Liburan semester lalu, di awal tahun kedua, tak ada angin, hujan pun tak turun, langit tak tampak gelap hendak badai, ombak laut juga tampak tenang. Bumantara pun begitu tenang saat purnama baru yang begitu jernih, dan bening mewarnai gulita penuh gugus bintang. Sampai ada berita bahwa seseorang melamarmu. Mungkin, kauyang salah dengar dari mulut orang tuamu di living room pada hari pertengahan bulan manakala musim panas masih berlangsung. Memastikan bahwa indra pendengaranmu tidak sepenuhnya galat—maksudnya—kaumasih memiliki alat dengar yang berfungsi dengan sangat baik, netra aventurine bulatmu memandang gundah penuh resah pada dua orang yang kaucintai.
"Si—siapa...?"
Si Ayah tertawa geli menyaksikan putrinya yang kewalahan menemukan kabar baru ini. "Ada-lah..." katanya enigma. "Seorang pemuda. Tampan betul, dewasa, dan semua figur yang kamu butuhkan untuk mengiringmu sepanjang waktu."
Ibu mengamati perilakumu dalam diam, yang tengah memainkan ujung gaun tidur dalam wajah penuh perhitungan. Jauh dalam hati, ia mengerti bahwa keadaanmu juga berada di tengah-tengah antara keberuntungan karena ayahmu jelas-jelas sudah memberi lampu hijau pada si pelamar, tetapi kaujuga tidak memiliki klu ihwal siapakah sosok misterius yang melamarmu saat liburan begini? Dan membawa kebuntuan pikiran untuk pengambilan keputusan harus senang, atau sikap agresi yang akan kauledakkan.
"... Apa benar kalau yang melamarku tidak salah orang...?"
"Ah, ya, terkejut?" Usapan tangan besar yang mulai keriput dari Ayahmu berhasil menarik segala kabut cemas yang sempat berpusing di kepala. "Tak apa. Sekiranya, memang kamu adalah putri seorang Duke, jadi, bukankah dilamar pria itu wajar?"
"Namun, mengapa tidak kuterima kabar ini jauh-jauh hari? Pasti, tuan itu sudah memiliki wacana, 'kan?"
"Tidak." Ibumu terkekeh kecil. "Ia ke mari, begitu gagahnya seperti seroang gentleman, dan mengatakan adanya itikad baik."
"Mengapa aku tidak tahu kalau ia ke mari?"
"Kamu sudah tidur."
Keningmu mengerut sempurna, sekilas, kedua orang tuamu menangkap perubahan ekspresimu dari cemas, menuju ke sesuatu yang gemas saking termakan bingung. "Ia melamarku pada malam hari?"
Malam itu, ada tawa yang terdengar saat berkumpul di dekat perapian. Dengan dekapan penuh rasa aman yang kauterima dari Ayahanda, serta teriring dengan tuturan paling memesona mengenai pria misterius yang akan membuatmu tidak bisa terlelap dengan baik, ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Pemuda itu menitipkan ini."
Kedua alis terangkat lantara benda kecil kotak itu berhasil menggugah perhatian. Diselipkannya rambutmu di belakang telinga oleh Ibunda saat instruksi darinya datang untuk membuka kotaknya hati-hati.
Di antara bantal, di dalam benda yang terjepit itu, sesuatu baswara membuat sorotmu makin melembut karenanya. Berdebar jantungmu, seakan ditabuh begitu riuh dengan perasaan buncah. Dikira omong kosong, tetapi yang benar-benar kaupegang adalah bukti keseriusan dari seseorang yang melamarmu. Cincin perak sederhana, tanpa ukiran mewah apa pun di sisinya. Namun, satu hal lagi-lagi menarik atensi penuhmu. Mengenai permata mungil di tengahnya. Permata hazel dengan marquise shape untuk tempatnya bersinggasana, sungguhlah kauingin segera bersua dengan pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
FanfictionNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...