I'll say it in a love song.
Tiada salahnya apabila sesosok Jade Leech menyimpan rahsa teruntuk dara yang terpaut usia dua tahun lebih tua darinya. Jika dijabarkan, akan banyak kelebihan yang akan Jade uraikan mengenai gadisnya. Lebih dewasa, mendengarkan keluhannya dengan baik, tidak pernah mencela, dan menjauhi penghakiman jika Jade menceritakan ini itu padanya sebagai wujud rasa aman dan kepercayaan.
Rasa nyaman selalu timbul pada dirinya saat sang takdir mengizinkan ia melihat sepintas wanodya favoritnya, meski pun sekiranya engkau tidak sadar diperhatikan dari jauh, tetapi Jade senantiasa memiliki caranya sendiri untuk mengagumimu dari jarak yang tidak cukup dekat untuk bercakap empat mata.
Dikatakan bahwa saat ini mendekati tahun ajaran baru, dengan kata lain, ini adalah tahun terakhirmu berada di kampus, dan kegiatan terakhir yang terhitung sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa pun engkau harapkan agar berjalan lancar. Sekiranya, saat pertukaran dokumen dengan Riddle Roseheart dalam koridor gedung fakultas kesenian, lingkar pinggangmu begitu nyaman didekap sosok tak terduga dalam keadaan sepi yang ia manfaatkan. Riddle memutar bola mata, "Kamu!" Nada geramnya sampai ke telinga. "Senpai tengah membaca sekilas dokumen penting kegiatan tahun ini, tahu!"
Seberkas cahaya baskara menjatuhi figur gadisnya, Jade terkekeh lembut menimpali kawan satu kelas.
"Atmaku bergemuruh selayaknya badai di laut lepas begitu melihat bayangnya dari kejauhan."
Hanya tawa singkat yang kauberikan setelah mendengar sebait kalimat yang menggelikan itu.
"Membaca sastra lama ada untungnya juga, bukan?"
"Sangat."
Riddle terkekeh.
"Ini sudah approve dekan fakultas?"
Ada anggukan kecil dari si merah sebagai jawaban.
"Baik. Terima kasih, Riddle."
"Sama-sama. Aku akan kembali ke kelas, senpai. Jade, ayo ikut!"
"Ah. Sungguh merepotkan." Tampak benar bahwa Jade masih enggan berpisah denganmu. Begitu lekat mata heterokromia miliknya memandang sisi wajahmu hingga mendaratkan ciuman singkat di kulit pipi. "Selamat ulang tahun."
Dua pasang permata sebening emerald terpukau sesaat. "Ah, ingat?"
"Selalu." Kata Jade. "Akan kuberikan hadiah. Namun, nanti. Setelah kelas usai."
"Peluang bersuanya tipis."
"Akhir pekan."
"Jika itu maumu."
Riddle dibuat jengkel atas aksi sepasang muda-mudi yang dimabuk cinta.
"Ayolah, Jade!" Riddle menghentakkan kaki kesal, menarik lengan kawannya.
Jade mendramatisir dari kejauhan saat lengannya meraih udara kosong, seakan enggan dipisahkan darimu. "Bungaku... janganlah engkau layu apabila jarak kita terpisah."
Jiwa-jiwa recehmu terbakar. Yang kaulakukan hanya tertawa sembari melambaikan tangan padanya. Pertanda sebuah perpisahan kala pikiran menerka atas hadiah yang dijanjikan.
n e s t a
Home-date, adalah kenyamanan untuk Jade dan dirimu. Kau yang enggan berpergian jika tak mendesak, dan Jade yang selalu nyaman merebahkan kepala di pangkuanmu saat menikmati waktu berdua di paviliun mansionmu. Sebagai keturunan bangsawan, tak heran bahwa kau tinggal dalam tempat layak yang dipenuhi bunga di kebun belakang. Terlepas dari statusmu, Jade menyukai kedewasaan dan sikapmu dengan tulus.
Terkadang, kau dijemput oleh Jade di café terdekat, sebelum ia membawamu ke rumahnya. Selalu begitu. Tak jarang memasak berdua. Atau hanya bercakap biasa. Bahkan, kau tidak jarang meminta Jade untuk membantumu berkebun yang memotong daun-daun layu dari ranting.
"Hmm... hmmm~" Jade bersenandung. Tanganmu beristirahat di dadanya, sedangkan lainnya lagi satu novel yang berisi prosa. "Bacakan padaku apa yang kamu baca."
"Ketika mataku memandang lanskap yang tersaji, aku saksikan awan-awan tipis bercela yang menampilkan langit berkumpul di atas gunung cedar, tempat kedua lembah bertemu..."
Jade menikmati sepenggal prosa yang kau iringi syair. Terdengar syahdu menenangkan sanubari di bawah langit musim semi. Senyum tak hilang dari wajah rupawannya, kelopak mata tertutup menikmati waktu bersama kasihnya dalam detik yang bertedak. Membiarkan keaawasan lengah karena Jade selalu tahu, bersamamu adalah hal yang paling aman dalam hidupnya.
"Ah, hadiah ulang tahunmu."
"Aku sengaja tidak bilang agar kamu tidak ingat." Kekehmu pelan, menutup buku tak lupa pembatasnya. Jade menuntut atensi dengan cara yang begitu subtil seperti kelopak mawar. "Mengapa kamu sampai repot-repot begitu?"
"Sejak kapan aku hendak melihat senyummu menjadi hal yang merepotkan?"
Pastilah kau gagal menahan senyum di antara garis merah jambu.
"Apa hadiah yang kamu bawakan padaku, hm?"
"Aku tahu bahwa hobimu adalah menyumbat telinga seperti Idia-san."
Kau tertawa kecil.
"Lantas, akan kuganti headphone-mu dengan sesuatu yang lebih kecil."
"Oh?"
Jade meraih sesuatu dalam tas selempang yang senantiasa ia kenakan jika bersamamu. Sesantai itu ia bisa jadi dirinya saat berdua denganmu, dan engkau seorang yang melihat sisi ini darinya.
"Selamat ulang tahun."
Kotak kecil itu dikemas sama dengan warna matamu walau isinya sudah kauduga dengan sempurna. Airpods yang baru saja keluar sekitar satu minggu lalu.
"Tentu saja, Jade. Tentu saja aku akan menyukai benda ini."
Mulanya, Jade memberikanmu sepasang anting manis nan mungil yang pada akhirnya kaupakai sehari-hari.
"Terima kasih." Kau mencumbu sejenak keningnya. "Lantas, apa yang kaumau di harimu nanti?"
"... Hm." Jade tampak berpikir. "Tidak ada. Kamu saja."
n e s t a
Semester baru pun tiba, diiringi aroma musim semi yang sempurna, engkau dan beberapa perangkat Badan Eksekutif Mahasiswa menggiring anak-anak baru yang senantiasa kau bilang sebagai 'kecambah' itu masuk ke dalam aula kampus untuk pengarahan dan pembagian grup sesuai dengan fakultasnya.
Di sanalah Jade, dari lantai tiga melihatmu berjalan beriringan dengan Russet Hellebore yang masih aktif dalam kegiatan ini itu. Terpantau bangsawan lain; kakak tingkat yang Jade kenali itu terdengar mengeluarkan tawa kecil sembari melihat pemandangan yang menggugah dari tunangannya. "Ya, itu dia milikku."
"Idia-san, tak biasanya."
"Hanya melihat."
Jelas-jelas bahwa Idia tampak menyembunyikan senyum di sana, saat Russet tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memandangnya.
Begitu pula dengan Jade, yang bersenandung tipis sepenggal lagu kala kerinduan lagi-lagi mendekap dirinya bulat-bulat.
I'll say it in this love song.
December 02, 2023.
aoiLilac.Credit:
Penggalan prosa karya asli Kajii Motojiro dengan tajuk Langit Biru.
Penggalan lagu dari Westlife – Obvious.
![](https://img.wattpad.com/cover/319392618-288-k509230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
FanfictionNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...