Twenty One.

29 6 4
                                    

The Housewarden and their Vice Housewarden.

Idia senantiasa mencaci pada sistem-sitem per-asrama-an di institut Night Raven College, meski hal tersebut tidak mengubah apa pun dalam hidupnya selama tiga tahun terakhir. Seperti detik-detik yang baru ia gunakan untuk merebahkan diri di kasur, membiarkan bagaimana rambut gondrongnya seperti tokoh fiktif perempuan yang dikurung di kastil itu memenuhi lantai. Bedanya, Idia akan senang kalau dikurung begitu, dengan catatan apabila ia diberikan fasilitas yang cukup. Hari-harinya bertambah seperti neraka sebab Ignihyde berada di bawah kepengasuhannya, dan wakil asrama perempuan yang Idia bilang nenek sihir itu—yang kini mendobrak pintunya tanpa dibarengi dengan akhlak.

"Kedamaianku terganggu."

"Kamu tidak tahu ada pertemuan lagi senja ini, 'kan!?" Suara gadisnya yang setengah jengkel itu menarik sudut bibir Idia di balik bantal. Ia agak mengutuk bagaimana sistem kepala asrama dengan perempuan sebagai wakilnya—ada tujuh perempuan garang tak kenal ampun pada kepala asramanya sendiri apabila dikatakan mangkir dari tanggung jawabnya. Dan sialnya, Idia mendapat yang paling berbahaya, dan paling berani menentang aturan-aturan yang menurutnya—Russet Hellebore—tidak masuk akal. "Kamu bisa kembali ke game-mu yang menyebalkan dan penuh plot-twist tidak terduga itu. Sekarang, bangun dan hadapi keenam orang-orang ambisius di sana, oh, demi great seven..."

"Tidak tahukah kamu apabila aku menginjakkan kaki keluar kamar, hal itu akan membunuhku...?" Idia mengelak sejenak meski ada tawa yang tipis mengiringi suaranya, nada yang dituturkan tetap membawa perasaan depresi saat ia membalik arah ke Russet. "Kemarilah."

"Tidak akan ada yang mati!" Idia menyaksikan kaki-kaki Russet menghentak sebelum menuruti permintaan Idia, dan duduk di sisi kasurnya. "Ada apa?" Disusul dengan suara rendah musim seminya, seakan-akan, kejengkelannya pada Idia hirap, dan menguap seperti embun. Terdengar lembut seperti biasa, dan Idia senantiasa menyadari perubahan desibel Russet dari dongkol ke rendah. Perubahan itu nyaris tidak pernah terdengar jelas, jika relasi mereka tidak benar-benar dekat.

Russet belum mendapat respon saat Idia menariknya dalam dekapan untuk menghalanginya bergerak lebih jauh. Bola mata sangria memutar emosi, lain dengan Idia yang menutupi mata dengan lengannya yang lain. "Tidak." Katanya serius. "Aku hanya cemas dengan pertemuan itu."

"Kamu hanya perlu menyimak." Russet menahan diri agar tidak mengumpat. Tabiat kekasihnya yang begitu mudah cemas itu harus ditangani dengan sabar—dan bukti bahwa Idia dikatakan betah dengan Russet adalah hal itu. Kesabarannya seakan tak pernah habis untuk Idia. "Seperti biasa, akademi akan menunjuk si mulut perayu Azul Ashenggrotto untuk pembukaan event. Dan untuk penutupannya, Vil Schoenheit yang akan maju. Tenang saja, sisanya tetap akan berdiri seperti sebelumnya."

"Event apa lagi coba?"

"Mana aku tahu?"

"Dasar penipu."

Russet tertawa mendengar tuduhan Idia.

"Kamu 'kan baru habis kelas? Buktinya masih pakai almamater begitu."

"Aku ini melakukan penelitian dengan Andela."

"Dih. Sejak kapan kamu mau merepotkan diri dengan melakukan penelitian?"

Gadis itu merasakan usapan tangan lain di kepala cokelatnya yang kali ini tak disinggahi mahkota bunga berkelopak biru sebagai simbol masing-masing wanita muda yang sedikit memegang kendali atas asrama mereka.

"Jika mereka berdua yang mengambil alih, bagus sekali. Aku harus mengucapkan rasa berterima kasihku pada dewi keberuntungan. Namun, siapakah orang yang berpasangan denganku di atas stage?" ucap Idia. Agaknya, kabut cemasnya sedikit hilang sebab ia tak musti berbicara di depan massa sebagai kepala asrama. Salah sendiri, siapa suruh jadi orang nomor satu di asrama? Akan tetapi, ia sekarang berpikir betapa buruknya berdiri di stage, dan disandingkan dengan yang lain. Apakah ia akan bersama dengan Vil? Oh, tidak. Idia sampai-sampai berharap kalau itu terjadi, gelombang kesengsaraan itu merupakan bagian dari mimpi buruknya. "Aku tidak harus beriringan dengan Vil-shi, benar?"

NestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang