Thirteen.

45 7 0
                                    

Aria.

"Oh, ya. 'Kan kuberi kabar untukmu, Leona. Aku tengah mengandung anakmu. Selamat, kamu akan segera jadi ayah, seperti yang kamu rengekkan sepanjang malam."

"Keren."

Terlepas dari perjodohan untuk menguatkan situasi politik yang ada, Leona Kingscholar secara mengejutkan tetap mencintaimu tanpa drama yang menguras pikiran. Pangeran kedua dari Afterglow Savanah itu dijodohkan dengan engkau yang merupakan bangsawan dari Shaftlands adalah pilihan pertama dan terakhir dari dua belah pihak. Putri satu-satunya dari orang tuamu, yang memainkan peranan cukup penting dari wilayah bagian barat Kingdom of Heroes & The Sunshine Lands dengan iklim yang jauh berbeda; lebih dingin. Katanya, di Shaftlands itu penghasil nanas permata serta buah ruby.

Biasalah... namanya juga permainan politik, Leona melakukan senandika saat wacana pernikahan itu sampai di telinga.

"Laki-laki atau perempuan, itu akan sama saja." Leona meyakinkan kecemasanmu dalam mempermasalahkan gender. Engkau memiliki sebuah ketakutan bahwa Leona akan kecewa nantinya. Demikian saat menyisiri rambut wanitanya yang lebih lembut dari sutra, ia menyambung pelan, seakan tak ingin percakapan kalian didengar oleh pihak ketiga. "Aku hanya berharap, ia tidak dibebani banyak hal seperti orang tuanya. Jangan stres, akan cukup berbahaya untukmu."

Dalam sudut hatinya yang dipetaki jejak perak, ia kewalahan mengatur segalanya. Debarannya cukup kuat, hingga riuh dewa laut pun kalah kala sosokmu hadir untuk kali pertama dalam pertemuan. Sikap apatis yang melekat erat pada Leona langsung luluh dengan kehadiran dara muda yang tidak pernah banyak bicara. Bahkan, saat sudah terikat dengan cincin di masing-masing jari manis, Leona tahu bahwa engkau adalah miliknya sejak perjodohan itu diadakan.

Dalam hati, Leona merasa enggan mengakui kekalahan. Pernah ia lakukan sumpah di bawah rembulan apabila perjodohan itu datang, ia tak akan pernah menaruh hati pada wanita yang ada. Meski sejatinya, ia terlahir dalam tanah yang menjunjung harkat dan martabat hawa, tetapi adam yang ini masih cukup nyaman dengan kesendirian. Tiap kali ia lihat garis wajah wanitanya dalam pendar kandil yang remang, Leona merasa kepalanya berputar. Dasar tolol, ia memaki pada diri sendiri.

"Iya." Responmu selembut satin, sebening air dan seringan bulu. Kala itu, engkau dengan Leona tengah berada di bagian selatan istana di mana kakaknya; Fareena Kingscholar memerintah. Mungkin tak lama lagi, Leona akan pindah ke pondoknya sendiri. Entah kapan, tergantung mau istrinya. Seperti biasa, perkataan istrinya adalah maklumat sakral yang harus Leona sanggupi. Jika ia harus mendorong gunung sekali pun.

Ada keheningan cukup lama dalam temaram, sebelum dengusan napas hangatnya menggelitik ceruk lehermu. Meninggalkan kesan geli, dan nyaman. Diikuti dengan lengan kokoh yang melingkarimu posesif saat engkau rasakan dagunya ada di puncak kepala. "Kamu besok mau ikut?"

"Ke mana?"

"Aku diundang untuk menghadiri sebuah upacara kedewasaan."

Leona tahu engkau tengah mempertimbangkannya dari geming yang kaulakukan. Terlepas dari itu, Leona tidak pernah memaksakan kehendak. "Sepertinya menginap. Antara dua sampai tiga hari. Yang mengundang masih kerabat Raja."

"Ikut."

"Ih, manja."

"Biar saja!"

n e s t a

Mati-matian Leona menahan tawa. Ia menyadari perubahan yang terjadi pada wanitanya. Ia tidak mempermasalahkan pipi dan beberapa bagian tubuhnya yang melebar, tetapi feromon dengan hormonnya yang kerap tidak stabil itu membuat prianya terkadang mengejek, dan pada akhirnya, membuat wanitanya merajuk.

NestaWhere stories live. Discover now