Special Bond.
Dalam kastil tua di bagian selatan Lembah Duri, banyak rumor yang beredar bahwa ada naga yang bersarang di dalamnya. Banyak relief terukir di dinding, tampak mewah lagi megah. Bergema bunyi kain sutra yang sebagian tersampir di tubuh besarnya saat melintas serambi luas nan indah; dengan anggunnya ia mengambil langkah demi langkah.
Bertahun-tahun telah berlalu semenjak terakhir kali ia muncul dalam entitas penuh naga hitam berapi hijau. Penduduk tenggelam dalam takut, untuk membujuk naga agar memberikan aksama saat teror kemarahan sang naga menghinggap dalam benak manusia akan kekuatannya yang mampu merusak, mereka sepakat untuk menenangkannya dengan hadiah. Dan Malleus merasa puas dengan itu.
Kesempatan tak terduga pun datang, Malleus mendapatkan manusia sebagai persembahan. Dan hal tersebut senantiasa membawa kabar dalam angin untuk keberadaannya yang nyaris tak terendus.
"Ah, kamu yang di sana." Sebagian cakarnya terhias dengan perak terbaik, mengangkat dagu si pendatang. Ekor panjang bersirip tiga miliknya meliuk dalam gelombang antusias, membayangkan bagaimana si pendatang itu berada dalam dekapannya. "Kedatanganmu begitu tepat waktu."
"Ya?" Lalu, Naleera segera terkesiap. "A—ah... maafkan ketidaksopananku, tuan naga. Aku tak bermaksud menyinggung." Kala itu, gaun sutra polos si dara melebar di permukaan lantai perak. Ia—Naleera—langsung duduk di sisi sang naga. "Karena hidup lebih lama, kamu pasti kesepian."
"Sangat kesepian untuk berpikir bahwa akan ada abad-abad selanjutnya yang kelak kuhabiskan dalam hening yang perlahan menggiringku dalam jurang keputusasaan. Mempelajari manusia dari waktu ke waktu, dan memerhatikan bagaimana zaman telah berkembang pesat." Malleus menimpal dengan napas gusar. Saat ia merenung, Malleus segera menyadari bahwa ia masih menggenggam tangan si hadiah hidup ini. "Oh, maafkan sikapku, wahai kecambahku. Kamu pasti... Naleera? Esme Naleera? Apakah ada kekeliruanku menuturkan namamu?"
Atmosfirnya terbawa lembut dengan wewangian lily. Desibelnya rendah, nyaris berbisik. Di titik ini, Naleera bahkan cukup terkejut. Pasalnya, naga hitam di sisinya ini begitu santun dan tidak pemarah seperti rumor yang sampai di telinga. Gaun sutranya berpadu dengan latar perak saat jemarinya begitu lunak dan halus membuai cakar yang beberapa kali lebih besar dari miliknya sendiri.
"Tidak. Itu sudah benar." Naleera menawarkan senyum tipis di garis fana merah jambunya, saat itu, tangannya masih membuai cakar sang naga.
Anggukan samar datang dari Malleus Draconia. Ekor panjangnya segera melingkar di pinggang ramping manusia yang diindahkan menjadi hadiahnya dengan membawa isyarat baik. Benaknya tak pernah menyangka bahwa kehadiran gadis ini begitulah menawan. Perangainya yang tenang seperti teratai, dengan sikap santun seperti ilalang ini merupakan angin segar dari manusia yang kerap kali bertamu padanya. "Dan desamu?"
"Sama sepertimu, di Lembah Duri ini. Hanya saja, aku dari kaki gunung utara sana." Naleera mencipta jeda. "Aku tidak begitu mengerti mengapa orang-orang menemukanku di sana. Aku tidak melihat adanya perasaan berat di dada ketika kupandang dirimu pertama kali." Kelereng hutan hujannya berkilat lembut. "Setidaknya, kamu tidak menyerangku saat kuinjakkan kaki di kastilmu ini."
Malleus tak bisa menahan tawa. "Mengapa aku harus?" Kepala besarnya menyeruduk Naleera dengan gestur lemah. "Tak pernah aku memimpikan untuk memberikanmu luka. Namun, sunggulah. Kamu merupakan wanod pertama yang dikirim mereka ke mari."
"Oh..." Naleera berkedip beberapa kali untuk menyaring informasi yang baru saja ia terima. "Berarti, aku gadis pertama yang pernah menginjakkan kaki ke mari? Tak pernah mereka beritahu ini sebelumnya?"
"Sungguh tak biasa," Malleus terkekeh geli. "Namun, ya... kamu adalah yang pertama. Sebelum ini tidak menarik, dan kamu cukup memberikanku peluang untuk kabur dari kebosanan." Malleus sedikit menyibakkan rambut cokelat si gadis, guna melihat garis wajahnya yang lebih jelas. Lantai perak itu memantulkan kelereng hijau daunnya, tampak seperti ada embun di dalamnya. "Sayang sekali... kecantikanmu akan berakhir sia-sia dalam kastilku, aku tidak ada niat untuk membiarkanmu kembali ke desamu."
"Hmm, sayang sekali." Naleera tertawa lembut. Kala itu, tangannya masih ada di cakar sang naga. "Ini tidak seperti bahwa aku bisa lari darimu begitu saja."
Ekor Malleus melingkarinya. Membawanya lebih dekat hingga kepala itu bersandar di sebagian tubuh besarnya. Seiring dengan cakar yang mencoba mengingat lekuknya. Tak bisa tak ia sadari betapa lembutnya kulit si wanod. "Berapa usiamu?"
"Hmm... 19?"
"19?" Malleus tak bisa berhenti terkekeh dalam waktu dekat. Bayangan geli saat memikirkan bahwa ia akan mendekap gadis ini seumur hidupnya membuat ia tergelak. "Bisakah kamu pakai sihir? Barangkali?"
"Sihir?" Sekali lagi, Naleera memandang tangannya. Hingga angin sepoi-sepoi menyapa keduanya, dan berdesir halus sampai akar-akar kehijauan tumbuh di sekeliling dinding kastil. Mengganti sesuatu yang menakutkan menjadi lebih hidup. "Aku menamainya dengan Breeze of Wood. Ini membuatku bisa mengendalikan hutan dengan pikiranku. Saat itu, aku masih menjadi murid seorang peri, jadi, kudapatkan sihir ini."
"Ah, peri..." Malleus menyapanya sekali lagi. "Sihirmu akan berguna. Maksudku, tamanku sudah hancur sejak lama." Ia terkekeh.
"Maka, kita akan perbaiki lagi."
"Bersedikah kamu untuk tinggal di sini? Di kastil ini, bersama denganku?" Tak bohong. Mata si naga bersinar penuh harap. Bahkan di antara waktu itu, tiada entitas lain yang membuat jantungnya bergemuruh lebih dari biasanya. Kehadiran Naleera membuat segalanya lebih segar. Sentuhan sederhananya saja mampu membuatnya tenang.
"Jika kamu ingin, aku bisa menemanimu. Aku tidak keberatan."
Mata sang naga melebar. Apakah ini tandanya bahwa... belenggunya sudah terputus hanya dengan hawa ringan yang dibawa oleh Naleera padanya? Ekspresinya melunak setiap detiknya. "Kamu... akan tinggal bersamaku?" Ia bertanya. Merasa kagum dengan pikiran bahwa ia akan memiliki manusia di sisinya setelah beberapa puluh dekade berlalu. Wajahnya berbinar saat rambut cokelat gadis itu melambai ke cakarnya saat ia mulai berbaring nyaman. Tampaknya, Naleera tak keberatan dengan perbedaan ukuran dan penampilan. Kebersamaan itu memberi rasa damai dalam sanubari, seperti riak air yang menetes ke telaga. Kesepian yang begitu lama mengganggu, kini tampak seperti kenangan yang menjauh.
"Maka, sudah diputuskan." Bisik Malleus, membawa kepala naganya tak jauh dari Naleera. "Kamu milikku mulai saat ini. Tak akan ada orang lain yang bisa membawamu pergi dariku."
Naleera terkekeh. "Tidak akan ada. Kecuali, jika mereka siap menghadapi amukan sang naga."
Bibir Malleus mengerucut seperti seringai licik saat mempertimbangkan susunan gramatikal Naleera. "Sungguhlah, kamu benar. Siapa pun yang berani menyentuh propertiku, maka ia akan menghadapi kemurkaanku." Ia bergurau, meski nadanya cukup serius. "Ini adalah ikatan yang tiada duanya... kamu dan aku."
January 25, 2024.
aoiLilac.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nesta
FanfictionNesta; pure. a Twisted Wonderland antology. credit: Disney-Twisted Wonderland, Aniplex, and our dear Yana Toboso-sensei. Aku mah minjem karakternya aja dari kemaren-kemaren.😂😂 Enjoy, Kantokusei-san. Welcome!! first published: August 15, 2022. by...