Forgive and Forget.
Semestinya, ia tahu lebih baik apabila membawa nona musim semi ke dalam dunia bawah miliknya yang senantiasa diliputi kabut kepedihan daripada jiwa-jiwa manusia yang terus berpusing dalam sungai kematian.
Idia tidak pernah menyukai bunga.
Tak peduli seberapa banyak Russet berikan saban hari dengan senyum polosnya, atau betapa sering Russet duduk di pangkuannya di singgasana hanya untuk mengepang rambut Idia dengan bunga-bunga kecil dalam setiap gelombang birunya.
Russet memiliki keterikatan jiwa dengan bunga.
Apa yang akan terjadi apabila musim semi tak memiliki bunga? Mahkota bunganya, garis hidupnya, kekuatannya yang mampu memberikan kehidupan pada bulan-bulan tertentu. Tiada dewi bunga tanpa mahkotanya. Tiada kasih sayang. Tiada kesuburan. Apabila dewi bunga mati, maka semua itu akan turut hirap bersama gugurnya kelopak kehidupan.
Selayaknya dua kutub yang saling bertolak belakang. Langit dan bumi. Kegelapan dengan cahaya. Air dan api. Berjalan dalam satu lorong yang sama bernama kehidupan.
Ratusan tahun telah berlalu dari peristiwa yang membuat Russet tercekat dalam gundah, perlahan luruh sebab Idia tidak pernah memerlakukannya dengan kasar. Benaknya senantiasa melakukan senandika; Russet menyadari fakta bahwa Idia—suaminya—merupakan dewa dunia bawah yang memiliki jiwa siapa pun di bawah jemarinya.
Idia bisa saja menenggelamkan Russet dalam jurang kematian sangkala hari pertama nona musim semi yang tak henti-hentinya menurunkan derai dari matanya sebab diseret ke dunia bawah yang sama sekali bertolak dengan lembah bunga dan air terjun yang menjadi tempat ia bernaung. Butuh ratusan tahun bagi Russet untuk mulai membiasakan diri dalam dunia bawah. Dewi musim semi pernah mengatakan ini pada penguasa dunia bawah;
"Bunga tidak akan hidup dalam kegelapan, tuanku."
Hingga membuat sang pemilik sejati roh-roh manusia itu mendengus kecil dengan senyum samar dalam tabir yang tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Mengurangi kecemasan dewinya, Idia senantiasa menjawilkan telunjuknya di hidung Russet, dagu, atau bibir dan membisik kalimat yang membantu meyakinkan wanitanya bahwa semua akan baik-baik saja.
"Maka akan kupatahkan apa yang barusan kamu katakan padaku, wahai dewi."
Idia adalah dewa dunia bawah, dan Russet merupakan dewi musim semi, yang keelokannya patut dijaga, dihargai, dan dilindungi—ungkap Idia masa itu. Sering Idia berbisik sedemikian rupa, kamu merupakan kebanggaan dan kegembiraanku, dan Russet menanggapi setengah tertawa, itu obsesi, tuanku. Mengerikan. Dan berakhir Idia menertawakannya dalam kegelian atas keberanian dewinya untuk membantah setiap astu yang dilantunkan untuknya seorang. Idia menyukai sifat Russet yang tidak lagi gugup padanya. Idia mencintai sikap Russet yang bergantung padanya, dan itu memang bagian rencana Idia untuk membuat Russet tidak akan berdaya di dunia bawah tanpa dirinya.
Dasar manipulatif, jika Russet bilang begitu pada Idia suatu hari nanti, sang dewa pasti akan menangis. –Menangis jahat lebih tepatnya dan bersumpah akan membuat Russet terjebak lebih dalam bersamanya dan meminta si musim semi untuk memakan lagi biji delima itu. Berengsek memang, tetapi apa boleh buat? Idia agak terobsesi dengan Russet.
Sekali lagi, Idia mendengus kecil dalam kamarnya di istana dunia bawah.
Mata amber setajam purnama mendelik gelisah atas apa yang menjadi pemandangannya beberapa waktu belakangan. Ratunya yang terbaring tak berdaya sama sekali di balik kelambu itu mampu membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah sekali pun melewati benaknya, entah apa sebutannya, Idia tak paham. Selendang yang menutupi tubuh mungilnya telah dilepaskan beberapa waktu lalu kala Idia menemukannya terlengar dekat pilar yang tak jauh dari tempat-tempat hewan buas dunia bawah ia kurung. Idia memastikan bahwa tiada dari makhluk-makhluk itu yang menyentuh istrinya, sudah pasti.

YOU ARE READING
Nesta
Fiksi PenggemarNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...