Nine.

56 8 0
                                    

Late Fall.

Ada sebuah legenda dalam Twisted Wonderland yang mengatakan bahwa, masih ada beberapa makhluk mitologi yang menyamar sebagai penyihir, sekiranya, untuk membaur dengan masyarakat. Pemikiran itu dikatakan olehmu, sebagai salah satu pengajar dalam Night Raven College saat menjawab pertanyaan acak yang dilontarkan oleh para siswa saat jam pelajaran nyaris usai.

"Sensei!" dari markahnya, tampak betul pemuda ini merupakan penghuni Diasomnia.

"Sebek-kun bersemangat seperti biasa, bukan begitu?" Bubuhan senyum terukir di antara bibir merah jambu yang membuat Sebek sulit menjaga wajah tegarnya. "Ada apa, nak?"

"Uh..." Sebek mencari kalimat yang cocok untuk membawakan pesan Lilia dengan benar untuk sampai padamu. Sebek tahu betul bahwa engkau memiliki relasi yang cukup baik dengan Lilia dan Malleus. "Ada undangan ke Diasomnia." Kini, sebuah undangan yang disembunyikan oleh Sebek dalam lipatan almamaternya berpindah tangan. Pita hijau dan magenta diikat rapi sebelum gulungan dibuka. Disambut kunang-kunang, engkau mengikuti dengan baik tulisan tangan bersambung selayaknya kaligrafi dalam bahasa peri kuno. "Malam ini, di hari terakhir musim gugur."

"Hm..." Pita merah yang mengikat surai matahari terbenam bergelombangmu turut mengalun memesona saat kepala memberi angguk. "Lilia, ia jadi pergi rupanya?"

Suara yang engkau terima tak lebih dari sekedar kemuraman. "Kemungkinan besar."

"Bagaimana dengan Silver?"

"Silver... Silver baik-baik saja, Sensei." Pendar hijaunya memandangmu penuh mencari pertolongan. "Namun, aku tidak bisa membaca ekspresinya saat wajahnya terus-terusan datar begitu."

Segera engkau menyadari kabut kebingungan di antara wajahnya. Sebek merupakan satu dari sekian murid yang engkau favoritkan karena antusiasmenya terhadap apa pun. Di bawah sorot lampu kandil di lorong, Sebek tak menolak sebuah perlakuan lembut dari tanganmu walau kau harus berjinjit untuk meraih kepalanya. Hal itu turut membuat Sebek menekuk sedikit lututnya agar engkau menggapainya dengan mudah. "Kurasa, Silver bisa membawa diri nantinya. Tak perlu kamu gusar, wahai Sebek-kun."

Ada jeda tercipta dari dua pihak. Sebek merasa bahwa, ini bukanlah waktu yang tepat untuk menunjukkan ekspresi goyah padamu. Ada tarikan napas dalam sebelum ia meraih tangan pendidik favoritnya hanya untuk membiarkan pipinya tersentuh. "Petang nanti, Sensei akan mengunjungi Diasomnia, 'kan?"

Ah, ia akan merajuk kalau tidak dituruti.

"Ya," janjimu padanya. "tentu aku datang. Kembalilah, Sebek-kun." Pintamu ramah. "Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu kalian siapkan, benar?"

n e s t a

「Diasomnia.」

Yang mengundang dan memenuhi undangan tampak menikmati waktu dalam asrama yang tidak selalu dikunjungi banyak pihak. Namun, presensi dari kepala asrama itu sendiri; Malleus Draconia tak tampak. Lilia menahan senyum saat kepalanya menyimpan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang membuat Malleus enggan menampakkan diri. Kebiasaannya saat menyendiri tak membuatnya risau, adakalanya, Malleus memang merajuk seperti sekarang.

"Malleus-sama." Bisik Silver kepada sang ayah angkat. "Belum kembali, ya?"

Ada gelengan singkat dari Lilia kepada si perak. Inisiatif Silver pun hadir selayaknya fajar yang perlahan memberi asa di kehidupan yang berlanjut. "Aku cari Malleus-sama dahulu, ayah."

"Carilah, Silver." Begitu pengertian nada yang Lilia sampaikan pada Silver. "Carilah."

Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

NestaWhere stories live. Discover now