14 days. #G7 #7Q
"Sepertinya, memang hanya pelatihan umum saja, selayaknya sertifikasi. Ujian praktik, dan lisan untuk standar Departemen Sihir." Idia Shroud membuka suara jenuh tanpa minat lebih dalam untuk membahas apa yang ditampilkan hologram biru di ballroom asrama Pomefiore. Russet di sisinya hanya tergelak kecil menyaksikan betapa badmood Idia hari ini.
Riddle mengetuk jarinya di dagu, senantiasa memikirkan jalan keluar untuk rekan-rekannya lebih awal. "Jika kita mengiakan undangannya, apa kemungkinan terburuk yang bisa kita temukan?"
"Sekolah sihir lain." Leona berujar, bersamaan dengan Vil.
Azul baru saja membersihkan kacamatanya, dengan satu helai pocket tissue yang ia minta dari Andela, lantaran merasa kacamatanya sudah agak kotor. "Menambah relasi tidak ada salahnya, bukan?"
"Tidak. Hanya malas saja pakai persona."
"Ya, tidak usah pakai."
"Night Raven College memiliki banyak musuh."
Orang-orang di ballroom seketika terbahak dengan timpalan Leona yang asal cakap. Lagi-lagi Leona. Namun, mereka tidak menyangkal bahwa banyak sikap iri, dan dengki yang ditujukan untuk institut sihir Night Raven College pasal status dari figur-figur yang menempuh pendidikan di sana. Pangeran. Raja. Selebriti. Naga Air. Anak dari pengacara. Konglomerat. Lantas, siapa yang tidak memiliki rasa minder kepada orang-orang yang bersanding dengan sosok-sosok yang memiliki almamater Night Raven College?
Status itu membawa keberuntungan, dan keuntungan positif yang disertakan bakat dari lahir, atau belajar sungguh-sungguh dengan ambisius karena korban perundungan. Hingga saat ini, baik G7 atau 7Q tidaklah lebih dari seorang pelajar. Jika dikatakan, "Kamu 'kan Raja!" pasti, yang dibilang demikian kelak membalas, "Bukan. Di sini aku hanya pelajar biasa. Sama seperti kalian." Atau, "Kamu datang dari negara dengan kultur yang berbeda! Bagaimana bisa kamu menyesuaikan diri di sini?" nanti akan dijawab, "Aku bukannya tinggal untuk menetap. Aku hanya singgah untuk belajar bersama kalian."
Belajar, adalah keyword yang acap kali terlontar dari keempat belas bibir ranum pemuda-pemudi yang tengah mendiskusikan pengambilan keputusan yang harus dipikirkan matang-matang. 14 hari bukanlah waktu yang lama. Jarak di antara hari-hari itu cukup jauh dari keberangkatan mereka, pelatihan, dan macam-macam keterkaitan lain yang memiliki hubungan dengan sertifikasi hingga kembali lagi ke institut sihir, di mana asrama-asrama yang tersedia merupakan rumah kedua mereka.
"Aku agak khawatir kalau kita tidak berada di antara gadis-gadis itu sampai 2 minggu lamanya." Malleus Draconia memulai untuk komentar. Tampak bola matanya mengerling pada kejadian kurang mengenakkan yang pernah dialami oleh mereka. "Ingatan akan penculikan 7Q itu masih segar. Padahal, kita masih ada di institut, dan murid akademi lain malah seenaknya membawa lari mereka saat kita memang lengah sebab ada event juga."
"Aku juga sedang memikirkan itu." Kalim menimpali. Ia melirik sejenak pada Nahla—yang tengah main-main dengan bola yin dengan yang milik Yinyue. Sebongkah ruby miliknya mengendar lembut, bersirobok sesaat dengan garnet tunangannya. Ada ketakutan yang tidak pasti masih menghantui sukma seorang Kalim yang tidak bisa diujarkan dengan susunan frasa, bahkan dari yang paling lembut sekali pun. Masalahnya, siapa saja yang dengki dengan G7, yang terkena getahnya adalah 7Q itu sendiri hanya karena mereka memiliki ikatan yang kuat. Dan Nahla merupakan sosok yang paling sering menjadi korban penculikan karena beberapa pihak merasa iri dengan statusnya sebagai sepupu Kalim, dan sekaligus tunangannya. Mereka pikir, dengan menculik itu dapat menuntaskan kebencian yang tidak berujung di dada dengan cara memberikan penyiksaan fisik yang masih membekas, menyisakan trauma yang sulit dihapuskan.
"Meski sekiranya mereka bisa mempertahankan diri, tetapi wanita juga tidak bisa terus-terusan bertahan. Dan fisik mereka jauh lebih rapuh ketimbang pria seperti kita, aku juga pusing kalau tidak bisa melakukan perlindungan." Si aktor kawakan memijat batang hidung dalam sikap jengkel. "Terlebih, aku yakin kalau di Departemen Sihir, mereka akan membatasi waktu kita dengan gawai."
Idia mendengus kecil, tak lupa bagaimana bola mata amber itu mengembara sejenak di antara ballroom besar sebelum ia merebahkan diri dengan memikirkan jalan keluar lain. Ia mendesis. "Minta kepala sekolah undur kegiatan yang melibatkan kita di antara 14 hari itu."
"Aku baru ingin berkata demikian." Riddle menanggap setuju. "Tapi, tahu sendiri bagaimana sikap berengsek kepala sekolah yang kurang memikirkan kesejahteraan murid-muridnya."
"Mengapa akademik ini menjadi yang nomor satu, sih?"
"Pengaruh murid-murid di sini." Azul menjawab muak dengan keadaan. "Siapa suruh penelitiannya malah bagus-bagus, dan meningkatkan akreditasi kampus sihir hingga satu dunia?"
"Siapa juga yang mengira bakal seperti itu!" Idia membalas setengah tertawa. "Lagipula, bukan hanya aku saja yang senang mempertanyakan, dan membuat hal-hal kecil. Kaujuga. Yang lain pun sama."
"Riddle yang rutin mengeluarkan artikel tiap dua atau tiga bulan sekali." Si ikal dari laut menggeleng penuh kegelian. "Aku heran, apa yang ia makan sampai otaknya mampu membuat artikel, yang tembus jurnal internasional. Selalu."
"Salahkan Yinyue." Riddle memalingkan wajahnya. "Yinyue yang memintaku untuk meneliti satu dua hal, atau bertanya hingga aku tidak bisa tidur, dan pada akhirnya, aku yang meneliti itu."
"Ge." Yinyue menyembunyikan tawa di balik kepalan tangan. Merasa tak enak hati menyita waktu tidur berharga Riddle, meski dalam tingkah selanjutnya, nada bicara disertai gurauan. "Aku tidak ada maksud membuatmu kurang tidur."
"Tidak. Janganlah kamu memanggilku gege, Yinyue. Aku kurang tidur."
Sekali lagi, gelak tawa memenuhi ballroom.
"Tapi, tidak ada salahnya mengambil undangan itu." Yinyue meyakinkan ketujuh pemuda di sana. Seketika, dunia terasa hening.
"Namun, Yaling-jun..." Malleus memanggil Yinyue dengan gelarnya. "Bagaimana dengan yang lain? maksudku, 7Q. Aku yakin, sekiranya, Yaling-jun juga masih menyisakan beberapa pengalaman buruk atas penculikan itu. Bukan hanya dirimu, tetapi keenamnya pun ikut terseret karena kami."
"Sepertinya kami bisa menjaga diri." Malleus segeera beralih pandang untuk suara ramah milik kasinya seorang. "Anggap saja yang hari itu terjadi adalah musibah, tuanku."
"Musibah, sih, musibah... tapi, jika kejadiannya akan terulang, bagaimana?"
Semua mata tertuju pada Azul. Sorot-sorot tajam pemuda yang ada di sana menusuk ke dalam jiwa si pedagang laut teramat dongkol. Andela tertawa gugup mengurangi ketengangan lantaran menyadari sorot murka seniornya.
"Maa..."
"Andela. Sini, duduk di sini saja." Russet menepuk sisi yang kosong. Di pangkuannya, ada Leah yang merebahkan kepala. "Jangan dekat-dekat Azul. Nanti kamu tertular."
Sisanya tertawa geli, terlebih saat Andela bergegas pindah posisi dekat Russet, dan malah merebahkan kepala di pundaknya, memperkeruh suasana sampai Idia tak kuasa menahan tawa lebih lama dari yang semestinya.
"Kamu gitu, ya, Del..." Azul mendesis kecewa. Sesaat, wajah liciknya menjadi murung.
"Iya, aku memang begini!"
Vil tertawa lepas, seperti tiada beban hidup yang memberatkan punggungnya. Senyum masih mengembang, di antara kepala asrama, dan wakilnya, memang Azul dengan Andela yang tingkahnya masih kekanakan tarik ulur yang domestik.
Butuh usaha besar bagi Riddle untuk tidak terpingkal, dan tetap menjaga wibawa sebagai ketua BEM. "Tapi, kak Elle 'kan juga BEM!"
"Loh, siapa yang bilang aku keluar?"
"Kakak!"
Russet tertawa geli, selamanya, wajah membara Riddle itu merupakan hiburan baginya.
"Ah, sudahlah. Kalian semua ambil saja undangan itu."
"Lah, ngusir." Idia beranjak dari posisi rebahannya. "Kamu yakin tidak apa-apa?"
"Sepertinya tidak apa-apa." Russet menumpuk dagu di kepalan tangan. "Kalau dari kami, tidak ada masalah. Sisanya, kalian saja yang putuskan, G7."
July 26, 24.
aoiLilac.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
FanfictionNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...